You are on page 1of 53

MENCEGAH CIDERA DALAM

ASUHAN KEPERAWATAN
PERNAH MELIHAT YANG SEPERTI INI
Macam cidera yang di dapat
pasien
 Cidera fisik
 Plebitis
 Decubitus
 Transfusi darah
 VAP
 Jatuh
 Salah obat
 Dll
 Non fisik
 Perasaan tidak menyenangkan dari tenaga kesehatan
PENGERTIAN CIDERA

Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan


pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.
Plebitis
Pendahuluan
 Di Indonesia belum ada angka yang pasti tentang
prevalensi kejadian phlebitis, kemugkinan disebabkan oleh
penelitian dan publikasi yang berkaitan dengan phlebitis
jarang dilakukan.
 Data Depkes RI Tahun 2013 angka kejadian phlebitis di
Indonesia sebesar 50,11% untuk Rumah Sakit Pemerintah
 Sedangkan untuk Rumah Sakit Swasta sebesar 32,70%.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin (2013)
 Di RSUD dr. Iskak Insiden Plebitis padatahun 2016,
semester II sebesar 2,2‰mengalamipenurunandibanding
semester I sebesar 3,6‰.
 Insiden kejadian phlebitis di rumah sakit tersebut dikatakan
tinggi karena masih di atas standar yang ditetapkan oleh
Depkes RI yaitu <1,5%.
Pengertian
 Phlebitis adalah infeksi nosokomial yang berasal dari
mikroorganisme yang dialami pasien yang diperoleh
selama pasien di rawat di rumah sakit yang diikuti
dengan manifestasi klinis yang sekurang-kurangnya
3x24 jam
 Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan
baik oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering
disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena,
 Plebitis dikarateristikkan dengan adanya dua atau
lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi dan
mengeras di bagian vena yang terpasang kateter
intra vena (La Rocca, 1998 ).
Menurut INS (Infusion Nursing Society)
tahun 2006 Penyebab Plebitis
 a. Plebitis Kimia
 pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu
diikuti risiko flebitis tinggi. Larutan infus dengan
osmolaritas > 900 mOsm/L harus diberikan melalui vena
sentral.
 Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena
yang hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin,
amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam
dan banyak obat khemoterapi.
 Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak
larut sempurna selama pencampuran juga merupakan
faktor kontribusi terhadap flebitis.
 Dinding tunika intima akan mengalami
trauma pada pemberian larutan hiperosmoler
yang mempunyai osmolalitas lebih dari 600
mOsm/L.
 Terlebih lagi pada saat pemberian dengan
tetesan cepat pada pembuluh vena yang
kecil. Cairan isotonik akan menjadi lebih
hiperosmoler apabila ditambah dengan obat,
elektrolit maupun nutrisi (INS, 2006).
 b. Plebitis Mekanis
 Flebitis mekanis dikaitkan dengan
penempatan kanula
 Hindarkan vena pada punggung tangan jika
mungkin, terutama pada pasien usia lanjut,
karena akan mengganggu kemandirian lansia.
 Kateter yang terbuat dari silikon dan
poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena
permukaan lebih halus, lebih thermoplastik
dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis
dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil
klorida atau polietilen
 Plebitis Bakterial
 Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis
bakteri meliputi:
 1) Teknik pencucian tangan yang buruk
 2) Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
Pembungkus yang bocor atau robek
mengundang bakteri.
 3) Teknik aseptik tidak baik
 4) Teknik pemasangan kanula yang buruk
 5) Kanula dipasang terlalu lama
 6) Tempat suntik jarang diinspeksi visual
Hanskins, Lonsway, Hendrick, & Perdue, (2004),
membagi phlebitis berdasakan skalanya yaitu :

 Skala 0 bila tidak ada gejala.


 Skala 1 bila eritema dengan atau tanpa adanya
nyeri.
 Skala 2 bila bila ada nyeri, eritema, dan edema.
 Skala 3 bila nyeri, eritema,streak formation, dan
teraba garis vena ± 1 inchi.
 Skala 4 bila nyeri, eritema, streak formasi teraba
garis vena > 1 inchi, dan adanya cairan purulen.
Akibat Kejadian Plebitis

 HAIs menyebabkan:
 length of stay (LOS) bertambah 5-10 hari
 angka kematian pasien lebih tinggi 6% dibanding yang
tidak mengalamiHAIs.
 Biaya perawatan tambahan HAIs di Amerika Serikat
sebesar U$1.000.000/tahun (Kemenkes 2010).

 Akibat phlebitis bagi masyarakat


 Bertambah panjangnya masa rawat penderita , penderita
pulang masih menjadi pembawa kuman selama beberapa
bulan,dan dapat menularkan kuman pada keluarga maupun
masyarakat sekitarnya.
Pencegahannya

 Mencegah flebitis bacterial.


 Pedoman ini menekankan kebersihan tangan,
 Teknik aseptik waktu pemasangan
 Perawatan daerah infus serta antisepsis kulit,
dengan sediaan chlorhexidine-0,2%, tinctura
yodium , iodofor atau alkohol 70% juga bisa
digunakan.
 Selalu waspada dan jangan
meremehkan teknik aseptik.
 Stopcock sekalipun (yang digunakan
untuk penyuntikan obat atau
pemberian infus IV, dan pengambilan
sampel darah) merupakan jalan masuk
kuman yang potensial ke dalam tubuh.
Pencemaran stopcock lazim dijumpai
dan terjadi kira-kira 45 – 50% dalam
serangkaian besar kajian.
 Rotasi kanula
 May dkk(2005) melaporkan di mana mengganti
tempat (rotasi) kanula ke lengan kontralateral
setiap hari pada 15 pasien menyebabkan bebas
flebitis.
 Namun, dalam uji kontrol acak yang dipublikasi
baru-baru ini oleh Webster dkk disimpulkan
bahwa kateter bisa dibiarkan aman di tempatnya
lebih dari 72 jam JIKA tidak ada kontraindikasi.
 The Centers for Disease Control and Prevention
menganjurkan penggantian kateter setiap 72-96
jam untuk membatasi potensi infeksi, namun
rekomendasi ini tidak didasarkan atas bukti yang
cukup.
 Aseptic dressing
 Dianjurkan aseptic dressing untuk mencegah
flebitis. Kasa setril diganti setiap 24 jam.

 Laju pemberian
 Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat
infus larutan hipertonik diberikan makin rendah
risiko flebitis.
 Namun, ada paradigma berbeda untuk pemberian
infus obat injeksi dengan osmolaritas tinggi.
Osmolaritas boleh mencapai 1000 mOsm/L jika
durasi hanya beberapa jam.
Salah transfusi

 Cidera karena kesalahan transfusi darah


 Tidak ada data nasional yang pasti salah transfusi
darah.
 Laporan di RSUD dr. Iskak selama:
 Tahun 2014 ada 2 laporan
 Tahun 2015 ada 4 laporan selain reaksi transfusi ( 7
laporan)
 Tahun 2016 ada 4 laporan
 Tahun 2017 sampai dengan bulan februari ada 2
laporan
 TRIBUNNEWS.COM, LHOKSEUMAWE -
Penyidik Tindak Pidana Tertentu (Tipiter)
Satreskrim Polres Lhokseumawe, Selasa
(6/12/2016) sore, menyerahkan Mutia,
perawat Rumah Sakit (RS) Arun ke Kejaksaan
Negeri (Kejari) Lhokseumawe.
 Mutia adalah satu dari tiga tersangka kasus
dugaan salah transfusi darah terhadap
seorang pasien, ditetapkan jaksa sebagai
tahanan kota.
 2 tersangka lainnya adalah pegawai PMI
Investigasi (temuan)
kesalahan transfusi darah
 Tidak patuh SPO dalam melakukan timbang
terima
 Tidak melakukan identifikasi saat melakukan
timbang terima
 Tidak melakukan doble cek saat timbang terima
 Tidak melakukan identifikasi dengan benar saat
akan memasukkan darah ke pasien
 Tidak melakukan konfirmasi apakah pasien
pernah transfusi sebelumnya
 Salah saat crossmacth di BDRS
 Salah memberikan label pada darah
Pencegahan agar tidak
terjadi KTD
 Isian form permintaan darah harus lengkap
 Revisi SPO transfusi darah (menanyakan
riwayat transfusi darah sebelumnya)
 Patuhi SPO timbang terima darah
 Patuhi SPO transfusi darah
 Lakukan doble cek dengan petugas lainnya
 Patuhi alur permintaan darah
 Jangan libatkan mahasiswa dan keluarga
dalam pengambilan darah
DECUBITUS
Pendahuluan

 Insidensi decubitus pada pasien rawat inap


berkisar antara 27- 29% dengan prevalensi
hingga 69%.
 Pasien yang menjalani perawatan ortopedi atau
fraktur tulang bahkan mencapai insiden 66%.
 Pasien yang dirawat di rumah sakit menderita
dekubitus sebanyak 3-10% dan 2,7% berpeluang
terbentuk dekubitus baru.
PENGERTIAN

 Luka tekan adalah kerusakan jaringan yang


terlokalisir yang disebabkan karena adanya
kompressi jaringan yang lunak diatas tulang
yang menonjol (bony prominence) dan adanya
tekanan dari luar dalam jangka waktu yang
lama
 Tanda dan Gejala Luka Dekubitus.
 Ulkus dekubitus kebanyakan menyebabkan
nyeri dan gatal-gatal; tetapi jika terdapat
gangguan pada indera perasa, ulkus yang
dalampun tidak menimbulkan nyeri.
 Stadium luka dekubitus antara lain :
1. Dekubitus derajat I
 Dengan reaksi peradangan masih
terbatas pada epidermis.
 Perawatan: Kulit yang kemerahan
dibersihkan hati-hati dengan air
hangat dan sabun, diberi lotion,
kemudian dimassase 2-3 kali/hari.
Dekubitus derajat II
 Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal.
 Perawatan luka:
 harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan
antiseptik.
 Daerah bersangkutan digesek dengan es dan
dihembus dengan udara hangat bergantian untuk
meransang sirkulasi.
 Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk
merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi.
 Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu
sering karena malahan dapat
merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
3. Dekubitus derajat III
 Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung
sampai pada bungkus otot dan sering sudah ada
infeksi.
 Perawatan :
 usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan
dapat mengalir keluar.
 Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan
sehingga permeabel untuk masukknya
udara/oksigen dan penguapan.
 Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan
mempermudah regenarasi sel-sel kulit.
 Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl
fisiologis.
Dekubitus derajat IV
 Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang
dan sering pula diserta jaringan nekrotik.
 Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan
dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan /
di necrotomy, sebab akan menghalangi
pertumbuhan jaringan/epitelisasi.
 Tindakan Pencegahan Dekubitus
1. Meningkatkan status kesehatan klien
 Memperbaiki dan menjaga keadaan
umum klien, misalnya anemia diatasi,
hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi
dan hidrasi yang cukup, vitamin
(vitamin C) dan mineral (Zn)
ditambahkan.
2. Mengurangi faktor tekanan yang
mengganggu aliran darah
 Alih posisi/alih baring/tidur selang
seling, paling lama tiap dua jam.
Keburukan pada cara ini adalah
ketergantungan pada tenaga
perawat yang kadang-kadang sudah
sangat kurang, dan kadang-kadang
mengganggu istirahat klien bahkan
menyakitkan.
 Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan
yang terjadi pada tubuh klien, misalnya; kasur
dengan gelembung tekan udara yang naik turun,
kasur air yang temperatur airnya dapat diatur.
(keberatan alat canggih ini adalah harganya
mahal, perawatannya sendiri harus baik dan dapat
rusak.
 Regangan kulit dan lipatan kulit yang
menyebabkan sirkulasi darah setempat
terganggu, dapat dikurangi antara lain:
 Menjaga posisi klien, apakah ditidurkan rata pada
tempat tidurnya, atau sudah memungkinkan untuk
duduk dikursi.
 Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal
kecil untuk menahan tubuh klien, “kue donat” untuk
tumit.
Ventilator Associated
Pneumonia
(VAP)

1/1/2019
Ventilator Associated Pneumonia :

 Masalah infeksi terbesar di ruang DI ICU


 Terjadi 30-40 % pasien yang menggunakan
ventilasi mekanik > 48 jam
 VAP terjadi 10 - 65% dari seluruh pasien yang
terpasang ventilator
 Mortalitas rate 24 -56 % ((Am J Respir Crit Care
2002)
 Kuman penyebab mortalitas : Pseudomonas dan
Acinetobacter (Crit Care Med 2004 )
 Meningkatkan biaya perawatan, LOS RS,dan LOS
ICU

1/1/2019
Ventilator Associated
Pneumonia (VAP)

 Di definisikan sebagai pneumonia yang


terjadi 48 jam atau lebih setelah ventilator
mekanik diberikan.
 Klinikal
 Demam
 Temperature > 38 0 C atau < 35 o C
 Sputum purulent
 Batuk , dyspnoe atau tachypnoe
 Suara nafas ; rales ,/bronchial

 X ray
 Infiltrat baru persisten atau progresif

 Laboratorium
 Leukosit > 12000/mm3 atau < 4000/mm3
 Kulture aspirasi trakheal ≥ 10 5 ppm/ ml
 Perubahan hasil analisa gas darah (↓ O2sats, , ↑ O2 requirement.)

1/1/2019
 Sumber Infeksi
 Petugas Rumah Sakit (perilaku) :
 Kurang atau tidak memahami cara
penularan penyakit
 Kurang atau tidak memperhatikan
kebersihan
 Kurang atau tidak memperhatikan
teknik aseptik dan antiseptik
 Menderita suatu penyakit tertentu dan
tidak mencuci tangan sebelum atau
sesudah melakukan tindakan.
 Alat – alat yang dipakai (alat
kesehatan,linen dan lain – lain) :
 Kotor atau kurang bersih atau tidak
steril
 Rusak atau tidak layak pakai
 Penyimpanan kurang baik
 Dipakai berulang dan lewat batas
waktu (expired).
 Pasien
 Kondisi sangat lemah
 Kebersihan kurang
 Menderita penyakit kronis atau menahun dan
menderita penyakit menular.
 Lingkungan :
 Tidak ada sinar matahari atau penerangan yang
masuk
 Ventilasi sirkulasi kurang baik,
 Ruangan lembab
 Banyak serangga
 Perhatikan kebersihan dan kelembaban,
pembuangan limbah.
Mekanisme pertahanan saluran
pernapasan terhadap infeksi
 Glotis dan laring, refleks batuk, sekresi
trakeobronkial, gerak mukosilier, imunitas
humoral serta sistem fagositik yaitu
makrofag alveolar dan neutrofil
 Pneumonia terjadi bila sistem pertahanan
tersebut terganggu, terdapat invasi
mikroorganisme virulen atau
mikroorganisme dalam jumlah sangat
banyak.
 Sebagian besar VAP disebabkan oleh
mikroaspirasi kolonisasi kuman pada mukosa
orofaring.
 Intubasi mempermudah masuknya kuman ke
dalam paru serta menyebabkan kontaminasi
dan kolonisasi di ujung pipa endotrakeal.
 Bronkoskopi serat optik, penghisapan lendir
sampai trakea maupun ventilasi manual
dapat mendorong kontaminasi kuman
patogen ke dalam saluran nafas bawah
Bundle VAP

 Kebersihan tangan
 5 moment dan 6 langkah dengan benar
 Posisi pasien (30-45◦)
 Cukup mengangkat kepala tempat tidur 30 ◦ menurunkan VAP
sebesar 34% (AACN, 2007).
 Kebersihan mulut (CHG 0.2% & bebas alkohol)
 Manajemen sekresi oropharingeal dan trakheal
 Prosedur ini dilakukan untuk mempertahankan patensi jalan napas,
memudahkan penghilangan sekret jalan napas, merangsang batuk
dalam, dan mencegah terjadinya pneumonia (Smeltzer, 2002).
 Tentunya harus dengan closs suction
 Pengkajian setiap hari “ sedasi dan ekstubasi”
 Ganti tubing ventilator sesuai prosedur
 Ganti vilter udara sesuai prosedur

1/1/2019
Ventilator Breathing Circuit
 Alat ini berfungsi
untuk
menyambung dari
Endotracheal
Tube/Tracheostom
y Tube dengan Alat
bantu
napas/Ventilator.
 Tersedia untuk
ukuran dewasa,
anak.
Catheter Mouth with Extendible
Tubing
 Alat ini berfungsi
untuk
menghubungkan
antara Endotracheal
Tube/Tracheostomy
Tube dengan Y piece
Breathing Circuit
Anesthesi/Ventilator
Bacteria Viral Filter+HME’s
Vital-Cath Dewasa
Vital-Cath bayi dan anak
TERIMA KASIH

You might also like