You are on page 1of 43

 

OLEH :Adriana Mapandin S.KEP.,M,Kes


1. ● Tujuan BHD
Mempertahankan pernafasan dan sirkulasi yg adekuat
sampai kondisi yg menyebabkan henti nafas dan henti
jantung dapat diatasi.
2. Definisi Henti Nafas dan Henti Jantung
Henti nafas adalah apabila pernafasan berhenti (apnea).
Sedangkan henti jantung adalah apabila jantung berhenti
berkontraksi dan memompa darah. Kedua keadaan ini
saling kait-mengkait.
 Henti nafas dapat disebabkan oleh gangguan
atau penyakit pada jalan nafas atau
pernafasan (primer) dan henti jantung
diakibatkan gangguan atau penyakit
kardiovaskular (primer). Meskipun demikian
banyak penyakit-penyakit yg secara sekunder
akan membahayakan pernafasan dan jantung
yg pada akhirnya mengakibatkan henti nafas
dan henti jantung.
Sistem kardiovaskuler dan pernafasan selalu
berinteraksi.
 a. Sumbatan jalan nafas
Sumbatan jalan nafas dapat terjadi total atau sebagian.
Sumbatan jalan nafas total dengan cepat dapat menyebabkan
edema otak atau edema paru, kelelahan bernafas, apnea
sekunder dan kerusakan otak karena hipoksia seperti pada henti
jantung.
Sebab-sebab sumbatan jalan adalah:
1. Darah
2. Muntahan
3. Benda asing
4. Trauma langsung pada wajah atau tenggorokan
5. Spasme larings, bronkus
6. Radang
7. Depresi susunan syaraf pusat oleh karena trauma kepala,
tumor, gangguan metabolik dan obat-obatan misalnya narkotika.
 b. Gangguan atau pemyakit paru
Kelainan patologis paru yg berat akan memperburuk
oksigenasi dan ventilasi, yaitu:
1. Infeksi
2. Aspirasi
3. Asthma bronkhial
4. Edema paru
5. Kontusio paru
6. Pneumotoraks, hematoraks
 c. Gangguan neuromuskular
Otot-otot pernafasan utama adalah diafragma dan otot-otot
interkostal. Otot-otot interkostal dapat lumpuh bila terjadi
kerusakan pada vertebra servikalis. Mislanya pada:
1. Myasthenia gravis
2. Sindrom guillain-barre
3. Multiple sclerosis
4. Poliomyelitis
5. Kyphoscoliosis
6. Distrofi muskuler
7. Penyakit motor neuron
 ●Sebab henti jantung dapat primer atau sekunder.
henti jantung primer adalah apabila penyebab yang
langsung terjadi dari jantung, yaitu:
1. Gagal jantung
2. Temponade jantung
3. Miokarditis
4. Kardiomiopatik hipertrofik
5. Fibrilasi ventrikel akibat : iskemia miokardium, infark
miokardium, sengatan listrik, obat-obatan, gangguan listrik.
 henti jantung sekunder terjadi akibat gangguan yang
berasal dari luar jantung, misalnya:
1. Asfiksia karena sumbatan jalan nafas
2. Anoksia karena tercekik, edema paru
3. Kehilangan darah banyak yang akut
4. Hipoksemia karena anemia
5 syok septik stadium hari

●Indikasi BHD
1. Henti jantung
2. Henti nafas
Tindakan BHD dilakukan secara
berurutan dimulai dengan penilaian dan
dilanjutkan dengan tindakan.
urutan tahapan BHD adalah menilai,
mengaktifkan LGD/EMS (Emergency
medical System), melakukan tindakan
ABCD.
Memeriksa pasien dan lihat responnya dengan menggoyang
bahu pasien dengan lembut dan bertanya cukup keras
"apakah kami baik-baik saja?" Atau "siapa namamu"
1. Bila pasien menjawab atau bergerak, biarkan pasien tetap
lasa posisi ditemukan, kecuali bila ada bahaya pada posisi
tersebut dan dipanta5 secara terus-menerus.
2. Bila pasien tidak memberikan respon, aktifkan EMS/LGD.
Berteriaklah mencari bantuan, sembari buka jalan nafas.
 Meminta bantuan atau dengan berteriak atau menelepon
UGD/EMS misalnya 118.
 Pada waktu meminta bantuan sebutkan lokasi kejadian,
jenis kejadian (misalnya serangan jantung, trauma, dll)
beberapa pasien yang perlu bantuan, kondisi pasien,
bantuan apa yang sudah diberikan, dll)
 AIRWAY
apabila pasien tidak memberikan respon, pastikan
apakah pasien bernafas dengan sempurna. Untuk menilai
pernafasan, pasien harus pada posisi terlentang dengan jalan
nafas terbuka.
 Posisi pasien
 Posisi pasien terbaik untuk dinilai pernafasan dan diberi
bantuan resusitasi adalah pasien posisi terlentang pada
dasar yang keras dan datar. Apabila pada saat ditemukan
pasien pada posisi telungkup, maka harus ditelentangkan
secara simultan antara kepala, bahu dan dada tanpa
memutar badan (teknik roll-on)
 ○buka jalan nafas
 Pada pasien yang tidak sadar, maka tonus otot-otot rahang
lemah sehingga lidah dan epiglotis dapat menyumbat
farings atau jalan nafas atas.
 Penolong dapat membuka jalan nafas dengan cara angkat
kepala, angkat dagu (head thilt chin lift Manuever), cara
lain untuk membuka jalan nafas adalah dorong rahang
bawah (jaw thrust Manuever). Cara ini hanya boleh
dilakukan oleh penolong seorang petugas kesehatan dan
korban ada riwayat trauma kepala atau leher.
 Dengan cepat bersihkan muntahan atau benda asing yang
nampak ada dalam mulut.
 head thilt chin lift Manuever
 Posisikan telapak tangan pada dahi smabil mendorong dahi
kebelakang, pada waktu yang bersamaan, ujung jari tangan
yang lain mengangkat dagu. Ibu jari dan telunjuk harus
bebas agar dapat digunakan menutup hidung jika perlu
memberikan nafas buatan.
 ○jaw thrust Manuever
 Posisikan setiap tangan pada sisi kanan dan kiri kepala
pasien, dengan siku bersandar pada permukaan tempat
pasien terlentang dan pegang sudut rahang bawah dan
angkat dengan kedua tangan akan mendorong rahang
bawah depan.
 Head thilt-chin lift manuever dan jaw thrust manuever
 BREATHING
Sambil mempertahankan jalan nafas terbuka, dinilai
pernafasan dengan mendekatkan telinga ke hidung dan
mulut pasien.
Look, Feel and Listen ada tidaknya udara keluar masuk :
- lihat pergerakan naik turunnya dada
- dengar suara nafas pada mulut pasien
- rasakan hembusan nafas dipipi
 Penilaian ini dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik.
Bila pernafasan memadai:
Posisikan pasien pada posisi mantap (recovery position)
bila tidak ada riwayat trauma leher, pantau terus pasien
dan mencari bantuan. Bila tidak ada pernafasan cari
bantuan (aktifkan LGD/EMS), pasien diposisikan telentang,
buka jalan nafas dan bersihkan sumbatan yang terlihat
didalam mulut pasien dan berikan bantuan pernafasan
buatan.
Pada pasien yang tidak sadar, bernafas spontan dan teraba
sirkulasi spontan, maka pertolongan ditujukan untuk
mempertahankan jalan nafas bebas dari sumbatan lidah dan
mengurangi terjadinya aspirasi isi lambung. Oleh karena itu
pasien diatur pada posisi mantap, yaitu:
- lengan yang dekat penolong diluruskan kearah kepala.
- lengan yang satunya menyilang dada, kemudian tekankan
tangan tersebut ke pipinya.
- tarik tungkai hingga tubuh pasien terguling kearah penolong,
baringkan miring dengan tungkai atas membentuk sudut dan
menahan tubuh dengan stabil agar tidak menelungkup.
- periksa pernafasan terus menerus.

Bantuan ini harus diberikan pada semua pasien yang tidak
bernafas atau pernafasannya tidak memadai. Nafas buatan
dimulai dengan 2 kali nafas pelan, efektif (dalam 1 detik),
kemudian dilanjutkan nafas buatan 12x/menit.
Beberapa cara memberikan bantuan pernafasan buatan
adalah:
- pernafasan buatan mulut ke mulut
- pernafasan buatan mulut ke hidung
- pernafasan buatan mulut ke sungkup
- pernafasan buatan dengan kantung nafas buatan (bag
mask device)
 1. Pernafasan Buatan Mulut ke Mulut
Nafas buatan mulut ke mulut adalah cara yang paling
sederhana, cepat meskipun menggunakan udara ekhalasi
penolong dengan kadar oksigen sekitar 16% saja.
caranya :
- pertahankan head thilt chin lift
- jepit hidung dengan ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang
melakukan head thilt
- buka sedikit mulut pasien
- tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong
melingkari mulut pasien, kemudian tiupkan lambat, setiap tiupan
selama 2 detik dan pastikan sampai daa terangkat.
- tetap pertahankan head thilt chin lift, lepaskan mulut penolong
dari mulut pasien, lihat apakah dada pasien turun waktu
ekshalasi.
 Pernafasan Buatan Mulut Ke Hidung
Nafas buatan ini dilakukan bila pernafasan mulut ke mulut
sulit misalkan karena trismus, caranya adalah katupkan
mulut pasien disertai chin lift, kemudian tiupkan udara
seperti pernafasan mulut ke mulut. Buka mulut pasa waktu
ekshalasi.
 3. Pernafasan Buatan Mulut Ke Sungkup
Penolong meniupkan udara melalui sungkup yang diletakan
diatas dan melingkupi mulut serta hidung pasien. Sungkup
ini terbuat dari plastik transparan sehingga muntahan dan
warna bibir pasien dapat terlihat.
caranya :
- letakkan pasien pada posisi terlentang
- letakkan sungkup pada muka pasien dan dipegang
dengan kedua ibu jari
- lakukan head thilt chin lift/jaw thrust, tekan sungkup
kemuka pasien agar rapat kemudian tiup melalui lubang
sungkup sampai dada terangkat
- hentikan tiupan dan amati turunnya dada.
 4. Pernafasan Dengan kantung Nafas Buatan
Alat kantung nafas terdiri dari kantung dan katup satu arah yang
menempel pada sungkup muka. Volume dari kantung nafas ini 1600
ml. Alat ini bisa digunakan untuk memberikan nafas buatan dengan
atau disambungkan dengan sumber oksigen. Bila disambungkan ke
oksigen dengan kecepatan aliran 12 liter per menit (ini dapat
memberikan konsentrasi oksigen yang diinspirasi sebesar 7,40%),
maka penolong hanya memompa sebesar 400-600 ml (6-7ml/kg)
dalam 1-2 detik ke pasien, bila tanpa oksigen dipompakan 10 ml/kg
berat badan pasien dalam 2 detik. Caranya dengan menempatkan
tangan untuk membuka jalan nafas dan meletakkan sungkup menutupi
muka dengan teknik E-C Clamp, yaitu ibu jari dan jari telunjuk penolong
membentuk huruf "C" dan mempertahankan sungkup dimuka pasien.
Jari-jari ketiga, empat dan lima membentuk huruf "E" dengan
meletakkannya dibawah rahang bawah untuk mengangkat dagu dan
rahang bawah, tindakan ini akan mengangkat lidah dari belakang
faring dan membuka jalan nafas.
 Bila dengan 2 penolong, satu penolong pada posisi diatas
kepala pasien menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri dan kanan untuk mencegah agar tidak terjadi
kebocoran disekitar sungkup dan mulut, jari-jari yang lain
mengangkat rahang bawah dengan mengekstensikan
kepala sembari melihat pergerakan dada. Penolong kedua
secara perlahan (2 detik) memompa kantung sampai dada
terangkat.
b. Bila 1 penolong, dengan ibu jari dan jari telunjuk
melingkari pinggir sungkup dan jari-jari lainnya mengangkat
rahang bawah, tangan yang lain memompa kantung nafas
sembari melihat dada terangkat.
 ANJURAN UNTUK PERNAFASAN BUATAN
Pada awal pemberian pernafasan buatan, berikan 2 kali
perlahan (2 detik setiap kali tiupan) dan biarkan ekshalasi
sempurna diantara nafas/tiupan. Bila hanya perlu nafas
buatan saja, diberikan dengan kecepatan 10-12 nafas
permenit, tetapi bila disertai kompresi jantung luar maka
diberikan 30 kali kompresi dan 2 nafas per ventilasi untuk
1 atau 2 penolong sampai pasien dilakukan Intubasi
trakhea.

Henti jantung mengakibatkan tidak adanya tanda-tanda sirkulasi,
artinya tidak ada nadi. Pada praktiknya penilaian tanda ada
tidaknya sirkulasi oleh penolong adalah:
1. Setelah memberikan 2 kali nafas ke pasien yang tidak sadar,
dan tidak bernafas, lihat apakah ada tanda-tanda sirkulasi yakni
ada nafas, batuk dan gerakan-gerakan tubuh.
2. Bila pasien tidak bernafas, batuk atau melakukan gerakan,
lakukan pemeriksaan nadi karotis.
3. Penilaian ini tidak boleh lebih dari 10 detik.
Catatan : penilaian sirkulasi ini harus dilakukan oleh petugas
kesehatan, sedangkan untuk orang awam terlatih (petugas
pemadam kebakaran, satpam dll) tidak dianjurkan, pada
kelompok orang-orang ini bila mendapatkan poin 1 diatas,
segera melakukan kompresi dada.
 Menilai nadi karotis, caranya :
Pertahankan posisi head thilt dengan satu tangan penolong
dan tangan lainnya memegang leher pasien dan mencari
trakhea dengan 2-3 jari sampai meraba batas trakhea dan
otot-otot samping leher tempat lokasi nadi karotis bisa
diraba. Dengan tekanan lembut nadi karotis akan teraba,
apabila nadi karotis tidak teraba segera lakukan kompresi
dada.
 Kompresi dada
Teknik kompresi dada adalah memberikan tekanan pada
setengah bawah tulang dada (sternum) berulang-berulang dan
berirama.
● menentukan lokasi kompresi dan posisi tangan
- tentukan lokasi kompresi setengah bagian bawah tulang dada
dengan telunjuk dan jari tengah menyusur batas bawah iga
sampai titik temu dengan sternum
- posisikan tumit tangan satunya diatas sternum tepat disamping
telunjuk tersebut. Ini adalah titik tumpu kompresi
- tumit tangan satunya diletakan diatas tangan yang sudah
berada tepat di titik kompresi
- jari-jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat agar tidak ikut
menekan.
 - penolong mengambil posisi tegak lurus diatas dada
pasien dengan siku lengan lurus, menekan sternum
sedalam 4-5cm
- ulangi gerakan kompresi, lepas, kompresi, lepas, sekitar
100 kali permenit, rasio kompresi dan melepas 1:1
- setiap selesai 30 kali kompresi dada, buka jalan nafas
dan berikan 2 nafas buatan efektif, kemudian kompresi
dada lagi 30 kali dan seterusnya
- setiap selesai 5 siklus atau setiap 2 menit, dilakukan
penilaian tanda-tanda pernafasan dan sirkulasi.
 - Setelah 5 siklus kompresi dan ventilasi (rasio 30:2), dinilai
kembali keadaan pasien dengan memeriksa tanda-tanda
sirkulasi dan dilakukan tidak lebih dari 10 detik
- Bila tanda-tanda sirkulasi tidak ada, teruskan kompresi
dada dan ventilasi
- Bila ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan penilaian terhadap
pernafasan, yaitu :
○ Bila nafas ada, posisikan pasien pada posisi mantap
(recovery position) dan pantau pernafasan dan sirkulasi
○ Bila nafas tidak ada, berikan nafas buatan 12 kali
permenit dan pantau sirkulasi.
 Apabila ada 2 penolong, ada beberapa hal yg perlu diperhatikan :
1. Jika penolong pertama sedang memberikan nafas buatan,
penolong kedua yang baru datang mengambil posisi kompresi
dada yang benar. Penolong ini mengambil alih kompresi dada
setelah penolong pertama selesai memberikan 2 nafas buatan.
Posisi kedua penolong berseberangan dari pasien.
2. Penolong kompresi dada melakukannya dengan hitungan
suara yang keras
3. Jika penolong ingin berganti tempat, penolong kompresi
memberi aba-aba. Pindah tempat dilakukan akhir kompresi dada
ke 30, segera pindah ke posisi nafas buatan dan memberi 2
nafas buatan penolong yang semula memberi nafas buatan
pindah ke posisi kompresi dada dan melakukan kompresi segera
setelah nafas buatan.
 1. Regurgitasi, aspirasi
2. Fraktur sternum, costae
3. Pneumothoraks, hemotoraks, kontusio paru
4. Laserasi hati, limpa

You might also like