You are on page 1of 176

INFEKSI JAMUR PROFUNDA

Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 6th ed.


New York: McGraw-Hill Inc.,2003:2018-23
INFEKSI JAMUR PROFUNDA

• Mikosis subkutan
• Mikosis sistemik
– Daerah tropis dan subtropis
– Komplikasi penting pada pasien
imunokompromais
MIKOSIS SUBKUTAN
• Infeksi jamur  ke dermis/subkutan
melalui penetrasi trauma
– Sporotrikosis
– Misetoma
– Kromoblastomikosis
– Lobomikosis
– Zigomikosis subkutan
Sporotrikosis
– Jamur subkutan dan sistemik
– Penyebab: Sporotrix schenckii
– Lingkungan alami  kapang, infeksius  ragi
– Sistemik  infeksi paru-paru, artritis,
meningitis
– Dalam jaringan  sel jamur dikelilingi
asteroid body
Aspek sejarah
• Kasus I Schenck (1898)
• Perancis (1903) penyakit dan terapi
dengan kalium iodida
• Wabah besar di tambang emas Afrika
selatan (1941-1944)
Epidemiologi
• Negara tropis atau peralihan:
– Amerika Utara, Selatan dan Tengah, Amerika
Serikat bagian Utara, Meksiko, Afrika, Mesir,
Jepang, Australia
• Jamur tumbuh  daun-daunan dan kayu
• S. schenckii  infeksi sporadis
• Tukang kebun, bekerja di hutan
MANIFESTASI KLINIS
• Sporotrikosis subkutan  2 bentuk:
– Infeksi limfangitik
• >> terjadi
• Tangan dan kaki
• Nodul  pecah  ulkus kecil
• Pemb. Limfe  inflamasi  bengkak 
nodul sekunder di sepanjang perjalanan
pemb. limfe  pecah  ulkus
• Infeksi fixed (15% kasus)
– Infeksi terlokalisasi  granuloma
 ulserasi
– Nodul satelit (+)
• Penyebaran  sendi dan sarung tendon
• AIDS  lesi multipel, pembuluh limfe (-)
• Sporotrikosis sistemik
– Jarang, nodul kronis pada paru-paru +
kavitasi, artritis dan meningitis
Sporotrikosis
DIAGNOSIS BANDING

• Infeksi mikobakterial
• Leismaniasis
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Spesimen  kerokan, eksudat, biopsi


• S. schenckii
– Jarang terlihat
– Isolasi  agar Sabouraud
– Kultur primer  Kapang; koloni padat, putih–gelap
– Mikroskopis:
• Hifa  konidia; lonjong/triangular
• fase ragi  agar brain-heart infusion, 37o C
– Patologis:
• Reaksi granulomatosa campuran
dengan mikroabses neutrofil
• Cerutu kecil (3 – 5 μm)/ragi oval
dikelilingi asteroid body
TERAPI
• Sembuh spontan
• Kalium iodida (larutan tersaturasi), 4–6 mL,
3 kali/hari, 3 – 4 minggu setelah secara
klinis sembuh
• Itrakonazol 200 mg/hari
• Terbinafin 250 mg/hari
• Amfoterisin B  IV
• Semua kasus  1 minggu klinis sembuh
MISETOMA
(MADUROMIKOSIS, MADURA FOOT)

• Infeksi kronis lokalisata


– Jamur eumisetoma
– Actinomycetes sp  aktinomisetoma
• Granula (+)  sinus ke kulit
• Metastasis jarang
• Biasanya saprofit pada tanah/tanaman
• Pertama kali  Engelbert K (1694)
• EPIDEMIOLOGI
– Daerah tropis, sporadis, jarang
– Penyebab tersering  Scedosporium
apiospermum
– Penyebab lain:
• Nocardia sp  Aktinomisetoma
• Madurella mycetomatis
• Streptomyces somaliensis
Gambaran makroskopis dan histopatologis
granula misetoma
MANIFESTASI KLINIS
• Misetoma jamur = aktinomisetoma
• Leher, punggung, dinding dada (Nocardia sp),
tangan, tungkai bawah dan kaki
• Nodul padat, tidak nyeri  menyebar
 papula dan jalur draining sinus
• Nyeri  jarang kecuali tahap lanjut
Misetoma
Eumisetoma  Scepdosporium
Misetoma
DIAGNOSIS BANDING

• Osteomielitis bakterial atau


tuberkulosis
• Aktinomikosis
DIAGNOSIS LABORATORIUM

• Menemukan granula misetoma:


– Partikel 250 – 1000 μm, putih, hitam,
merah
– KOH dan HE tidak dapat membedakan
– Granula hitam  jamur
– Granula merah  aktinomisetes
DIAGNOSIS LABORATORIUM

• Histologis:
– Reaksi inflamasi kronis
– Abses neutrofil
– Giant cell
– Fibrosis
Granula eumisetoma (HE)
TERAPI
• Dapson + streptomisin/ sulfametoksazole-
trimetoprim + rifampin/streptomisin
• Amikasin  infeksi klasik Nocardia
• M. mycetomatis:
– Ketokonazol 200 mg/hari, beberapa bulan
• Jamur lainnya:
– Griseofulvin, terbinafin, atau itrakonazol
– Operasi  amputasi  dipertimbangkan
KROMOBLASTOMIKOSIS
(KROMOMIKOSIS)
• Infeksi jamur kronis kulit dan jaringan
subkutan
• Jamur berpigmen /dematiaceous
• Sclerotic/muriform bodies  hiperpasia
pseudoepiteliomatosus
• Phialophora verrucosa, Fonsecaea pedrosoi,
F. compactum, Wangiella dermatitidis dan
Cladophialophora carrionii
• EPIDEMIOLOGI
– Jamur dapat diisolasi dari kayu, sisa
tumbuhan, tanah
– Penyebab tersering  F. pedrosoi,
P. carrionii
– Sering  Amerika Tengah dan Selatan
– Laki-laki  petani
MANIFESTASI KLINIS

• Infeksi primer  lengan, tungkai, kaki,


badan bagian atas
• Gambaran klinis  variasi:
– Lesi primer  papula, menonjol, keras 
menyebar perlahan
– Lesi datar, lesi verukosus bersifat lokal
– Komplikasi  limfedema  elefantiasis
dan karsinoma sel skuamosa
Kromoblastomikosis
Kromoblastomikosis
DIAGNOSIS BANDING

• Limfedema kronis tropikal dengan


hiperplasia
• Lesi kronis verukosus 
tuberkulosis, blastomikosis
DIAGNOSIS LABORATORIUM

• Pemeriksaan KOH:
– Sel jamur sklerotik/muriformis
• Pemeriksaan histologis
– Respon granulomatosa campuran +
abses neutrofil kecil dan hiperplasia
epidermis
• Kultur:
– Koloni hitam, permukaan lembut
TERAPI

• Itrakonazol 200 mg/hari


dengan/tanpa flusitosin 30 mg/kg
• Terbinafin 250 mg/hari
• Amfoterisin B I iv (s/d 1 mg/kg/hari)
• Tiabendazol  alternatif
• Operasi
FEOHIFOMIKOSIS (KISTA FEOMIKOTIK,
KROMOMIKOSIS KISTIK)

• Jarang
• Sering di daerah tropis
• Penyebab  dematiaceous  Exophiala
jeanselmei dan Wangiella dermatitidis
• Bentuk lesi  Kista inflamasi subkutan 
Baker’s cysts
• Terapi:  eksisi bedah
FEOHIFOMIKOSIS (KISTA FEOMIKOTIK,
KROMOMIKOSIS KISTIK)

• Hifa pendek, ireguler, berpigmen


• Penderita imunosupresi steroid jangka
panjang
• Histologis :
– Hifa dalam makrofag
– Dinding kista  palisade makrofag
dan sel inflamasi,
• Terapi:  bedah eksisi
LOBOMIKOSIS (BLASTOMIKOSIS
KELOIDAL, PENYAKIT LOBO)
• Jarang  di Amerika Tengah & Selatan
• Lesi  lumba-lumba, lesi seperti keloid
• Kultur (-), jamur  rantai sel
• Lesi tersering di wajah, kaki, lengan
• Penyebaran  autoinokulasi
• Obat anti-jamur  tidak efektif
• Terapi utama  operasi
ZIGOMIKOSIS SUBKUTAN

• Mikosis subkutan tropikal yang jarang


• Pertumbuhan dan penyebaran lambat
• Kronis
• Pembengkakan keras, melibatkan jaringan
subkutan
• Dua bentuk utama:
– Basidiobolus ranarum:
• Sering pada anak-anak
• Amerika Selatan, Afrika, Indonesia
• Sisa tumbuhan, saluran percenaan
reptil dan amfibia
– Conidiobolus coronatus
• Sering pada dewasa
• Isolasi dari tanah, sisa umbuhan,
serangga
• Awal infeksi : tulang rawan hidung bag.
bawah
• nyeri (-)
• Deformitas hidung, bibr dan dagu
• Histopatologis:
– Respon granulomatosa kronis + eosinofil >>
– Hifa besar spt pita
– Dikelilingi material eosinofil (fenomena
Splendore-Hoeppli )

• Terapi:
– Kalium iodida
– Ketokonazol (400 mg/hari)
– Itrakonazol (100 – 200 mg/hari)
RINOSPORIDIOSIS

• Penyebab  Rhinosporidium seeberi


• Belum pernah dikultur
• Paparan  air
• Tersering  mukosa hidung, mukosa
konjungtiva
• Timbul polip besar berbercak putih 
kista kecil berisi spora  sporangia
besar
• Terapi  eksisi operatif
Zigomikosis
Zigomikosis

Basidioboulus ranarum
• Nodul subkutan, nyeri (-), batas tegas
• Gigitan nyamuk/serangga
• Wajah, lengan, badan, tungkai
• Hati, usus dan otot
• Kultur : tumbuh datar, berlipat, mengkerut,
warna kelabu dan konsistensi  lilin
Zigomikosis
Lobomikosis
Granule (tampak jelas dengan PAS)
Hifa tampak jelas (PAS)
Chromoblastomycosis
Chromoblastomycosis
Chromoblastomycosis
Chromoblastomycosis
chromoblastomycosis
Sclerotic cells
Agar Sabouraud chromoblastomycosis
Histopathologic of chromoblastomycosis
Tuberculosis verrucosa cutis
Botryomycosis
Histopathologic actinomycosis
Actinomycosis
Histopathologic of actinomycosis
Actinomycosis
Actinomycosis
Actinomycosis
Actinomycosis
Actinomycosis
Sulfur granule actinomycosis
Botryomycosis
Kulltur agar Sabouraud selama 12 hari

a. Nocardia brasiliensis b. Streptomyces madurae

c. Streptomyces pelletierii
kromoblastomikosis
Histopathologic chromoblastomycosis
Misetoma
eumycetoma
Mycetoma
Mycetoma
Mycetoma
Mycetoma
Mycetoma
Aktinomikosis eumisetoma
infeksi subakut-kronik kronik
karakteristik -rx. Inflamasi
- granulomatosa
-multipel sinus & abses
- “sulfur granul”
predileksi 50-70% servikofasial 70% kaki
insidens 1970  1:300.000
♂>♀
20-50 th
penyebab flora normal : mulut,GIT,
genital ♀, bakt. anaerob-
mikroaerofilik
Aktinomikosis Eumisetoma
faktor yang -sosioekonomi -trauma  tanah,
mempengaru -higiene gigi buruk tusukan duri ikan,
hi -trauma mulut kaktus

pemeriksaan -trismus
fisik -demam
-limfadenopati (-)
gambaran -nodul merah ungu 70% kaki
klinis -abses multipel
-sinus

Lab. - anemia &


leukositosis
Aktinomikosis Eumisetoma
KOH 10% (-) -hifa bersepta

kultur - anaerob  BHIA


- 35% (+)
gambaran -infiltrasi limfosit, sel
histopatologi plasma, sel epitel &
s sel histiosit
-sulfur granul
-PAS (-)
Th/ - penisilin - antimikotik
kromoblastomikosis eumisetoma
infeksi kronik kronik
karakteristik nodul/plak verukosa
 jamur
dermatiaceae
predileksi kaki,tungkai 70% kaki
insidens ♂>♀
30-50 th
penyebab Fonsecaea,
Phialophora,
Cladosporium
kromoblastomikosis Eumisetoma
faktor yang -trauma tanah -trauma  tanah,
mempengaruh tusukan duri ikan,
i kaktus
pemeriksaan -nyeri & gatal
fisik -limfadenopati (-)
gambaran -Papul eritem
klinis nodul  plak
verukosa merah
ungu
Lab. (-)  inf. 2nd
Kromoblastomikosis Eumisetoma
KOH 10% spora oval/hifa -hifa bersepta
bersepta, ddg tebal,
coklat-hitam
kultur -agar Sabouraud :
lambat 3-5 minggu 
“beludru”
gambaran -hiperplasia
histopatologi epidermis
s -infiltrasi limfosit,
makrofag, sel raksasa
berinti banyak
-Spora oval,ddg tebal,
coklat gelap, hifa
bersepta
Th/ - antimikotik - antimikotik
TB kutis verukosa eumisetoma
infeksi kronik kronik
karakteristik -plak indolen 
permukaan verukosa
predileksi ekstremitas 70% kaki
insidens sering  negara
berkembang
penyebab Micobacterium
tuberculosa
TB kutis verukosa Eumisetoma
faktor yang -trauma -trauma  tanah,
mempengaru tusukan duri ikan,
hi kaktus
pemeriksaan -limfadenopati (-)
fisik
gambaran -Papula/papulopustul 70% kaki
klinis  halo ungu
hiperkeratosis
verukosa
Lab. -PPD 5TU (+)
-Zielhl Neelsen (+)
TB kutis verukosa Eumisetoma
KOH 10% (-) -hifa bersepta

kultur - M. tuberculosa

gambaran -Epidermis :
histopatologi hiperkeratosis,
s akantosis,
papilomatosis
-dermis :abses,
infiltrat tuberkuloid,
tuberkel + nekrosis
perkejuan, sel
epiteloid & sel datia
Th/ - antituberkulosis - antimikotik
Botriomikosis eumisetoma
infeksi kronik kronik
karakteristik -rx. Inflamasi
granulomatosa
- “sulfur granul”
predileksi 70% kaki
insidens 1970  1:300.000
♂>♀
20-50 th
penyebab flora normal :
mulut,GIT, genital ♀,
bakt. anaerob-
mikroaerofilik
Terapi Misetoma

• 1st line : Trimetroprim-Sulfametoksasol


Ketokonazol
• 2nd line : Itrakonazol
Itrakonazol & Flusitosin
Amphoteresin B
• 3rd line : Flukonazol
Terapi Kromoblastomikosis

• 1st line : Itrakonazol


Terbinafid
• 2nd line : Bedah beku
Local heat
Bedah eksisi
Flusitosin
Tiambendazol
• 3rd line : Amphoterisin B
Terapi Aktinomikosis

• 1st line : Penisilin


Ampisilin
• 2nd line : Doksisiklin
• 3rd line : Erithromisin
Dimorfisme
= kemampuan jamur berubah secara
morfologi/fisiologi dari satu bentuk ke bentuk
lainnya sesuai dengan lingkungannya
= faktor-faktor yang mempengaruhi : asam
amino,suhu, karbohidrat, trace elements (zn)
= H.capsulatum, B.dermatitidis, S.schenckii,
C.albicans
= S.schenckii : yeast form pada 37oC, mycelial
form pada suhu kamar
Action of antifungals on sterol biosynthesis
Squalene

Squalene epoxydase
Squalene
epoxyde
allylamines

Lanosterol
Cytochrome P-450
dependent
14 α-demethylase
Ergosterol
azoles, morpholines,
polyenes
BLASTOMIKOSIS
= Blastomyces dermatitidis
= 3 bentuk :
1. Primary cutaneous inoculation  sangat
jarang (laboratorium, otopsi)  indurasi, ulserasi
pd tempat trauma, limfadenitis ±, nodul kecil
sepanjang aliran limfe ±  dapat sembuh
spontan
2. Pulmonary blastomycosis : paling sering 
mild – severe pulmonary sign
3. Systemic blastomycosis : paru, tulang, sistem
genitalia, saraf pusat, kulit.
Lesi kulit : 70%  bentuk verukosa & ulseratif, ~
lesi diseminata
= KOH : budding cell, bulat, dinding tebal, Ø 8-15
um, wide septum
Sporotrikosis
■ Lymphocutaneous sporotrichosis
● Predilection : > upper extremity
● Trauma in previous 7 days-6 months
● Lesion in site of trauma
● Lesion along lymphatic channel
● Satellite lesion
● Lymphadenopaty
●KOH preparation : cigar bodies
● Fungal culture : moist, wrinkled/folded
membranous, creamy-black colony
● Microscopic examination : thin hyphae &
conidia in rosette/daisy-like pattern
● Histopathological examination :
• Mild hyperplasia
• Inflammatory cell infiltration
• Round spore within giant cell/
microabcess, macrophage
• Asteroid body
Bagian-bagian kuku
Gambar 2. Asal mula struktur unit kuku pada
dewasa
II. ANATOMI KUKU
A. BAGIAN-BAGIAN KUKU
Matriks kuku

• Jaringan utama pembentuk lempeng kuku


 saraf, aliran limfe, pembuluh darah
• Lapisan basal  keratinosit
• Analog  stratum korneum epidermis
• Mempunyai melanosit  pigmen untuk
keratinosit
Dasar kuku

• Terletak di atas badan kuku


• T.d. lap. epidermis (2-5 lap) & dermis 
menutupi periosteum
• Bag. kulit yang ditutupi oleh kuku
• Disuplai banyak pembuluh darah  nutrisi
untuk pertumbuhan kuku
• Terdpt ser. elastis, kolagen, sel lemak, kel
ekrin, melanosit dan melanin.
Akar kuku

• Bag. kuku yang tertanam dalam alur kulit


• Pertumbuhan kuku dimulai dari akar kuku
Lipatan kuku proksimal

• Lipatan kulit  ventral dan dorsal


• Bag. dorsal = dorsum jari, lebih tipis tidak
mengandung kelenjar pilosebaseus
• Bag. ventral  kelanjutan matriks germinal
ke arah proks.
Kutikula

• Daerah antara kulit jari dan lempeng kuku


• Lapisan terluar epidermis yang menonjol di
atas kuku
• Pelindung kuku  permukan bawah lipatan
kuku dan matriks kuku
• Melekat di atas permukaan kuku
Eponikium

• Menempel pada lempeng kuku


• Turut bergerak ketika kuku tumbuh
• Sebagai barier  infeksi bakteri yang
menyerang matriks
Lunula

• Bag. lempeng kuku berwarna putih 


refleksi cahaya
• Terletak dekat akar kuku
• Bentuk bulan sabit
Alur kuku

• Suatu alur terletak di samping kuku


• Bergerak sesuai dengan pertumbuhan kuku
Lempeng kuku

• Struk. komplek protein  as. amino keratin


 terus diproduksi selama hidup
• Bentuk segiempat, translusen, transparan
merah muda, kec. ujung bebas berwarna
putih
• Pot. transversal t.d. 3 bagian : bag.
dorsal, intermediet & ventral
• matriks kuku  bag. dorsal & intermediet
dasar kuku  bag. ventral
• Kuku jari tangan lebih tipis
• laki-laki  ± 0,6 mm
• wanita  ± 0,5. mm
Ujung bebas kuku

• Ujung bebas : anterior badan kuku 


meluas / melebihi ujung jari
Hiponikium

• Ditutupi bagian distal lempeng kuku


• Anatomis terletak di antara dasar kuku &
alur distal
• Struktur anatomi = bag. plantar & volar kulit
 proses keratinisasi terjadi pembentukan
lap. granular
B. VASKULARISASI
Matriks kuku

• Jaringan utama pembentuk lempeng kuku


 saraf, aliran limfe, pembuluh darah
• Lapisan basal  keratinosit
• Analog  stratum korneum epidermis
• Mempunyai melanosit  pigmen untuk
keratinosit
Dasar kuku

• Terletak di atas badan kuku


• T.d. lap. epidermis (2-5 lap) & dermis 
menutupi periosteum
• Bag. kulit yang ditutupi oleh kuku
• Disuplai banyak pembuluh darah  nutrisi
untuk pertumbuhan kuku
• Terdpt ser. elastis, kolagen, sel lemak, kel
ekrin, melanosit dan melanin.
Akar kuku

• Bag. kuku yang tertanam dalam alur kulit


• Pertumbuhan kuku dimulai dari akar kuku
Lipatan kuku proksimal

• Lipatan kulit  ventral dan dorsal


• Bag. dorsal = dorsum jari, lebih tipis tidak
mengandung kelenjar pilosebaseus
• Bag. ventral  kelanjutan matriks germinal
ke arah proks.
Kutikula

• Daerah antara kulit jari dan lempeng kuku


• Lapisan terluar epidermis yang menonjol di
atas kuku
• Pelindung kuku  permukan bawah lipatan
kuku dan matriks kuku
• Melekat di atas permukaan kuku
Eponikium

• Menempel pada lempeng kuku


• Turut bergerak ketika kuku tumbuh
• Sebagai barier  infeksi bakteri yang
menyerang matriks
Lunula

• Bag. lempeng kuku berwarna putih 


refleksi cahaya
• Terletak dekat akar kuku
• Bentuk bulan sabit
Alur kuku

• Suatu alur terletak di samping kuku


• Bergerak sesuai dengan pertumbuhan kuku
Lempeng kuku

• Struk. komplek protein  as. amino keratin


 terus diproduksi selama hidup
• Bentuk segiempat, translusen, transparan
merah muda, kec. ujung bebas berwarna
putih
• Pot. transversal t.d. 3 bagian : bag.
dorsal, intermediet & ventral
• matriks kuku  bag. dorsal & intermediet
dasar kuku  bag. ventral
• Kuku jari tangan lebih tipis
• laki-laki  ± 0,6 mm
• wanita  ± 0,5. mm
Ujung bebas kuku

• Ujung bebas : anterior badan kuku 


meluas / melebihi ujung jari
Hiponikium

• Ditutupi bagian distal lempeng kuku


• Anatomis terletak di antara dasar kuku &
alur distal
• Struktur anatomi = bag. plantar & volar kulit
 proses keratinisasi terjadi pembentukan
lap. granular
Pertumbuhan kuku linier

Kuku jari tangan Kuku jari kaki


Penilaian efektivitas
obat
Jalur penetrasi obat antijamur oral
TERBINAFIN

• Golongan alilamin
• Minimum inhibitory concentration (MIC) 0,004
g/ml (0,001-0,01 g/ml)
• Oral dan topikal
• Mekanisme khusus : inhibisi epoksidase skualen
jamur
 memblok sintesis ergosterol utk integritas
membran
sel jamur
• antimikotik poten untuk dermatofita
• fungsitatik untuk C. albicans
• aktif thd jamur non-dermatofita
Farmakokinektik terbinafin :
• diabsorbsi dari sal. pencernaan
• bioavaibilitas > 70%
• sangat lipofilik, keratinofilik
• akumulasi : jar. lemak  efek depotasi dan
eliminasi lambat dari tubuh
• Str. korneum dalam 24 jam setelah dosis
konsentrasi aktif pada kulit, kuku, rambut dan
sebum
• Setelah 7 hari : konsentrasi obat 0,43 g/g di
perifer  MIC 10-100x
Terbinafin mencapai kuku :
• difusi dari pembuluh darah dermis  str.
basalis
• melalui dasar dan matriks kuku melalui
matriks kuku dan bergabung dengan onikosit
yang sedang tumbuh
MEKANISME TERBINAFIN

• Terbinafin memiliki 2 efek :


– fungsitatik
– fungsidal
• Menghambat biosintesis ergosterol jamur pada
epoksidasi skualen
• Ergosterol :
– komponen penting pada membran jamur
– ~ kolesterol pada sel mamalia
penghambatan biosintesis ergosterol jamur
pada epoksidasi skualen

mencegah pembentukan skualen menjadi


lanosterol (sterol intermediet utk menjadi
ergosterol)

akumulasi skualen intermediet isoprenoid

defisiensi ergosterol  jamur tidak tumbuh


Mekanisme fungisidal
terbinafin

• Mekanisme fungisidal :
– tergantung akumulasi skualen intraseluler
– pengurangan ergosterol
– skualen akumulasi dideposit dalam bentuk droplet lemak
pada sitoplasma
Epoksidase skualen jamur

• enzim mikrosomal pada sel mamalia dan jamur


• tdd oksidase terminal, tdk termasuk kel. sitokrom
P450
• sel mamalia  efek << :
• terbinafin menghambat selektif epoksidase skualen
jamur
• inhibisi berbeda :
• jamur : nonkompetitif
• mamalia : kompetitif
Terbinafin

inhibisi epoksidase skualen

defisiensi ergosterol akumulasi skualen

mengganggu fungsi membran deposisi vesikel


lipid
dan pertumbuhan sel

hambat tumbuh disrupsi membran sel

FUNGISTATIK FUNGISIDAL
Efek samping terbinafin :
 jarang, ringan, transien
• sal. Pencernaan 5,2%
• kulit : 2,7%
• sistem saraf pusat : 1,2%
Terbinafin + azol :
– Menghambat tahap berbeda pada jalur yang sama
: biosintesis ergosterol  sinergis
– Kandidiasis, misetoma

Terbinafin + amfoterisin B :
– Amfoterisin B (~polien) membentuk kompleks
dengan ergosterol pda membran sel jamur
– Inhibisi biosintesis ergosterol (~alilamin dan azol)
 ANTAGONIS
• Azol :
– menghambat biosintesis ergosterol pada tahap
yang lebih lanjut (setelah pembentukan lanosterol)
 lebih fungistatik
Endonyx onychomycosis
Secondary total dystrophic onychomycosis
Tinea unguium. Yellow-white subungual Hyperkeratosis is
seen associated with distal onycholysis
Fungal melanonychia due to
Candida guilliermondii
Collection of specimens from a nail by a
curette after removal of onycholytic nail plate
Primary total dystrophic
onychomycosis

D. Leroy (Caen)
Chronic dermatophytic disease due to T.rubrum
Chromomycosis
Chromomycosis
Sporotrichosis
Chromomycosis vs TCV
Chromomycosis
vs.
TCV
Cara kerja imidazol

Cara kerja : hambat enzim sitokrom P-450


-dependent
Lanosterol
Enzim sitokrom P-450
dependent
Ergosterol

Ergosterol : bahan bagi integritas & keutuhan struktur,


serta permeabilitas dinding sel jamur
Cara kerja siklopiroksolamin

• Cara kerja : mengikat Fe 3+

hambat enzim metalic-dependent


 Mengganggu sintesis membran sel, permeabilitas sel &
aktivitas respirasi
Acetyl Co-A

Asam mevalonat

Squalen
ALILAMIN Squalen 2,3 epoksidase
Squalen 2,3 oxide

lanosterol
AZOL Sitochrome P-450
1,4 dimetil lanosterol

4,4 dimetil ergosta 8,14,24 (28) trien 3B-ol

4,4 dimetil ergosta 8,24 (28) dien 3B-ol

Fecosterol
Fecosterol

Episterol

Polien Ergosterol

Sintesis membran jamur

Griseofulvin
Replikasi sel jamur Flusitosin
Agar Sabouraud

• Dekstrosa 40 gr
• Polipepton 10 gr
• Agar 15 gr
• Air suling 1000 cc (pH 5,6)
Siklopiroks

• Derivat piridion
• Fungisidal dan sporasidal
• Pemakaian : 3x/minggu  bulan ke-1
2x/minggu  bulan ke-2
1x/minggu  bulan ke-3
Griseofulvin

• Penisilium
• Fungistatik
• Mk: menghambat mitosis jamur
• Absorpsi meningkat  makan
• Half life 24 jam
Ketokonazol

• Imidazol
• Fungistatik
• Mk:

You might also like