You are on page 1of 20

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Tutorial Klinik

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

Meningococcal Disease

Oleh:
Ni Nyoman Novia Candra Dwipa

Pembimbing:
Dr. Annisa Muhyi, Sp.A, M.Biomed
Definisi
Meningococcal disease

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi


bakteri Neisseria meningitidis yang
dapat dijumpai di seluruh dunia sebagai
infeksi endemik.

(Lesmana, 2000; Association for Professionals


in Infection Control and Epidemiology, 2016)
Etiologi
Neisseria meningitidis
Bakteri diplokokus gram negatif anaerob

Serogrup A, B, C, W-135, X, dan Y


penyebab tersering

Membran luar dilapisi kapsul polisakarida


yang dibutuhkan untuk patogenisitas

(Ibrahim & Katiandago, 2018)


Epidemiologi

N. meningitidis
penyebab utama
meningitis di negara
berkembang
500.000 kasus
 50.000 kematian

Insiden tertinggi Meningitis Belt di SubSahara Afrika

(Ibrahim & Katiandago, 2018; Lesmana, 2000)


Epidemiologi

N. meningitidis ini terutama menyerang anak-anak


sehat dengan insidens dan angka mortalitas yang cukup
tinggi, yaitu sekitar 10%

Semua usia, angka tertinggi pada usia <1 tahun, dan


usia 16-23 tahun

Epidemi terjadi selama musim panas dengan insidens


tahunan sebanyak 1.000-1.200 kasus, dan berkaitan
dengan kunjungan haji atau umrah tahunan

(Ibrahim & Katiandago, 2018; Lesmana, 2000)


Faktor risiko
 College students living in a dormitory
 Military recruits
 Anyone with a damaged spleen or no spleen
 Anyone with an immune system disorder
 Microbiologists who are routinely exposed to Neisseria
meningitidis (the bacteria that causes meningococcal disease)
 Anyone traveling or residing in countries in which the disease is
common
 Anyone with a weakened immune system
 Anyone who has skipped routine recommended vaccinations

(Association for Professionals in Infection Control and


Epidemiology, 2016)
Patogenesis

(Moore et al, 1989; NEJM, 2001)


Patogenesis
Bakteri

Toksin (hemolisin, sitolisin, Peptidoglikan, lipopeptida


pnemolisin, dll) bakteri, lipopolisakarida

Respon imun tubuh


Apoptosis inducing factor
casposes Leukosit

Edema, peningkatan tekanan


intracranial, kerusakan neurologis

(Ibrahim & Katiandagho, 2018).


Meningitis
Manifestasi Klinis
Sepsis  onset demam mendadak
Muncul dalam 1-14 hari ruam kemerahan
setelah terinfeksi.

Tanda klinis tidak spesifik Pada 5-20% kasus, pasien dapat mengalami sepsis
• tanda vital abnormal meningokokal fulminan dalam beberapa jam tanpa
(takikardi, demam) gejala meningitis.
• anak sulit makan, iritabel
• Letargi Penyakit memburuk dengan cepat  syok sepsis,
• Muntah perdarahan adrenal akut (sindrom Waterhouse
• Kejang Friderichsen)  kegagalan multiorgan

(NICE, 2010)
Berdasarkan urut-urutan kejadian patofisiologis,
penderita-penderita infeksi meningokok dapat dikelompokkan
menjadi 4 golongan:

1. penderita dengan bakteremia tanpa shock


2. penderita dengan bakteremia dan shock tanpa gejala meningitis
3. penderita dengan shock dan meningitis
4. penderita dengan hanya meningitis saja

(Lesmana, 2000)
Manifestasi Klinis

(National Institute for Health and Clinical Excellence, 2010)


Manifestasi Klinis

Most patients with meningococcal sepsis develop a rash - it


is one of the clearest and most important signs to recognise

(National Institute for Health and Clinical Excellence, 2010)


Manifestasi Klinis

The rash can be more difficult to see on dark skin, but may be visible in paler areas,
especially the soles of the feet, palms of the hands, abdomen, or on the conjunctivae or
palate

(National Institute for Health and Clinical Excellence, 2010)


Glass Test

Press the tumbler firmly against the skin to see if the


rash blanches/fades
(National Institute for Health and Clinical Excellence, 2010)
Pemeriksaan Penunjang
tekanan likuor serebrospinal meningkat >180 mmH2O, pleiositosis lebih dari
Pungsi 1.000/mm3 bahkan dapat sampai 10.000/mm3, terutama PMN.
lumbal Protein meningkat lebih dari 150 mg/dL, dapat >1.000 mg/dL.
Glukosa menurun hingga <40% gula darah sewaktu.

CT scan CT scan diperlukan untuk memastikan tidak ada kontraindikasi tindakan

Pemeriksaan Ditemukan mikroorganisme; jika negatif  pemeriksaan antigen bakteri


Gram spesifik (CRP atau PCR)

Darah rutin Leukositosis , ↑ LED

(Ibrahim & Katiandagho, 2018)


Penatalaksanaan

Golongan antibiotik yang sensitif


sefalosporin generasi III, vankomisin, kloramfenikol, dan penisilin.
Terapi tunggal dengan penisilin G atau sefalosporin generasi III selama 10-14 hari.

Pada kasus tanpa komplikasi: antibiotik selama 5-7 hari


Kloramfenikol dan meropenem sebagai antibiotik alternatif jika alergi
terhadap penisilin atau sefalosporin.

(CDC, 2015; Ropper, Samuel, & Klein, 2014; Nadel, 2016)


Penatalaksanaan

(Ibrahim & Katiandagho, 2018)


Penatalaksanaan

Antibiotik diberikan sesegera mungkin  dalam 1 jam setelah diagnosis; terbukti


dapat menurunkan kadar endotoksin di sirkulasi secara cepat

Peningkatan kadar endotoksin berhubungan erat dengan tingkat keparahan


penyakit, insidens syok sepsis, kegagalan multiorgan, dan angka mortalitas
penyakit

Kortikosteroid menurunkan edema otak, hipertensi intrakranial, inflamasi meningen

Deksametason mampu menembus CSF lebih baik dibanding kortikosteroid lainnya


(menjadi pilihan utama) diberikan sebelum atau sampai 12 jam setelah pemberian
antibiotik, dilanjutkan sampai 2-4 hari

(Nadel, 2016)
Pencegahan
Vaksin
direkomedasikan Vaksin ini penting diberikan pada
orang dengan risiko tinggi: penyakit
pada remaja usia 11- defisiensi komponen komplemen,
12 tahun dengan kerusakan limpa, menggunakan obat-
vaksin ulangan saat obat tertentu atau yang tinggal di
usia 16 tahun. populasi yang endemik meningokokal.

Remaja dan dewasa


muda (16-23 tahun)
juga sebaiknya
divaksinasi dengan
vaksin meningokokal
serogrup B.

(CDC,2017)
Thank you

You might also like