You are on page 1of 39

LOGO

Referat

Trauma Ginjal dan Saluran


Kemih
Oleh : Nisaul Hafiza (11-095)
Preseptor : dr. M. Nur Huda, Sp.B

SMF BEDAH RSI SITI RAHMAH


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
Anatomi Ginjal dan Saluan Kemih
Fungsi Ginjal

Mengontrol Mengatur
sekresi metabolisme
hormon ion kalsium
aldosteron dan vitamin
dan ADH D

Menghasilkan
hormon
eritropoetin, renin,
dan prostaglandin
TRAUMA GINJAL

Mekanisme trauma :

Click toTrauma
add titletumpul
in here
dan Trauma tembus (Luka tembak dan luka tusuk >>)

Click to add title in here

Click to add title in here


Klasifikasi menurut derajat berat
ringannya kerusakan pada ginjal :

Cedera minor :
 Kontusio ginjal
 Laserasi parenkim superfisial
Cedera mayor :
 Laserasi korteks dan medula tanpa
ekstravasasi urin
 Laserasi korteks dan medula dengan
ekstravasasi urin
 Cedera vaskular
Klasifikasi berdasarkan skala cedera organ :
Diagnosa trauma ginjal

Anamnesis Pem.fisik
RPD
• Jatuh dari • Jejas atau tampak trauma
ketinggian atau tembus pada regio flank,
kecelakaan lower thorak, upper
bermotor dengan abdomen
kecepatan tinggi • Riwayat penyakit • Ekimosis di daerah panggul
• Trauma langsung ginjal
sebelumnya, • Laserasi di abdomen lateral
pada regio flank
(hidronefrosis, • Distensi abdomen
• Jenis benda tajam batu ginjal, kista
maupun tumor) • Teraba massa (hematom /
• Nyeri pinggang
ekstravasasi urin)
• BAK berdarah
• Patah tulang iga bawah (T8-
T12)

Pem. Labor : Urinalisa, ureum, kreatinin, hematuri mikroskopik, hematokrit


Pencitraan : USG, one shot-intraoperative intravenous pyelography,
Angiografi, CT scan, MRI
Tatalaksana awal trauma
Pada cedera ginjal sering
melibatkan cedera organ lain !!

A = AIRWAY DENGAN PROTEKSI SERVIKAL COLLAR

B = BREATHING

C = CIRCULATION DAN MENGONTROL PERDARAHAN

D = DISABILITY ATAU STATUS NEUROLOGIS

E = EXPOSURE DAN ENVIRONTMENT


Tatalaksana trauma ginjal
Click icon to add chart
Click icon to add chart
Manajemen non operatif /
konservatif

• Terutama pada trauma minor


• Dilakukan observasi TTV dan lingkar perut
• Hal-hal yang dinilai :
- TD
- Nadi
- Suhu tubuh
- Penambahan massa di pinggang
- Penurunan HB
- Perubahan warna urin pada pemeriksaan urin serial
Operasi dan rekonstruksi
- Menghentikan perdarahan, lalu debridement,
reparasi ginjal (renorafi/penyambungan
vaskular), atau tidak jarang dilakukan nefrektomi
parsial bahkan nefrektomi total jika kerusakan
ginjal berat
- Jika luka tembak, rekonstruksi mungkin susah
dilakukan sehingga dibutuhkan nefrektomi
- Pada semua kasus, direkomendasikan
penggunaan drainase retroperitoneal untuk
mengalirkan kebocoran urin
Trauma ginjal minor (terapi
konservatif)

Click icon to add chart


Observasi

TTV menurun, Suhu tubuh meningkat,


Massa pinggang bertambah, Massa di pinggang
HB turun, bertambah
Urin semakin pekat

Merupakan tanda Merupakan tanda


perdarahan hebat kebocoran urin

Segera eksplorasi Drainase urin


untuk menghentikn segera
perdarahan
Komplikasi trauma ginjal

Urinoma, urosepsis,

Dini fistula renokutan, abses


perirenal

Lamb Hidronefrosis, fistula


arteriovenosa, pielonefritis

at
kronis, pembentukan kalkulus,
hipertensi, urolitiasis
TRAUMA URETER

 Jarang dijumpai

 Etio : trauma tumpul, trauma tajam, trauma


iatrogenik
 Cedera yang terjadi pada ureter akibat
tindakan operasi terbuka dapat berupa :
ureter terikat, crushing, karena terjepit oleh
klem, putus (robek), atau devaskularisasi
karena banyak jaringan vaskuler yang
dibersihkan.
Klasifikasi lesi trauma ureter
Gejala dan pem.fisik trauma ureter
Saat operasi Lapangan oprasi banyak cairan

Hematuria

Anuria/oliguri jika cedeera bilateral


Pasca bedah Demam

Ileus

Nyeri pinggang akibat obstruksi

Luka operasi selalu basah

Sampai beberapa hari cairan drainase jernih dan banyak

Hematuria persisten dan hematoma/urinoma di abdomen

Fistula ureterokutan/fistula ureterovagina


Tindakan yang dikerjakan :
 Ureter saling disambungkan (anastomosis
end to end)
 Inplantasi ureter ke buli-buli
(neoinplantasi ureter pada buli-buli,
flaap boari atau psoas hitch)
 Transuretero-ureterotomi
(menyambung ureter dengan ureter
pada sisi yang lain)
 Uretero-kutaneostomi
 Nefrostomi sebagai tindakan diversi
atau nefrektomi
TRAUMA BULI

Secara klinis cedera


Etio : 90 % karena buli-buli dibedakan
fraktur pelvis menjadi:
- kontusio buli-buli
- cedera buli-buli
ekstraperitoneal 45-
60%
- cedera intraperitoneal
25-45%

Gejala : -Tanda fraktur


- Nyeri didaerah pelvis, syok,
suprasimfisis, miksi hematoma
bercampur darah perivesika, atau
atau mungkin tanpa tanda sepsis
pasien tidak dapat dari suatu peritonitis
miksi atau abses
perivesika

ThemeGallery is a Design Digital Content &


Contents mall developed by Guild Design Inc.
Pem.penunjang trauma buli-buli

Sistografi
Content
Title

CT cystogram

Content
Title
Penatalaksanaan trauma buli-buli

Kontusio buli-buli Cedera intraperitoneal


Eksplorasi
Pemasangan laparotomi,
kateter kemudian pasang
kateter sistostomi

Terapi

Cedera ekstraperitoneal
dengan robekan sederhana
Penjahitan buli-buli,
kemudian dipasang
kateter sistosomi
Penyulit trauma buli-buli

Robekan buli-buli
intraperitoneal
Cedera buli-buli
ekstraperitonea
l

• Peritonitis
• Infeksi dan
abses pelvis

Kedua keadaan tersebut dapat menyebabkan


SEPSIS
Posterior

TRAUMA URETRA
Anterior

Gambaran • Timbul perdarahan per


klinik uretram
• Retensi urin

Pem.
• Uretrografi Etiologi :
Penun - Trauma dari
jang luar
- Iatrogenik

Klasifikasi • Trauma uretra anterior Tidak boleh dilakukan


• Trauma uretra posterior pemasangan kateter !!!
Ruptur uretra posterior

Diagnosis Uretrografi Penyulit ruptur Tindakan pada ruptur


Etiologi retrograd uretra uretra posterior

Fraktur Perdarahan Akut : Sistostomi untuk


Striktura uretra
tulang pelvis per-uretram Elongasi diversi urin, bila sudah
12-15%
uretra atau stabil (1 minggu pasca
ekstravasasi ruptur) dilakukan
Fraktur yang Retensi urin primary endoscopic
kontras pada Disfungsi
mengenai pars prostato- ereksi 13-30% realignment
(pemasangan kateter
ramus atau Floating membranase kasus
uretra), kemudian
simfisis pubis prostat pada a dan fraktur dilakukan reparasi
RT pelvis Inkontinensia uretra (uretoplasti)
urin 2-4% setelah 3 bulan pasca
kasus trauma
Klasifikasi ruptur uretra
posterior

Colapinto dan McCollum (1976) membagi derajat


cedera uretra dalam 3 jenis :
• Uretra posterior masih utuh dan hanya mengalami
stretching (peregangan), ekstravasasi (-)
• Uretra posterior terputus pada perbatasan
prostate-membranasea, selanjutnya diafragma
urogenitalia masih utuh. Ekstravasasi terbatas
pada diafragma urogenital
• Uretra posterior, diafragma urogenitalis, dan
uretra pars bulbosa sebelah proksimal ikut rusak,
ekstravasasi sampai ke perineum
Ruptur uretra anterior

Pem.penunjang

Gejala dan
pem.fisik Uretrogafi retrograd

Jenis kerusakan - Perdarahan per-


uretram
- Hematuria
Etiologi • Kontusio - Tidak bisa miksi
dinding uretra - Gambaran
• Rupture hematom penis
Straddle injury atau butterfly
parsial
(cedera • Rupture total
hematoma
selangkangan) dinding uretra.
Pada kontusio : ekstravasasi (-)

Pada ruptur : ekstravasasi bulbosa (+)


Penatalaksanaan trauma uretra
anterior
 Terapi :
Kontusio uretra : tidak memerlukan terapi
khusus, observasi, 4-6 bulan kemudian
uretrografi ulang
Pada rupture uretra parsial dengan
ekstravasasi ringan, cukup dilakukan
sistostomi 1 bulan untuk mengalihkan aliran
urin, 3 bulan uroflometri kp uretrogram
Jika terjadi striktura, lakukan sachse
Debridement dan insisi hematoma
Reparasi uretra dilakukan setelah luka
menjadi lebih baik
KESIMPULAN
Trauma ginjal merupakan trauma yang paling
sering terjadi pada sistem urologi, dan trauma ureter
yang paling jarang terjadi. Secara garis besar
trauma pada ginjal dan saluran kemih terjadi karena
trauma tumpul atau trauma tajam. Berdasarkan
derajat cederanya, trauma ginjal terdiri dari lima
derajat. CT scan merupakan gold standard dalam
menentukan derajat trauma ginjal.
Trauma pada uretra terbagi atas ruptur uretra
anterior dan ruptur uretra posterior. Gambaran
klinisnya dapat berupa hematom penis atau butterfly
hematom.
LOGO

Thank You!

You might also like