You are on page 1of 12

TORSIO TESTIS

TORSIO TESTIS

• Torsio testis adalah


terpeluntirnya funikulus
spermatikus yang berakibat
terjadinya gangguan aliran
darah pada testis.
EPIDEMIOLOGI

• Keadaan ini diderita oleh 1 diantara 4000 pria yang berumur


kurang dari 25 tahun, dan paling banyak diderita oleh anak
pada masa pubertas (12-20 tahun).
• Di samping itu tidak jarang janin yang masih berada di dalam
uterus atau bayi baru lahir menderita torsio testis yang tidak
terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik
unilateral ataupun bilateral
PATOGENESIS

• Otot kremaster (menggerakkan testis mendekati dan


menjauhi rongga abdomen untuk suhu ideal)  bergerak
berlebihan (berenang, ketakutan, latihan, batuk, celana ketat,
defekasi, trauma skrotum)  terpluntirnya funikulus
spermatikus  obstruksi aliran darah testis  testis
mengalami hipoksia, edema, iskemik  nekrosis
GEJALA KLINIS

• Nyeri hebat daerah skrotum yang sifatnya mendadak


• Pembengkakan testis
• Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah
bawah
• Pada bayi gejala tidak khas yakni gelisah, rewel, atau tidak
mau menyusui
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
• Testis bengkak
• Letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal daripada testis sisi
kontralateral
• Kadang dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus
spermatikus
• Tidak demam
Pemeriksaan Penunjang
• Sedimen urin tidak menunjukan adanya leukosit dalam urin
• Pemeriksaan darah tidak menunjukan tanda inflamasi kecuali
pada torsio testis yang sudah lama dapat mengalami
keradangan steril
• Stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler, dan sintigrafi testis
melihat adanya aliran darah ke testis.
DIAGNOSIS BANDING

1. Epididimitis akut  kenaikan suhu tubuh, keluarnya nanah


dari uretra, riwayat coitus suspectus atau kateterisasi uretra
sebelumnya
2. Hernia scrotalis  anamnesis terdapat benjolan yang
dapat keluar dan masuk ke dalam skrotum
3. Hidrokel terinfeksi  anamnesis sebelumnya sudah ada
benjolan didalam skrotum
4. Tumor testis  benjolan tidak dirasakan nyeri kecuali
terdapat perdarahan di dalam testis
5. Edema skrotum  dapat disebabkan oleh
hipoproteinemia, filariasis, pembuntuan saluran limfe
inguinal, kelainan jantung, idiopatik
PENATALAKSANAAN
Detorsi Manual
• Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya,
yaitu dengan jalan memutar testis kearah berlawanan dengan arah
torsio.
• Karena arah torsio biasanya ke medial maka dianjurkan untuk
memutar testis kearah lateral dahulu, kemudian jika tidak terjadi
perubahan, dicoba detorsi ke arah medial.
• Hilangnya rasa nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi
telah berhasil. Jika detorsi berhasil operasi harus tetap
dilaksanakan
OPERASI
• Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi
testis pada arah yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan
penilaian apakah testis yang mengalami torsio masih viable
(hidup) atau sudah mengalami nekrosis.
• Jika testis masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis)
pada tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis
kontralateral.
• Orkidopeksi dilakukan dengan menggunakan benang yang tidak
diserap pada 3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpluntir
kembali, sedangkan pada testis yang sudah mengalami nekrosis
dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi) dan kemudian
orkidopeksi pada testis kontralateral.

You might also like