You are on page 1of 24

Benign Prostate Hyperplasia

(BPH)
Anatomi Fisiologi Kelenjar Prostat
Prostat  organ kelenjar yang fibromuskular, yang terletak persis dibawah kandung
kemih.
Berat prostat pada orang dewasa normal ±20 gram, didalamnya terdapat uretra posterior
dengan panjangannya 2,5-3 cm

Prostat terdiri dari lima lobus :


Lobus anterior, Lobus medius , Lobus posterior , Lobus dextra, Lobus sinistra

Prostat dibagi atas :


Zona anterior fibromuskular , Zona transisi , Zona central, Zona perifer
Fungsi kelenjar prostat yaitu mengeluarkan cairan alkalis yang menetralkan
sekresi vagina yang asam, karena sperma lebih dapat bertahan dalam
suasana yang sedikit basa

Dihidrotestosteron (DHT) yang dibentuk dari testosteron di sel sertoli dan


di beberapa organ memiliki peranan dalam pertumbuhan prostat dan
merangsang aktivitas sekretorik prostat.

Prostat juga dipengaruhi oleh hormon androgen,


bagian yang sensitif terhadap androgen adalah bagian perifer, sedangkan
yang sensitif terhadap estrogen adalah bagian sentral  sekresi androgen
yang berkurang sedangkan estrogen bertambah secara relatif ataupun
absolut  orang tua bagian central yang mengalami hiperplasia
DEFINISI
BPH

Benign Prostate Hyperplasia Terdapat hiperplasia sel-sel


atau BPH adalah pembesaran stroma dan sel-sel epitel
prostat jinak yang menghambat kelenjar prostat yang
aliran urin dari kandung kemih. biasanya timbul di
Pembesaran ukuran prostat ini periuretra dan zona
akibat adanya hiperplasia transisi dari kelenjar 
stroma dan sel epitelial mulai menekan kelenjar normal
dari zona periuretra yang tersisa
EPIDEMIOLOGI

Insidensi BPH mulai usia 40-an dimana kemungkinan seseorang tersebut


menderita 40%,
rentang usia 60-70 tahun, persentasenya  50%
diatas 70 tahun akan meningkat  90%

Di Indonesia, BPH merupakan


RS Cipto Mangunkusumo ditemukan 423 kasus BPH
penyakit tersering kedua di
yang dirawat selama tiga tahun (1994-1997) dan di
klinik urologi setelah batu
RS Sumber Waras sebanyak 617 kasus dalam
saluran kemih
periode yang sama
Etiologi
Ketidakseimbangan antara
Teori Dihidrotestosteron (DHT) estrogen-testosteron
Testosteron  DHT  sintesis Interaksi stroma-
epitel Usia tua  testosteron ↓ 
PGF  Picu Pertumbuhan
Kelenjar Prostat estrogen ↑ (peka
Diferensiasi dan androgen)reseptor
pertumbuhan sel-sel androgen ↑  apoptosis sel
epitel prostat secara prostat ↓
tidak langsung
dikontrol oleh sel-sel
stroma melalui suatu
mediator (growth
factor) Teori stem cell
sel yang mempunyai
Berkurangnya kematian sel kemampuan berproliferasi 
prostat bergantung pada hormon
androgen  kadarnya
menurun akan menyebabkan
terjadinya apoptosis
Faktor Risiko
– Kadar Hormon
– Usia
– Ras
– Riwayat keluarga
– Obesitas
– Pola Diet
– Aktivitas Seksual
– Kebiasaan Merokok
– Kebiasaan minum-minuman alkohol
– Olahraga
– Penyakit Diabetes Mellitus
Patofisiologi

Responsif thdp kerja


Gangguan Testosteron
Sensitifitas reseptor DHT (mediator
keseimbangan menurun, Estrogen BPH
Androgen ↑ pertumbuhan
akibat senilitas tetap
prostat)

Gejala Obstruktif & Iritatif Tekanan Intravesika Penyempitan Lumen


↑ Uretra Posterior
Gambaran klinis

Gejala obstruktif : hesitancy, pancaran kencing lemah (loss of force), pancaran kencing terputus-
putus (intermitency), tidak puas saat selesai berkemih (sense of residual urine), rasa ingin kencing
lagi sesudah kencing (double voiding) dan keluarnya sisa kencing pada akhir berkemih (terminal
dribbling).

Gejala iritatif : frekuensi kencing yang tidak normal (polakisuria), terbangun di tengah malam
karena sering kencing (nocturia), sulit menahan kencing (urgency), dan rasa sakit waktu kencing
(disuria), kadang juga terjadi kencing berdarah (hematuria).
KLASIFIKASI BPH

Derajat I • Colok dubur, penonjolan prostat, batas atas mudah


diraba dan sisa volume urin <50 ml

Derajat II • Colok dubur, penonjolan prostat jelas, batas atas


dapat dicapai, sisa volume urin 50-100 ml

Derajat III • Colok dubur, batas atas prostat tidak dapat diraba,
sisa volume urin > 100 ml

Derajat IV • Terjadi retensi urin total


Diagnosis

• Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah


mengganggu

Anamnesis • Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia


(pernah mengalami cedera, infeksi atau pembedahan)
• Riwayat kesehatan
• Obat-obatan

Pemeriksaan • Colok dubur atau digital rectal examination (DRE) :


• Bentuk, Ukuran, Permukaan, Sulcus Medianus, Konsistensi,,
Volume Prostat, Nyeri Tekan/tidak, nodul
Fisik • Tonus sfingter ani, mukosa rectum
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis

Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pemeriksaan PSA (Prostate Spesific Antigen)

Catatan Harian Miksi (Voiding Diaries)

Uroflometri
Pemeriksaan Residual Urine

Pencitraan Traktus
Urinarius

Uretrosistoskopi
PENATALAKSANAAN

• Pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi perkembangan


Watchful waiting penyakitnya keadaannya tetap diawasi oleh dokter

• Antagonis adrenergik reseptor α yang dapat berupapreparat non


selektiif
Medikamentosa • Inhibitor 5α reductase, yaitu finasteride dan dutasteride
• Fitofarmaka

• Teknik ablasi jaringan prostat atau pembedahan


Terapi Intervensi • Teknik instrumentasi alternatif
INDIKASI PEMBEDAHAN
retensi urine karena BPO (derajat obstruksi prostat)

infeksi saluran kemih berulang karena BPO

hematuria makroskopik karena BPE

batu kandung kemih karena BPO

gagal ginjal yang disebabkan oleh BPO


TEKNIK PEMBEDAHAN

TURP (Trans
Prostatektomi
Uretra Resection
terbuka
Prostat)

TUIP (Trans
Laser
Uretra Insisi
Prostatektomi
Prostat)
• merupakan cara yang paling tua, paling invasif, dan paling efisien di antara
Prostatektomi tindakan pada BPH yang lain dan memberikan perbaikan gejala BPH 98%
• pendekatan transvesikal yang mula-mula diperkenalkan oleh Hryntschack dan
terbuka pendekatan retropubik yang dipopulerkan oleh Millin

TURP (Trans Uretra • 90% dari semua tindakan pembedahan prostat pada pasien BPH
• TURP lebih sedikit menimbulkan trauma dibandingkan prosedur bedah
Resection Prostat) terbuka dan memerlukan masa pemulihan yang lebih singkat

TUIP (Trans Uretra • direkomendasikan pada prostat yang ukurannya kecil (kurang dari 30 cm3),
tidak dijumpai pembesaran lobus medius, dan tidak diketemukan adanya
Insisi Prostat) kecurigaan karsinoma prostat

• Jika dibandingkan dengan pembedahan, pemakaian Laser ternyata lebih


Laser sedikit menimbulkan komplikasi dan penyembuhan lebih cepat, tetapi
kemampuan dalam meningkatkan perbaikan gejala miksi maupun Qmax
Prostatektomi tidak sebaik TURP
PROSTATEKTOMI TERBUKA
KOMPLIKASI
– Trabekulasi yakni terjadi penebalan serat- serat otot detrusor akibat tekanan intra vesika yang selalu
tinggi karena obstruksi.
– Sakulasi yaitu mukosa kandung kemih menerobos di antara serat-serat detrusor.
– Divertikel yakni terjadi bila sakulasi menjadi besar.
– Pembentukan batu vesika akibat selalu terdapat sisa urine setelah miksi, sehingga terjadi
pengendapan batu
– Bila tekanan intra vesika yang selalu tinggi tersebut diteruskan ke ureter dan ginjal akan terjadi
hidroureter dan hidronefrosis yang akan mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
TERIMA KASIH

You might also like