You are on page 1of 20

BENIGN ROLANDIC

EPILEPSY
KELOMPOK 8
Anggota Kelompok

 Relia Seftiza G1A114010


 Mutia Ramadhani S.L G1A114081
 Shella Desradini G1A114021
 Ilham Taufan Ikramiawan G1A114022
 Muhamad Rifaldi G1A114023
 Wulan Reksa Fortuna G1A114085
 M. Ainun Najib G1A114086
 M. Herpian Nugrahadil G1A114087
 Willy Christo Putra G1A114088
 Hanifa Azzahra G1A114089
 Nopri Jaya Sentosa G1A114100
 Rachilla Arandita S G1A114080
Klasifikasi epilepsi
Definisi1

 Epilepsi Benigna dengan paku centrotemporal / Benign epilepsy with


centrotemporal spikes (BECTS) adalah epilepsi fokal idiopatik masa kanak-
kanak yang ditandai dengan kejang onset fokal (kebanyakan kejang
motorik) dan kelainan struktur serebral yang halus.
Epidemiologi1

 8-23% onset pada masa kanak-kanak


 Laki-laki : perempuan = 6 : 4
 Usia onset 3-13 tahun
 Frekuensi puncak antara 8-10 tahun
Etiologi2

 Trauma kepala
 Stroke
 Infeksi
 Malformasi vaskuler
 Tumor (Neoplasma)
 Displasia
 Mesial Temporal Sclerosis
 Penyakit metabolik
 Reaksi obat
 Idiopatik
 Faktor genetik
 Kejang fotosensitif
Manifestasi Klinis3

1. Bentuk bangkitan fokal berupa: Bangkitan sensorimotor hemifasial


2. Gejala oro-pharyngo-laryngeal berupa rasa baal unilateral wajah, bagian
dalam mulut, pipi dan lidah; mengeluarkan suara merintih seperti
berkumur-kumur (gargling)
3. Kesulitan bicara
4. Hipersalivasi
5. Bangkitan timbul saat tidur (Non REM sleep)
6. Lama bangkitan hanya beberapa detik sampai 1-2 menit
7. Anak tetap sadar pada 58% kasus
Alur Diagnosis

1. Anamnesis
 Pola / bentuk serangan
 Lama, durasi, frekuensi, interval terpanjang antar bangkitan
 Keadaan saat bangkitan : duduk/ berdiri/ berbaring/ tidur/ berkemih
 Gejala sebelum, selama dan paska serangan
 Faktor pencetus
 Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
 Usia saat serangan terjadinya pertama
 Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
 Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
 Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
 Riwayat bangkitan neonatal/ kejang demam
 Riwayat trauma kepala, infeksi, dll.
2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
 Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan
dengan epilepsi
 Pada anak-anak pemeriksa harus memperhatikan adanya
keterlambatan perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran
antara anggota tubuh dapat menunjukkan awal gangguan
pertumbuhan otak unilateral
3. Pemeriksaan penunjang
a) EEG
b) Brain imaging
c) Single photon emission computed tomography (SPECT)
d) Positron emission tomography (PET)
e) Magnetoencephalography (MEG)
f) Magnetic resonance spectroscopy (MRS)
g) Ultrasonography (USG)
4. Pemeriksaan penunjang
 Serum elektrolit
 Kadar glukosa
 Fungsi hepar
 Toksikologi serum
 Urin
Diagnosis banding4
Tatalaksana

 Obat antiepilepsi (OAE)


Prognosis4

 Prognosis kejang rolandik selalu baik


 Mungkin kurang dari 2% risiko berkembangnya kejang absens dan sedikit
kejang umum tonik klonik saat dewasa.
 Remisi terjadi kurang lebih dalam 2-4 tahun dari onset dan sebelum usia 16
tahun.
 Jumlah kejang rendah, kebanyakan pasien mengalami kejang <10
kejang; 10-20% hanya sekali kejang. Dan 10-20% mengalami kejang
frekuensi
Pencegahan5

 Sebagian besar anak-anak dengan epilepsi rolandik benigna mungkin


akan berkembang menjadi epilepsi rolandik benigna dengan status
epileptikum yang sering, Sindrom Landau Kleffner, gelombang paku terus-
menerus pada saat tidur, epilepsi rolandic-sylvian maligna, atau kombinasi
dari entitas ini. Meski hanya ada sedikit tanda klinis dan EEG, untuk
mencegah evolusi epilepsi rolandik benigna menjadi sindrom yang lebih
ganas, lokalisasi dipol sebagai visualisasi dengan pencitraan sumber
magnetik dapat memberikan sebuah petunjuk. Namun, tidak ada bukti
bahwa pengobatan dengan obat-obatan antikonvulsan akan mencegah
evolusi semacam itu. Jadi, manfaat risikonya tidak mendukung
pengobatan untuk mencapai tujuan ini.
1. Meng-jia L, Xiao-jun S, Xiu-yu S, et al. Clinical features of benign epilepsy of
childhood with centrotemporal spikes in chinese children. NCBI: 2017; 96(4)
2. Setiaji A. Pengetahuan tentang epilepsi. E.prints.Undip: 2014
3. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2012. Hal 46
4. Koutroumanidis M, Panayiotopoulos C. Benign childhood seizure
susceptibility syndromes. :7–8, 25. Available from:
https://www.epilepsysociety.org.uk/sites/default/files/attachments/Chapt
er09Koutroumanidis2015.pdf
5. Donald WS. Benign Epilepsy with Centrotemporal Vol 8. Los Angeles:
Division of Pediatric Neurology: 2009;50:10-15

You might also like