You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROMA GUILLAIN BARRE

( GBS )
Danang Rozali (1081150)
Ahmad Khusni M (1081150)
Nindya Ayuningtyas (1081150)
Puput Irna Aqdia (1081150)
Ganda Trimulyani (1085056)
Fani Fajriyati (1085057)
 
Definisi
Sindroma Guillain Barre
(SGB) merupakan suatu
sindroma klinis yang
ditandai adanya paralisis
flasid yang terjadi secara
akut berhubungan dengan
proses autoimun dimana
targetnya adalah saraf
perifer, radiks, dan nervus
kranialis. ( Bosch, 1998 )
Etiologi

Etiologi SGB sampai saat ini masih belum


dapat diketahui dengan pasti penyebabnya.
Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului
dan mungkin ada hubungannya dengan
terjadinya SGB, antara lain:
a. Infeksi
b. Vaksinasi
c. Pembedahan
d. Penyakit sistematik
e. Kehamilan atau dalam masa nifas
Patogenesa
Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf
yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme
imunologi.
Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan
mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada
sindroma ini adalah:
1. didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan
seluler (celi mediated immunity) terhadap agen
infeksious pada saraf tepi.
2. adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi
3. didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi
dari peredaran pada pembuluh darah saraf tepi yang
menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi.
Patofisiologi

Gullain Barre Syndrome diduga disebabkan oleh kelainan


system imun lewat mekanisme limfosit medialed delayed
hypersensivity atau lewat antibody mediated demyelinisation.
Masih diduga, mekanismenya adalah limfosit yang berubah
responya terhadap antigen.
Limfosit yang berubah responnya menarik makrofag ke saraf
perifer, maka semua saraf perifer dan myelin diserang sehingga
selubung myelin terlepas dan menyebabkan system
penghantaran implus terganggu.
Kelemahan atau hilangnya system sensoris terjadi karena blok
konduksi atau karena axor telah mengalami degenerasi oleh
karena denervasi..
klasifikasi
Acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy

Acute motor axonal neuropathy

Acute motor sensory a

Acute motor axonal neuropathy

Acute motor sensory a

Subacute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy


Gambaran Klinis

Gejala Klinis
a. Kelumpuhan
b. Gangguan sensibilitas.
c. Saraf Kranialis
d. Gangguan Fungsi Otonom
e. Kegagalan pernafasan
f. Papiledema
g. Perjalanan penyakit (Fase progresif , oleh fase
plateau, Fase rekonvalesen )
penatalaksanaan
a. Terapi
 Kortikosteroid 
 Plasmaparesis
b. Pengobatan imunosupresan
Obat sitotoksik Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
 6 merkaptopurin (6-MP).
 Azathioprine
 cyclophosphamide
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual
dan sakit kepala.
c. Perawatan
komplikasi
Polinneuropatia terutama oleh
karena defisiensi atau metabolic
Tetraparese oleh karena
penyebab lain.
Hipokalemia.

Miastenia Gravis

Adhoc commite of GBS.

Tick Paralysis

Kelumpuhan otot pernafasan

Dekubitus
ASUHAN KEPERAWATAN
SINDROM GUILLAIN-BARRE
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
 Meliputi nama, usia, tempat tanggal lahir, status marital, suku, alamat,
tanggal masuk RS
2. Keluhan utama
Keluhan utama akan menentukkan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa
muncul pada klien dengan Sindrom Guillain-Bare seperti:
 Kelemahan otot
 Gangguan reflex menelan
 Perubahan tekanan darah (Hipotensi- Hipertensi)
 Sianosis
 Kesemutan
 Nyeri tekan pada otot
 Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga

B. Pemeriksaan Fisik

1. Sistem Pernafasan
2. Sistem Kardiovaskuler
3. Sistem Neurologi
4. Sistem Perkemihan
5. Sistem Pencernaan
6. Sistem Muskuloskeletal
Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan progresif


cepat otot-otot pernapasan dan ancaman gagal
pernapasan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d akumulasi
sekret, kemampuan batuk menurun
3. Risiko tinggi penurunan curah jantung yang b.d
perubahan frekuensi, irama, dan konduksi listrik
jantung
intervensi
1. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan progresif cepat otot-otot
pernapasan dan ancaman gagal pernapasan.

Intervensi Rasional
Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas Menjadi bahan parameter monitori
tambahan, perubahan irama dan serangan gagal napas dan menjadi data
kedalaman, penggunaan otot-otot intervensi selanjutnya
aksesori
Evaluasi keluhan sesak napas baik Tanda dan gejala meliputi adanya
secara verbal dan non verbal kesukaran bernapas saat berbicara,
pernapasan dangkal dan ireguler
Beri ventilasi mekanik Ventilasi mekanik digunakan jika
pengkajian sesuai kapasitas vital,
Lakukan pemeriksaan kapasitas Kapasitas vital klien dipantau lebih
vital pernapasan sering dan dengan interfal yang
teratur dalam penambahan
kecepatan pernapasan dan
kualitas pernapasan, sehingga
pernapasan yang tidak efektif
dapat di antisipasi. Penurunan
kapasitas vital dihubungkan
dengan kelemahan otot-otot yang
digunakan
Kolaborasi pemberian humidifikasi Membantu pemenuhan oksigen yang
oksigen 3 L/menit sangat diperlukan tubuh dengan
kondisi laju metabolisme sedang
meningkat.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
akumulasi secret, kemampuan batuk menurun.

Intervensi Rasionalisasi
Kaji fungsi paru, addanya bunyi napas Memantau dan mengatasi komplikasi
tambahan, perubahan irama dan potensi. Pengkajian fungsi pernapasan
dengan interval yang teratur adalan
kedalaman, penggunaan otot-otot
penting karena pernapasan yang tidak
aksesori, warna, dan kekentalan
efektif dan adanya kegagalan, karena
sputum
adanya kelemahan atau paralisis pada
otot-otot intercostal dan diafragma yang
berkembang dengan cepat.

Atur posisi fowler dan semilower Peninggian kepala tempat tidur


memudahkan pernapasan,
meningkatkan ekspansi dada dan
meningkatkan batuk lebih efektif
Ajarkan cara batuk efektif Klien berada pada risiko tinggi bila tidak
dapat batuk dengan efektif untuk
membersihkan jalan napas dan
mengalami kesulitan dalam menelan,
yang dapat menyebabkan aspirasi
saliva dan mencetuskan gagal napas
akut
Lakukan fisioterapi dada, vibrasi Terapi fisik dada membantu meningkatkan
dada batuk lebih efektif
Penuhi hidrasi cairan via oral seperti Pemenuhan cairan dapat mengencerkan
minum air putih dan pertahankan mucus yang kental dan dapat membantu
intake cairan 2500 ml/hari pemenuhan cairan yang banyak keluar dari
tubuh
Lakukan oengisapan lender dijalan Pengisapan mungkin diperlukan untuk
napas mempertahankan kepatenan jalan napas
menjadi bersih
3. Risiko tinggi penurunan curah jantung yang b.d perubahan
frekuensi, irama, dan konduksi listrik jantung
Intervensi Rasionalisasi
Auskultasi TD. Bandingkan kedua Hipotensi dapat terjadi sampai dengan
lengan, ukur dalam keadaan disfungsi ventrikel, hipertensi juga
berbaring, duduk, atau berdiri bila fenomena umum karena nyeri cemas
memungkinkan pengeluaran katekolamin
Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi Penurunan curah jantung mengakibatkan
menurunnya kekuatan nadi
Catat murmur Memnunjukkan gangguan aliran darah
dalam jantung, (kelainan katup,
kerusakan septum, atau vibrasi otot
papilar)
Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjukkan komplikasi distrimia
Kolaborasi : berikan O2 tambahan Oksigen yang dihirup akan langsung
sesuai indikasi meningkatkan saturasi oksigen darah
Evaluasi
 Klien tidak menggunakan otot bantu napas, gerakan dada
normal.
 Klien dapat batuk secara efektif
 Tekanan darah klien dalam batas normal
 Asupan nutrisi terpenuhi
 Kekuatan otot klien kembali maksimal
SEKIAN,,
WASSALAMUALAIKUM WR.WB

You might also like