You are on page 1of 39

LBM 6 KGD

SGD 8

ANANDA NURAMALLIAH ( 30101306867 )


1. Kenapa pasien nampak gelisah, bingung
dan halusinasi serta muntah - muntah
setelah minum jus bunga liar?
 2. Bagaimana interpretasi dari vital
sign?
Suhu Meningkat

 Hyperthermia is caused by the blockade of both central and


peripheral muscarinic acetylcholine receptors. Therefore,
anticholinergic poisoning is often-times referred to as
antimuscarinic poisoning syndrome. Central mus-carinic blockade
effects depend on the offending agent’s ability to permeate the
blood-brain barrier. For example, atropine and scopolamine
possess a tertiary amine group that allows these compounds to
cross the blood-brain barrier and cause central nervous system
activity. Conversely, other agents, such as glycopyrro-late,
contain a quaternary amine group that impairs the ability of the
compound to cross the blood-brain barrier, and only peripheral
adverse effects are seen. 47 Peripheral muscarinic blockade by
anticholinergic agents interferes with cutaneous heat loss by
impairing sweat-gland function. In such cases, hyperthermia
results from the combination of heat production from increased
muscle activity and the inability to dissipate heat through sweating.
Sumber: Megan e. MusselMan and suprat saely.2013. Diagnosis and
treatment of drug-induced hyperthermia. American Journal Health-
Syst Pharm—Vol 70
3. Kenapa pada pemeriksaaan fisik di
dapatkan diameter pupil 6mm, refleks
cahaya +, mulut kering, bising usus
berkurang dan kulit kemerahan serta
hangat?
MATA
 Alkaloid belladonna menghambat M.constrictor pupilae dan M.Ciliaris lensa
mata, sehingga menyebabkan midriasis dan siklopegia (paralisis mekanisme
akomodasi). Midriasis mengakibatkan fotofobia, sedangkan siklopegia
menyebabkan hilangnya daya melihat jarak dekat.
 Sesudah pemberian 0,6 mg atropine SK pada mulanya terlihat efek
terhadap kelenjar eksokrin, terutama hambatan salvias, serta brakikardi
sebagai hasil perangsangan N.Vagus, midriasis baru terlihat dengan dosis
yang lebih tinggi (>1 mg). Mula timbulnya midriasis tergantung dari
besarnya dosis, dan hilangnya lebih lambat daripada hilangnya efek terhadap
kelenjar liur. Pemberian lokal pada mata menyebabkan perubahan yang lebih
cepat dan berlangsung lama sekali (7-12 hari). Hal ini disebabkan atropin
sukar dieliminasi dari cairan bola mata. Midriasis oleh alkaloid belladonna
dapat diatasi oleh pilokarpin, eserin atau DFP. Tekanan intraokular pada
mata yang normal tidak banyak mengalami perubahan.tetapi pada penderita
glaukoma, penyeluran dari cairan intraokular akan terhambat, terutama pada
glaukoma sudut sempit, sehingga dapa meningkatkan tekanan intraokular.
Hal ini disebabkan karena dalam keadaan midriasis muara saluran schlemm
yang terletak disudut bilik depan mata menyempit, sehingga terjadi
bendungan cairan bola mata.
Saluran Cerna :
 karena bersifat menghambat peristaltis lambung dan usus, atropin juga disebut
obat antispasmodik. Penghambatan terhadap asetkolin eksogen (atau ester kolin)
terjadi lengkap, tetapi terhadap asetikolin endogen hanya terjadi parsial. Atropin
menyebabkan berkurangnya sekresi liur dan sebagian juga sekresi lambung.
Pada tukak pektik, atropin sedikit saja mengurangi sekresi HCl, karena sekresi
asam ini lebih dibawah control fase gaster daripada oleh N.Vagus. Gejala-gejala
ulkus peptikum setelah pemberian atropin terutama dikurangi oleh hambatan
motilitas lambung, inipun memerlukan dosis yang selalu disertai dengan
keringnya mulut. Tetapi sekali terjadi blokade, maka blokade akan tertahan
untuk waktu yang agak lama. Atropin hampir tidak mengurangi sekresi cairan
pankreas, empedu dan cairan usus, yang lebih banyak dikontrol oleh faktor
hormonal.
 Antimuskarinik yang lebih selektif ialah pirenzepin yang afinitasnya lebih jelas
pada reseptor M1, konstante disosiasi pirenzepin pada M1, kira-kira 5 kali
konstante disosiasi pada M2.
 Pirenzepin bekerja lebih selektif menghambat sekresi asam lambung dan pepsin
pada dosis yang kurang mempengaruhi organ lain. Sekresi asam lambung pada
malam hari dapat diturunkan sampai 44%. Dengan dosis 100 mg sehari, sekresi
saliva dan motilitas kolon berkurang. Pengosongan lambung dan faal pankreas
Mulut Kering :
Kelenjar eksokrin yang paling jelas dipengaruhi oleh
atropin ialah kelenjar liur dalam mulut serta bronkus.
Untuk menghambat aktivitas kelenjar keringat
diperlukan dosis yang lebih besar; kulit menjadi
kering, panas dan merah terutama dibagian muka dan
leher. Hal ini menjadi lebih jelas lagi pada keracunan
yaitu seluruh suhu badan meningkat.
 asetilkholin berperan penting pada sistem saraf
autonom. Senyawa ini berperan sebagai neurotransmiter
pada ganglia sistem saraf simpatik dan parasimpatik,
yang mana senyawa ini berikatan dengan reseptor
nikotinik. Inhibisi kholinesterase pada ganglia sistem
saraf simpatik dapat menimbulkan midriasis, takikardi,
dan hipertensi. Sedangkan, penghambatan
kholinesterase pada ganglia sistem saraf parasimpatik
menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi.
 Asetilkholin juga merupakan neurotransmitter post
ganglionik pada saraf parasimpatik yang secara
langsung mempengaruhi jantung, bermacam-macam
kelenjar, otot polos bronchial. Tidak seperti reseptor
pada ganglia, reseptor pada organ ini adalah reseptor
muskarinik.
 4. Apakahracun yang ada pada
bunga terompet yang memiliki efek
toksik pada SSP dan otonom?
Alkaloid dalam tumbuhan kecubung terdiri dari
antropin, hiosiamin dan skopolamin.
1. Antropin bekerja pada sistem saraf perifer, senyawa
ini mempunyai kerja merangsang dan menghambat
sistem saraf pusat. Gejala keracunan yang ditimbulkan
pada pemakaian antropin adalah mulut kering,
kesulitan buang air, sakit mata dan sensitif pada
cahaya (Anggara, 2003). Menurut Wijayakusuma
(1992), alkaloid antropin merupakan zat yang dapat
menimbulkan efek bius bila masuk ke dalam darah
melalui saluran pernafasan. Dalam ekstrak, antropin
tetap dalam bentuk padat.
2. Skopolamin (hyoscin) merupakan ∫- hiosiamin
yang terepoksida (atom O membentuk segitiga dengan
atom C) pada tropanol (Sastrapradja, 1978). Secara
farmakologi kegunaan skopolamin berbeda dengan
antropin, bahwa senyawa ini hanya bekerja menekan
sistem saraf pusat. Efek perifer skopolamin dan
antropin secara kualitatif memang sama tetapi dilihat
dari segi kuantitatif terdapat perbedaan yang cukup
besar, yaitu efek menghambat sekresi dari skopolamin
lebih kuat sedangkan efek menaikkan 24 frekuensi
jantung lebih lemah dari pada antropin (Mustchler,
1991). Menurut Anggara (2003), skopolamin sering
digunakan sebagai obat mabuk laut, selain itu dapat
berfungsi sebagai Analgesik (tahan sakit) dan
Saporific (obat tidur).
MANIFESTASI KLINIK TOXIDROMES

 5. Antidotum apa yang di berikan


pada pasien?
 6. Apa saja gejala anti muscarinic
toxicity?

 7. Sebutkan zat – zat toksin yang


memicu anti muscarinic toxicity?
 8.Jelaskan bagaimana patofisiologi
racun tersebut pada SSP dan SSO!
 9.Bagaimana primary survey
terkait kasus tersebut?
Stabilisasi Awal
 Jaga patensi jalan nafas , ventilasi adekuat, cegah
aspirasi
 Oksigen
 Jika tidak terdapat gag reflex  intubasi, suction
 Jika pasien letargi tetapi masih terdapat gag reflex, baringkan
pasien dalam posisi lateral dekubitus dengan kedudukan
kepala dan badan lebih tinggi daripada tungkai bawah
 Sirkulasi:
 Pasang jalur IV: jarum ukuran besar atau CVP
 Tatalaksana syok:
cairan kristaloid 20-30 mL/kgBB; dopamine 5-15
µg/kgBB/jam
 DPL, elektrolit, gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal
 AGD, pH
Stabilisasi Awal
 Tatalaksana koma:

 50 mL glukosa 50% IV dalam 3-4 menit

 Nalokson 0,2-0,4 mg IV; dapat ditambah 1-2 mg tiap 2-3 menit


hingga dosis total 10-20 mg.
 Thiamine 100 mg IM jika suspek intoksikasi alkohol/malnutrisi

 Tatalaksana kejang:

 Diazepam 0,1–0,2 mg/kg IV selama 1–2 menit;

jika tetap kejang  fenitoin 15–20 mg/kg dengan kecepatan tidak


lebih dari 100–150 mg/menit.
 Koreksi asidosis, hipoksemia, gangguan elektrolit, hipertermia.

 EKG

 Cari penyebab penurunan kesadaran lainnya


TATALAKSANA LANJUT

1. Pencegahan absorpsi
 Dekontaminasi kulit: bersihkan kulit dengan
sabun dan air, lepaskan pakaian yang
terkontaminasi
 Dekontaminasi mata: irigasi dengan NaCl 0.9%
atau air bersih
 Dekontaminasi saluran cerna: rangsang muntah
(tidak dianjurkan lagi), pengosongan/bilas
lambung, irigasi usus, karbon aktif dan katartik.
 Lavase/kumbah lambung:
 Efektif jika dilakukan 1 jam pasca tertelannya racun
 French tube No. 36-40, lavase dengan 200-300 mL
cairan fisiologis hangat atau air matang pada suhu
tubuh
 Kontraindikasi : jalan nafas tidak terproteksi, ingesti
nontoksik, tertelan material korosif

 Irigasi usus
 Membuang obat/racun yang tidak diserap
 Indikasi pada keracunan obat-obatan lepas lambat ,
logam berat, “body packers”.
 Irigasi: 1,5-2 L/jam larutan polietilenglikol melalui
NGT
 Kontraindikasi: gangguan proteksi jalan nafas,
gangguan usus, hemodinamik tidak stabil, BU
menghilang, muntah-muntah hebat.
2. Peningkatan eliminasi
 Diuresis paksa dan pengaturan pH urin

 Karbon aktif dosis multipel:

 Paling efektif dalam 1 jam pasca keracunan

 Tidak dapat mengikat alkohol, material korosif, dan logam berat

 Dosis awal 1 g/kgBB karbon aktif, selanjutnya 0,5 mg/kgBB setiap


3-4 jam hingga total 3 dosis tambahan
 Diberikan jika racun tertelan dalam jumlah besar, obat-obatan
lepas lambat, obat-obatan yang mengalami siklus enteroenterik
atau enterohepatik, terbentuk bezoar dalam lambung
 Kontraindikasi : gangguan jalan nafas, ileus (kontraindikasi relatif)

3. Pengeluaran toksin ektrakorporal


 Hemodialisis

 Hemoperfusi

4. Antidotum

 10. Bagaimana kriteria pasien
intoksikasi di rawat dan di
pulangkan?

 11. Mengapa pasien di berikan


oksigenasi, infus dan kateter urin?

11. Apa saja komplikasi dari


kasus di atas?

You might also like