Professional Documents
Culture Documents
SGD 8
ANANDA NURAMALLIAH
30101306867
1. Bagaimana interpretasi GCS E2M3V2 dan cara
pemeriksaan GCS dan nilai normalnya?
Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
1. Menilai respon membuka mata (E)
• (4) : spontan
• (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
• (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan
• kuku jari)
• : tidak ada respon
2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)
• (5) : orientasi baik
• (4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
• disorientasi tempat dan waktu.
• (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun
• tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
• (2) : suara tanpa arti (mengerang)
• (1) : tidak ada respon
3. Menilai respon motorik (M)
• (6) : mengikuti perintah
• (5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat
diberi
• rangsang nyeri)
• (4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh
menjauhi
• stimulus saat diberi rangsang nyeri)
• (3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada &
• kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
• (2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi
tubuh,
• dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
• (1) : tidak ada respon
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
Compos Mentis (GCS: 15-14)
Apatis (GCS: 13-12)
Somnolen(11-10)
Delirium (GCS: 9-7)
Sporo coma (GCS: 6-4)
Coma (GCS: 3)
• Ingat:
• trauma kepala berat jika GCS ≤ 8
• trauma kepala sedang jika GCS antara 9 dan 12
• trauma kepala ringan jika GCS ≥ 13
• Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
• Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
• Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
• Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal.
• Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
• Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong.
Adanya sumbatan jalan nafas yang menyebabkan kesulitan bernafas dan
pasien akan berusaha untuk bernafas sehingga ada kelelahan dari otot
pernafasan yang akan menyebabkan penumpukan sisa pembakaran O2 (
Co2 ). CO2 yang tinggi akan mempengaruhi ssp yang nantinya akan
menekan pusat nafas sehingga hentu nafas. Bisa juga karena terhentinya
aliran darah ke otak dari jantung yang menagalami dekompensasi
oksigen akibat gagal nafas dan menyebabkan iskemik pada otak
sehingga ada penurunan kesadaran.
2. Mengapa pasien tampak sianosis?
Sianosis adalah suatu keadaan di mana kulit dan membran mukosa berwarna kebiruan
akibat penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil pada area tersebut.
Sianosis biasanya paling terlihat pada bibir, kuku, dan telinga. Derajat sianosis ditentukan
dari warna dan ketebalan kulit yang terlibat. Sebenarnya, penilaian akurat dari derajat
sianosis ini sulit ditentukan, karena tingkat penurunan saturasi oksigen yang dapat
berakibat sianosis berbeda pada tiap ras. Selain itu, pemeriksaan sianosis pada membran
mukosa, seperti mulut dan konjungtiva, lebih bermakna daripada pemeriksaan pada kulit.
Makin tinggi kandungan total Hb, makin besar tendensi terjadinya sianosis. Dengan
demikian, pasien dengan polisitemia yang jelas cenderung untuk menjadi sianosis pada
tingkat SaO2 yang lebih tinggi dibandingkan pasien dengan nilai hematokrit normal.
Pada fraktur impresi (juga disebut fraktur depresi), bagian yang patah menonjol ke dalam
rongga tengkorak. Fraktur depresi melibatkan pergeseran tulang tengkorak atau
fragmennya ke bagian lebih dalam dan memerlukan tindakan bedah saraf segera terutama
bila bersifat terbuka dimana fraktur depresi yang terjadi melebihi ketebalan tulang
tengkorak. Fraktur basis cranii merupakan fraktur yang terjadi pada dasar tulang tengkorak
yang bisa melibatkan banyak struktur neurovaskuler pada basis cranii, tenaga benturan
yang besar, dan dapat menyebabkan kebocoran cairan serebrospinal melalui hidung dan
telinga dan menjadi indikasi untuk evaluasi segera di bidang bedah saraf.
Snell RS. Clinical Anatomy for Medical Student. 6th ed. Sugiharto L, Hartanto H,
Listiawati E, Susilawati, Suyono J, Mahatmi T, dkk, penerjemah. Anatomi Klinik
Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC: 2006.740-59.
3. Bagaimana penatalaksanaan dari fraktur impresi
os.frontal?
4. Mengapa pasien mengeluarkan banyak darah dari
rongga mulut?
Pada fraktur impresi (juga disebut fraktur depresi), bagian yang patah
menonjol ke dalam rongga tengkorak. Fraktur depresi melibatkan
pergeseran tulang tengkorak atau fragmennya ke bagian lebih dalam dan
memerlukan tindakan bedah saraf segera terutama bila bersifat terbuka
dimana fraktur depresi yang terjadi melebihi ketebalan tulang
tengkorak. Fraktur basis cranii merupakan fraktur yang terjadi pada
dasar tulang tengkorak yang bisa melibatkan banyak struktur
neurovaskuler pada basis cranii, tenaga benturan yang besar, dan dapat
menyebabkan kebocoran cairan serebrospinal melalui hidung dan
telinga dan menjadi indikasi untuk evaluasi segera di bidang bedah
saraf.
Snell RS. Clinical Anatomy for Medical Student. 6th ed. Sugiharto
L, Hartanto H, Listiawati E, Susilawati, Suyono J, Mahatmi T, dkk,
penerjemah. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi
6. Jakarta: EGC: 2006.740-59.
5. Mengapa penderita mengeluarkan suara snoring
dan gurgling?
• Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan
jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka
lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka
mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas,
telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda
yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan
benda tersebut.
• Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan
yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-
finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya,
menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu”
rongga mulut dari cairan-cairan).
• Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap
lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja
• Suara mengorok
Suara mendengkur timbul akibat turbulensi aliran udara pada saluran nafas
atas akibat sumbatan. Tempat terjadinya sumbatan biasanya di basis lidah atau
palatum. Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas
menstabilkan jalan nafas di mana otot-otot faring berelaksasi, lidah dan
palatum jatuh ke belakang sehingga terjadi obstruksi.
Journal of The Royal Society of Medicine 2003; 96: 343 – 4. Can Med
Assoc J 2007; 176(9): 1299-303.
• Suara berkumur
Gargling: suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan
yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti
di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari
yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-
cairan).
Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support.
6. Apa maksud dari interpetasi SpO2 90%, RR
32x/menit?
Nilai Pulse Oxymetri
• 95-100% (dalam batas normal
• 90-<95% (hipoksia ringan sampai sedang)
• 85-<90% (hipoksia sedang sampai berat)
• <85% (hipoksia yang mengancam jiwa)
NILAI RR
• RR 32x menit menunjukkan adanya peningkatan RR.
• Obstruksi jalan nafas Berkurangnya oksigen di dalam darah (hipoksemia) Hipoksia ( di
jaringan otot – otot pernafasan,otak,jantung,dll) tubuh mengkompensasi dengan dua cara
yaitu,meningkatkan Frekuensi napas menjadi lebih cepat daripada keadaan normal yang
tujuannya untuk mempertahankan perfusi oksigen dan meningkatkan frekuensi nadi untuk
mempertahankan suplai darah ke jaringan yang membawa O2 jika keadaan ini berlangsung
lama ( tidak di tangani dengan cepat) selama 3 – 4 menit menyebabkan kelelahan pada
otot-otot pernapasan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa
gas CO2 darah dan jaringan Gas CO2 yang tinggi akan mempengaruhi susunan saraf
pusat ( medulla oblongata ), dengan menekan pusat napas henti napas (respiratory
arrest).
Rab,T., Agenda gawat darurat, jilid 2
7. Bagaimana cara melakukan primary survey? Dan
secondary survey?
Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan jenis perlukaan,
tanda-tanda vital, dan mekanisme trauma. Pada penderita yang terluka parah
terapi diberikan berdasarkan prioritas. Tanda vital harus dinilai secara cepat
dan efisien.
Proses Primary survey ini merupakan ABC nya trauma , dan berusaha untuk
mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu, dengan
berpatokan pada urutan berikut :
• A airway (jalan nafas) : mengontrol jalan nafas
• B breathing (bantuan nafas) : menjaga pernafasan dengan ventilasi
• C circulation (bantuan sirkulasi) : dengan kontrol perdarahan
• D defbrilation (terapi listrik) : status neurologis
• E exposure / environmental control : buka baju penderita, tetapi cegah
hipotermia
Kontra Indikasi :
1. Pasien sadar atau setengah sadar
2. Pasien dengan refleks batuk dan muntah yg masih ada
Komplikasi :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Laringospasme ( tergantung dari ukuran OPA )
3. Muntah
4. Aspirasi spontan
• Ventilasi dibantu
• Indikasi NPA :
a. Sadar/tdk sadar,
b. Napas spontan,
c. Ada refleks muntah,
d. Kesulitan dg OPA.
• Kontraindikasi NPA :
a. Fraktur wajah
b. Fraktur tulang dasar tengkorak.
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Cedera larynx dan trachea
• Stridor
15. Jika tidak dilakukan tindakan lanjut, kerusakan organ apa
sajakah dan bagaimana mekanismenya?