You are on page 1of 17

Tuberculosis Diseminata

TB diseminata didefinisikan sebagai infeksi tuberculosis


meliputi aliran darah, sumsum tulang belakang, hati, ginjal
atau 2 atau sisi paru yang terkontaminasi, atau TB milier,
Gejalanya bersifat tidak spesifik dan durasi gejala
sebelum diagnosis ditegakkan.
TB Milier
Salah satu bentuk TB ekstrapulmoner yaitu tuberkulosis milier
merupakan adanya manifestasi Mycobacterium tuberculosis
(tuberkulosis diseminata) yang menyebar secara hematogen.
Tuberkulosis milier adalah infeksi bakteri
Mycobacterium Tuberculosis yang penyebarannya melalui lifo-
hematogen sistemik dari paru ke bagian lain dari tubuh.
Tuberkulosis milier juga dikenal sebagai TB diseminata
atau TB cutic acute generalisata. Bentuk TB ini ditandai
dengan adanya penyebaran luas ke seluruh tubuh dengan
ukuran lesi yaitu 1-5 mm.
 Epidemiologi
Dari seluruh kasus TB, sekitar 1,5% mengalami TB milier.
WHO melaporkan bahwa sekitar 2-3 juta pasien
meninggal tiap tahunnya akibat TB Milier. Insidensi TB
Milier nampak lebih tinggi di Afrika. Pedoman Nasional TB
2011 diketahui bahwa TB milier ini merupakan salah satu
bentuk TB berat dan dan memiliki angka kejadian sekitar
3-7% dari seluruh kasus TB dengan angka kematian
yang tinggi (25% pada bayi)
 Etiologi
TB milier merupakan penyakit limfo- hematogen sitemik
akibat penyebaran kuman M. Tuberculosis dari kompleks
primer yang biasanya terjadi dalam waktu 2-6 bulan
pertama setelah infeksi awal.
Diagnosis
 Anamnesis
anoreksia, BB tidak naik atau gagal tumbuh pada anak,
demam lama dengan penyebab yang tidak jelas, malaise,
serta batuk lama lebih dari 3 minggu dan sesak nafas
 Pemeriksaan Fisik
Respiratorik seperti batuk dan sesak nafas yang disertai
ronkhi atau mengi.

Limfadenopati perifer dan hepatosplenomegali. Secara


klinis, karakteristik kelenjar yang dijumpai biasanya
multiple, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak hangat pada
perabaan, mudah digerakkan dan dapat saling
melekat.paling tersering ditemukan di region colli.
 Pemeriksaan Penunjang
Tuberculin Skin Test (TST)

 Indurasi 10 mm atau lebih → reaksi positif: Arti klinis adalah sedang


atau pernah terinfeksi dengan kuman Mycobacterium tuberculosis.

 Indurasi 5 – 9 mm → reaksi meragukan: Arti klinis adalah kesalahan


teknik atau memang ada infeksi dengan Mycobacterium atypis atau
setelah BCG. Perlu diulang dengan konsentrasi yang sama. Kalau
reaksi kedua menjadi 10 mm atau lebih berarti infeksi dengan
Mycobacterium tuberculosis. Kalau tetap 6 – 9 mm berarti cross
reaction atau BCG, kalau tetap 6 – 9 mm tetapi ada tanda – tanda
lain dari tubeculosis yang jelas maka harus dianggap sebagai
mungkin sering kali infeksi dengan Mycobacterium tuberculosis.

 Indurasi 0 – 4 mm → reaksi negatif.: Arti klinis adalah tidak ada


infeksi dengan Mycobacterium tuberculosis.
Laboratorium Darah
Hematologi Anemia
Leukositosis
Neutrofilia

Pemeriksaan Darah Lymfositosis


Monositosis
Thrombositosis
Leukopeni
Limfopenia
Thrombositopeni
Peningkatan ESR (Erythrocyte Sedimentation
Rate)
Peningkatan CRP (C-reactive protein)
Biokimia Hiponatraemia
Hipoalbuminaemia
Hipercalcaemia
Hipophosphatemia
Hiperbilirubinaemia
Peningkatan serum transaminase
Peningkatan serum alkaline phosphatase
Peningkatan serum ferritin
Rontgen thorax

Lesi milier dapat terlihat pada foto Rontgen Thorax dalam waktu 2-3 minggu
setelah penyebaran basil secara hematogen. TB milier secara klasik
digambarkan sebagai “millet-like” yaitu bintik bulat atau tuberkel halus (millii) 1-
3mm yang tersebar merata di seluruh lapangan paru. Bentukan ini terlihat
sekitar 1-3% dari semua kasus TB . Sekitar 1-2 minggu setelah timbulnya
penyakit, pada foto Rontgen thorax, dapat dilihat lesi yang tidak teratur seperti
kepingan salju
 Patologi Anatomi
Pemeriksaan PA dapat menunjukkan gambaran
granuloma yang ukurannya kecil, terbentuk dari agregasi
sel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Granuloma
tresebut mempunyai karakteristik perkijuan atau area
nekrosis kaseosa di tengah granuloma. Gambaran khas
lainnya ditemukannya sel datia langhans (multinucleat
giant cell).
Terapi
 Regimen OAT untuk TB milier sama seperti TB paru. Pada keadaan yang
berat atau diduga keterlibatan meningen atau perikard atau ada sesak napas,
tanda/ gejala toksik, demam tinggi maka dianjurkan pemberian kortikosteroid.

 TB Milier direkomendasikan diberikan kortikosteroid, yaitu yang sering dipakai


ialah prednison dengan dosis 2mg/kgbb/hari selama 4 minggu full dose
(dibagi dalam 3 dosis) kemudian diturunkan secara perlahan (tappering off)
selama 1-2 minggu sebelum obat tersebut dihentikan.

 Penatalaksanaan medikamentosa TB milier adalah pemberian 4-5 macam


OAT kombinasi isoniazid, rifampisin, pirasinamid, dan streptomisin atau
etambutol selama 2 bulan pertama, dilanjutkan dengan isoniazid dan
rifampisin sampai 9-12 bulan sesuai dengan perkembangan klinis.
TB UROGENITAL
Tuberkulosis diseminata dapat menyebar ke berbagai
organ, salah satunya traktus urogenital. Tuberkulosis
urogenital merupakan infeksi TB sekunder yang
disebabkan penyebaran hematogen selama infeksi primer
atau reaktivasi. Penyakit ginjal kronik bisa merupakan
salah satu komplikasi dari TB diseminata, terutama yang
menyerang pada organ urogenital.
 Epidemiologi
Dari review terhadap 8.961 kasus TB urogenital, 5,7%
akan berkembang menjadi penyakit ginjal kronis tahap
akhir. Literatur lain menyebutkan bahwa pada 26,9%
kasus terjadi ginjal unilateral yang tidak berfungsi dan
kegagalan ginjal terjadi pada 7,4% kasus.
 Diagnosis
Anamnesis

kencing berdarah, nyeri pinggang hilang-timbul, mual,


badan lemah, berat badan menurun menunjukkan gejala
TB urogenital. Nyeri saat kencing disertai demam yang
turun-naik tanpa disertai menggigil.

Pasien juga merasa lemas. Gejala saluran kemih bawah


disertai piuria dan hematuria tanpa pertumbuhan bakteri
dapat mengarahkan diagnosis ke arah TB urogenital.

Riwayat penyakit keluarga didapatkan ada keluarga yang


mengalami batuk lama.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan penunjang :

 Diagnosis TB dibuat dengan isolasi patogen atau biopsi jaringan.


biopsi buli buli dan serviks memperlihatkan radang kronik
granulomatosa dengan adanya sel Langhans yang memperkuat
diagnosis.

 Hasil pemeriksaan PA pada jaringan buli dan serviks menunjukkan


adanya sebukan padat sel radang PMN dan limfosit serta tampak
struktur jaringan granuloma yang terdiri dari kumpulan sel epiteloid
histiosit dengan multinucleated giant cell Langhans
 BTA menunjukkan hasil 3+
 foto toraks terlihat: infiltrat dan konsolidasi di supra-
parahiler kanan kiri dan kavitas di parahiler kanan.

You might also like