Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Baiq Hulhizatil Amni
H1A 212 011
Pembimbing
dr. I Gusti Ngurah Ommy Agustriadi, Sp.PD
Albuminuria patologis persisten (ekskresi albuminuria >300 mg/24 jam urine tampung dan penurunan
fungsi ginjal dengan menilai kreatinin/GFR
Pertimbangan lain untuk diagnosis nefropati diabetik yaitu lama durasi mengidap DM dan vaskulopati diabetik
• Nefropati diabetik pada orang tua lebih sering disebabkan oleh DM tipe 2
• Memerlukan waktu 5-10 tahun
Faktor patogen :
• Hiperglikemia
• Peningkatan tekanan sistemik dan glomerulus
• Peningkatan aktivitas RAAs
• Peningkatan stimulasi beberapa sitokin dan faktor pertumbuhan dengan faktor metabolisme dan faktor
hemodinamik
Modifikasi diet
Tujuan
Penundaan
perkembangan Interupsi RAAs Menggunakan ACEI dan atau Angiotensin Type-1, ARB,
nefropati diabetik modifikasi diet dan agen penurun kolesterol
Kontrol kolesterol
MODIFIKASI GAYA HIDUP
HIPOGLIKEMIA
Kontrol glikemik
10.251 peserta (rata2 usia 62,2 intensif (HbA1c <
Pengobatan intensif
tahun) 6,0 %) ADA ( American Diabetic
mengakibatkan angka
Median Hb terglikasi 8,1% kematian dibandingkan Association)
pengobatan standar. Dan • Dokter harus
tidak signifikan untuk mempertimbangkan
Kontrol glikemik
PENELITIAN 1 standar (HbA1c < penurunan angka penyakit tujuan penurunan HbA1c
kardiovaskular yang tidak terlalu ketat
7,0 %- 7,9 %)
pada orang tua yaitu
target < 7,0 %
Membandingkan terapi intensif dengan
standar • Target individual HbA1c
mempertimbangkan:
1. Kesehatan umum pasien
2. Harapan hidup pasien
lanjut usia
PENELITIAN 2
Tidak menunjukkan
Dilakukan oleh ADVANCE (Action in peningkatan angka kematian,
Diabetes and Vascular Disease) & kejadian peny. Kardiovaskular
VADT (Veterans Affairs Diabetes pd kel. Kontrol intensif dan
Trial) tidak ada manfaat pada
kontrol glikemik
Agen Hipoglikemik &
Dosis
1. Pemilihan obat
2. Dosis agen hipoglikemia oral dan insulin diturunkan ketika fungsi ginjal
menurun dan pada orang tua.
3. menghindari hipoglikemia dan ES
Umumnya ditoleransi baik pada orang tua dan resiko terjadinya hipoglikemik
minimal jika diberikan sebagai monoterapi
Tetapi meningkatkan resiko terjadinya asidosis laktat pada pasien insufisiensi ginjal
Duong et al. Berpendapat pemakaian metformin aman selama dosis metformin kurangi pada penyakit ginjal
dan hati-hati pemberiannya pada pasien CKD
Thiazolidinediones
Menyebabkan :
• Retensi cairan
• Edema
• Gagal jantung kongestif
Studi : individu > 66 tahun -> menunjukkan yang diterapi rosiglitazone, dikaitkan menyebabkan :
1. Peningkatan terjadinya gagal jantung kongestif
2. Infark miokard akut
3. Kematian dibandikan dengan agen hipoglikemia yang lain
sulfonilurea
Hati-hati digunakan jika GFR <60 ml/menit dan dihindari jika GFR < 30ml/ menit
DPP-4 INHIBITOR dan
GLP-1 analog
TUJUAN UMUM:
Pengobatan kontrol gula darah untuk mengurangi resiko dan perkembangan
dari nefropati diabetik
TUJUAN SPESIFIK:
1. Memperhatikan nilai HbA1C
2. Pemilihan agen dan dosis obat hipoglikemik yang ditentukan secara individual setiap pasien
3. Mempertimbangkan potensi manfaat dan bahaya pada berbagai tingkat HbA1c serta obat hipoglikemik
KONTROL TEKANAN
DARAH
- Sekitar 40% pasien dengan DM tipe 2 pada usia 45 memiliki HT, meningkat 60 % pada usia 75 tahun
- Pasien normotensif pada ND progresifitas lebih lambat daripada pasien dengan HT
- pada pasien non DM bisa dilakukan yang mungkin bermanfaat untuk pasien DM:
1. Modifikasi diet
2. Penurunan berat badan
3. Meningkatkan aktivitas fisik
Menunjukkan peningkatan tingkat hipokalemia dan disfungsi ginjal ketika menargetkan TD sistolik <120 mmHg
dibandingkan target TD <140 mmHg
Target :
- Uji coba ABCD (Appropriate Blood Pressure Control in Diabetes)
Tidak menemukan manfaat bagi fungsi ginjal dengan sistolik target 120 vs 140 mmHg
6.400 pasien DM -> studi INVEST Catatan:
(International Verapamil- - target sistolik berbeda sesuai dengan
Trandolapril Studi) kondisi klinis
Misalnya: pasien gagal jantung, stroke
harus memiliki target TD yang lebih
Usia Rata2 66 tahun dan diuji secara rendah
cross sectional
ACEI/ ARB
Studi HOPE (Heart Outcomes Evaluation Prevention) -> 10 mg ramipril dibandingkan dengan
plasebo pada DM tipe 2 usia rata2 65,3 tahun mengurangi resiko Nefropati sebanyak 25 % dan
resiko kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 37 %
Efek: penurunan TD sistemik termasuk intraglomerular dan proteinuria -> memperlambat progresi CKD
Studi pasien dengan usia 65 tahun dengan disertai penyakit kardiovaskular / DM dengan
kerusakan organ aktif tetapi tanpa makroalbuminuria / gagal jantung -> tidak toleran terhadap
ACEI
Pasien diobati dengan ARB Albuminuria tidak meningkat banyak bila dibandingkan dengan terapi
(Telmisartan) dan plasebo menggunakan plasebo
Studi membandikan efikasi terapi kombinasi antara ACEI dengan ARB dalam memperlambat
terjadi dan progresifitas ND
Pada terapi kombinasi didaptkan perburukan hasil ginjal ( peningkatan kreatinin dan peningkatan kebutuhan
dialisis) dibandikan dengan monoterapi
Akan tetapi jika dijadikan terapi tunggal, kedua agen tersebut aitu ACEI dan ARB menjadi lini
pertama
INHIBITOR RENIN
Antagonis reseptor mineralokortikoid spironolactone dan eplerenone mengurangi proteinuria ketika diberikan
sendiri dan memiliki manfaat antiproteinuri tambahan ketika diberikan dengan ACEI atau ARB
spironolakton mengurangi kematian jantung mendadak dan kematian akibat gagal jantung progresif pada
pasien dengan gagal jantung berat dengan efek samping serius yang minimal.
Dalam studi efikasi Eplerenone pada infark miokard, pasien (usia rerata 64 tahun) secara acak dipilih untuk
menerima pengobatan eplerenone (secara inisial diberikan 25 mg/hari, dititrasi hingga maksimum 50
mg/hari) atau placebo.
Penambahan eplerenone mengakibatkan berkurangnya dalam mortalitas secara keseluruhan dan tingkat
mortalitas akibat kardiovaskuler.
Agen yang tidak mengganggu sistem
renin-angiotensin-aldosterone
pasien yang tidak toleran terhadap ACEI dan/atau ARB, atau yang membutuhkan
penurunan tekanan darah lebih lanjut yang dapat dicapai dengan obat-obatan ini,
akan membutuhkan pengobatan agen kelas antihipertensi lainnya.
Calcium Channel Blockers (CCB)
Tuomilehto et al. menemukan bahwa CCB dihidropiridin aman pada pasien diabetes usia lanjut, dan CCB dihidropiridin
mengurangi mortalitas dan kejadian kardiovaskular pada pasien berusia > 60 tahun. Namun, CCB dihidropiridin tampaknya
kurang efektif dalam mengurangi proteinuria bila dibandingkan dengan ACEI, meskipun mencapai efek yang sama pada
kontrol tekanan darah.
CCB non dihidropiridin ditemukan dapat mengurangi proteinuria dan memperlambat progresi penyakit ginjal pada penderita
diabetes. Bakri et al. juga menunjukkan bahwa CCB non dihidropiridin sebanding dengan ACEI dan lebih unggul daripada beta-
blocker dalam mengurangi proteinuria dan menunda progresi penyakit ginjal pada pasien usia lanjut (rata-rata usia 63 tahun)
dengan nefropati diabetik.
Oleh karena itu, ketika pasien usia lanjut dengan diabetes disertai albuminuria dan nefropati yang tidak dapat mentolerir ACEI
atau ARB, CCB non dihidropiridin, seperti diltiazem atau verapamil dapat digunakan.
Beta-blocker dan diuretik
meskipun ACEI lebih unggul daripada beta-bloker dalam mengurangi proteinuria; kedua obat sama-sama mengurangi
penurunan fungsi ginjal pada pasien dengan usia rata-rata 60-93 tahun.
studi UKPDS pada pasien dengan usia rata-rata 56 tahun menunjukkan bahwa ACEI dan betabloker sama-sama efektif
dalam mengurangi komplikasi baik makrovaskular dan mikrovaskular pada diabetes mellitus.
Diuretik efektif dalam mencegah kejadian kardiovaskular mayor pada pasien usia lanjut baik diabetes dan non diabetes
studi GUARD pada populasi tua yang lebih muda (usia rata-rata 57,7) menunjukkan bahwa kombinasi ACEI dengan
hidroklorotiazid memberikan penurunan lebih besar pada albuminuria daripada kombinasi ACEI dan CCB dihidropiridin
studi lainnya yang dilakukan pada populasi yang sedikit lebih tua (usia rerata = 68 tahun) menunjukkan bahwa kombinasi
ACEI/hidroklorotiazid tidak seefektif kombinasi ACEI/CCB dalam memperbaiki penurunan GFR pada pasien risiko tinggi yakni
dengan diabetes dan hipertensi.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa sementara beta-bloker dan diuretik dapat membantu dalam pengelolaan nefropati diabetik
pada usia lanjut, kedua agen tersebut mungkin harus digunakan dalam kombinasi dengan ACEI atau ARB.
Dislipidemia dan obat penurun lipid
Penyakit jantung adalah penyebab kematian utama pada pasien dengan CKD lanjut. Baik DM tipe 1 dan DM tipe 2
berhubungan dengan dislipidemia; terutama hipertrigliseridemia.
studi menunjukkan manfaat kardiovaskular yang signifikan untuk mengobati dislipidemia pada pasien dengan DM.
studi SHARP mempelajari lebih dari 9270 pasien CKD dan hemodialisis dengan usia rata-rata 62 tahun selama periode 5
tahun untuk menentukan dampak dari simvastatin dan ezetimibe dibandingkan dengan plasebo.
menunjukkan bahwa simvastatin dan ezetimibe mengurangi tingkat kejadian aterosklerosis mayor, tetapi tidak memberikan
keuntungan pada kelangsungan hidup atau progresi CKD. Oleh karena itu, keputusan untuk mengobati dengan obat penurun
lipid (statin dan ezetimibe) harus didasarkan pada tingkat LDL.
Studi : Pasien yang diobati, baik
dengan terapi konvensional atau
rejimen intensif terdiri dari kontrol
ketat glukosa, penghambat sistem
RAA, aspirin, dan agen penurun
lipid.
Masa pengobatan rata-rata adalah 7,8 tahun
diikuti oleh rata-rata periode observasi 5,5 tahun.
Rujukan awal kepada ahli nefrologi terkait dengan tingkat perbaikan penurunan GFR dan mortalitas.
pasien CKD untuk diperiksa oleh ahli nefrologi untuk pertama kalinya dalam satu bulan sebelum memulai dialisis.
Ghossein et al. menyarankan bahwa manfaat terbesar untuk pasien ketika rujukan kepada ahli nefrologi dimulai sebelum
konsentrasi kreatinin plasma melebihi 1,5 sampai 2 mg/dL atau GFR kurang dari 60 mL/menit per 1,73 m2.
Rujukan lebih awal kepada nefrolog juga penting untuk pasien usia lanjut. Ahli nefrologi perlu menunjukkan kepada pasien usia
tua dengan CKD lanjut dan keluarga mereka untuk pilihan pengobatan yang tersedia, melalui pengambilan keputusan bersama,
tujuan terapi yang realistis.
Ahli nefrologi juga perlu mendiskusikan pilihan akhir perawatan hidup yang tersedia untuk pasien lanjut usia, terutama mereka
dengan beberapa komorbidits dan kualitas hidup yang rendah
Ringkasan dan Kesimpulan
pendekatan berbasis bukti klinis menekankan penyesuaian individual yang optimal untuk kontrol glikemik, kontrol tekanan
darah dengan blokade sistem RAA sebagai agen lini pertama, dan optimalisasi faktor risiko kardiovaskular.
Hasil yang baik dapat dicapai dengan pengobatan yang menggabungkan intervensi multifaset untuk memperlambat progresi
penyakit ginjal diabetes dan komplikasi yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmad, Emaad M. et al. 2012. Management of Diabetic Nephropathy in the
Elderly: Special Considerations. Nephrology and Therapautics. 2012, 2:5
TERIMA KASIH