You are on page 1of 86

MEDICAL MALPRACTICE

Dr H Tatang Kartawan
TA 2012/2013

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 1


2006
MEDICAL MALPRACTICE
/MEDICAL NEGLIGENCE
1. Pengantar
2. Definisi (RS Samil, Black’s Law, WMA 1992)
3. Akibat Malpraktik pada Pasien.
4. Pelayanan Medis.
5. Resiko terjadinya kecelakaan.
6. Efek Samping.
7. Implikasi Hukum.
8. Perilaku Tenaga Medis yang lalai.
9. Tuntutan Pidana/Perdata terhadap Tenaga Kesehatan dan
Institusi Kesehatan.
10. Strategi mengantisipasi Tuntutan Hukum.
11. Malpraktik Medis di Rumah Sakit.
12. Solusi Malpraktik Medis di Rumah Sakit.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 2
2006
PENGANTAR
• Medical Malpractice (Malapraktik Medis) adalah
kelalaian profesional yang dapat disebabkan kurang
menerapkan tingkat kepandaian dan ilmu dengan
kesengajaan dan ada tujuan lain (diluar profesional)

• Medical Negligence (Kelalaian Medis) adalah sikap


kurang hati-hati menurut ukuran wajar karena tidak
melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau
karena melakukan apa yang seharusnya tidak
dilakukan sehingga :
 Menyebabkan orang lain menanggung risiko
 Sifat risikonya demikian
26/01/2019 berat.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 3
2006
• Untuk membuktikan adanya kelalaian :
 Adanya suatu kewajiban dokter
terhadap pasien
 Dokter telah melanggar standar
pengobatan yang biasa dipakai
 Telah mengakibatkan penderitaan
/kerugian yang dapat digugat
 Secara faktual kerugian itu disebabkan
tindakan dibawah standar umum.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 4


2006
• Ukuran kesalahan -> Kesalahannya harus
jelas benar
• Kesalahan (KUHP 359, 360)  Menurut
pidana, sifat kesalahan tersebut
=> Agak kasar
=> Sangat tidak hati-hati
=> Tidak waspada
=> Kelalaian berat.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 5


2006
• Kelalaian  menurut perdata adanya
kewajiban hukum yang dilanggar dan karena
sikap/tindakan yang tidak wajar menurut
ukuran lazim => Telah terjadi wanprestasi
(terkena KUHPerdata pasal 1365-1367 juncto
KUHPidana pasal 360 dan UU No 36/2009
tentang Kesehatan pasal 58 ayat 1 dan 2).

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 6


2006
• Kelalaian  menurut pidana (terkena
KUHPidana) adanya sikap yang sifatnya
serius/sangat-sembarangan/ sangat-acuh-tak-
acuh terhadap :
=> Kemungkinan timbulnya risiko yang bisa
menyebabkan orang lain terluka atau
mati
=> Sehingga harus bertanggung-jawab
terhadap tuntutan kriminal oleh
negara.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 7


2006
• Kelalaian  dianggap sebagai pelanggaran disiplin
kedokteran yang dapat juga dikenakan tindakan
disiplin :
=> ada/tidak-adanya pelanggaran disiplin
ditentukan oleh Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI) sesuai UU No 36
Tahun 2009 pasal 55-70
=> tetapi tolok ukur standar profesi belum
ada (oleh MKDKI?, atau IDI?, atau KKI? atau
Pemerintah?)

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 8


2006
Definisi (menurut R.S.Samil, 2004)

Malpraktik Medis adalah suatu sikap


perilaku yang memungkinkan adanya
tuntutan hukum sebagai tanggung jawab
pelayanan profesional dalam bidang
Kedokteran/Kesehatan.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 9


2006
DEFINITION ACC. TO BLACK’S LAW
DICTIONARY

Medical Malpractice is defined as professional


misconduct or unreasonable lack of skill or
failure of one rendering professional services to
exercise that degree of skill and learning
commonly applied under all the circumstances in
the community by the average prudent reputable
member of the profession with the result of
injury, loss or damage to the recipient of those
services or to those entitled to rely upon them.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 10


2006
STATEMENT ON MEDICAL MALPRACTICE (1)
44th World Medical Assembly, Marbella, Spain,
Sept.1992

• A distinction must be made between Medical


Malpractice and an untoward result occurring in
the Medical Treatment that is not the fault of the
physician.
• An injury occurring in the course of Medical
Treatment could not be foreseen  is an
untoward result.
• In an untoward result, physician should not bear
any liability.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 11


2006
• Medical Malpractice involves the
physician’s failure to conform to the
standard of care for treatment of the
patient’s condition, or lack of skill, or
negligence in providing care to the patient,
which is the direct cause of an injury to the
patient.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 12


2006
MALPRAKTIK MEDIS
DARI PANDANGAN HUKUM

1. Disengaja  Perilaku buruk


2. Kelalaian :
a. Malfeasance  Melanggar hukum atau
tidak sesuai dengan
hukum
b. Misfeasance  Kinerja yang tidak layak
c. Nonfeasance  Tidak berbuat apa yang
seharusnya diperbuat
3. Ketidakmampuan profesional yang tidak
beralasan atau disebut pula Ketidakcakapan.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 13
2006
KONOTASI LAIN MALPRAKTIK

• “Negligence”.
• Intentional misconduct.
• Breech of a contract guaranteeing a specific
therapeutic result.
• Defamation.
• Divulgence of confidential information.
• Unauthorized procedures.
• Failure to prevent injuries in certain non
patients.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 14
2006
KEKELIRUAN DALAM
PENILAIAN (JUDGEMENT)

• Kesalahan Diagnosa dapat dituntut atau dianggap lalai


apabila pelayanan yang standar tidak dilakukan.
• Tetapi apabila para Dokter telah melaksanakan prosedur
sesuai pelayanan medis yang standar, mereka tidak
dapat dituntut karena kekeliruan medis, sama seperti
juga terapi yang tidak memadai.
• Penasihat Hukum pasien harus membuktikan bahwa
pelayanan dasar yang diberikan Dokter adalah
bertentangan dengan standar yang berlaku.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 15


2006
AKIBAT MALPRAKTIK
PADA PASIEN

1. Gagal menegakkan diagnosa yang tepat pada


waktunya.
2. Meresepkan terapi yang keliru atau obat yang
keliru
3. Mengakibatkan cedera pada Pembedahan.
4. Tidak meresepkan obat sesuai indikasi atau
meresepkan obat dengan dosis yang keliru.
5. Kurang memberikan informasi mengenai
rencana terapi.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 16
2006
6. Tidak memberikan informasi tentang
kemungkinan terjadinya efek samping
demikian pula tentang komplikasi penggunaan
alat ataupun prosedur medis yang dilakukan.
7. Mengabaikan komplikasi yang mungkin timbul.
8. Kurang mengetahui adanya gangguan atau
kerusakan pada alat-alat rumah sakit.
9. Melaksanakan prosedur medis dengan fasilitas
dibawah standar atau menggunakan asisten
medis yang tidak berpengalaman.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 17


2006
PELAYANAN MEDIS
• Pelayanan Medis adalah suatu sistem alamiah
yang kompleks dan ketat, terutama dan
khususnya yang terjadi di UGD, Kamar Bedah
dan ICU.
• Sistem yang kompleks seperti itu biasanya
ditunjukkan dengan adanya spesialisasi dan
saling ketergantungan yang erat.
• Makin kompleks dan ketat sistem tersebut,
makin rentan terjadinya kesalahan atau
kecelakaan.
• Dengan demikian praktik medis harus dilakukan
dengan mutu dan kehati-hatian yang sangat
tinggi.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 18
2006
RESIKO TERJADINYA KECELAKAAN

• Setiap praktik medis cenderung menghadapi


resiko buruk,dengan demikian langkah-
langkah preventif ataupun prosedur
mengurangi terjadinya resiko harus
dilakukan dengan benar.
• Sebagian besar langkah-langkah tersebut
dapat dilakukan, karena resiko apapun yang
terjadi masih dapat diterima apabila sesuai
Teknologi dan Ilmu Kedokteran yang berseni
tinggi (“state-of–the-art”).
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 19
2006
• Adapun resiko yang masih dapat diterima adalah :
1. Resiko yang terjadi sangat kecil kemungkinan
terjadinya atau kegawatannya  Hal ini dapat
diantisipasi, diperhitungkan dan dikendalikan 
Misalnya : Efek Samping obat, infeksi dan perdarahan
setelah operasi.
2. Resiko dengan kemungkinan terjadinya besar dan
tingkat kegawatannya tinggi dalam keadaan-keadaan
khusus  apabila praktek medis harus dilakukan juga
dengan resiko tinggi tersebut karena hanya itulah
jalan satu-satunya  Misalnya tindakan medis
darurat.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 20
2006
EFEK SAMPING
(ADVERSE EVENTS)

Efek Samping dalam Kedokteran dapat disebabkan


oleh :
1. Sebagai akibat perjalanan penyakitnya sendiri, dan
tidak ada hubungannya dengan praktik medis yang
dilakukan dokter.
2. Resiko tak terduga.
3. Resiko terduga tetapi tidak dapat dihindarkan.
4. Sebagai akibat Kelalaian Medis.
5. Sebagai akibatETIKA-HUKUM
26/01/2019 kesengajaan.
KEDOKTERAN 21
2006
KONSTRUKSI MEDIK DAN HUKUM

PENYAKIT SERTAAN
TANPA  RESIKO YG DITERIMA  EFEK SAMPING
KESALAHAN RESIKO TAK TERDUGA
EFEK SAMPING
KESALAHAN AKTIF TERCEGAH
KESALAHAN  (DALAM PERENCANAAN
LATEN DAN PELAKSANAAN) EFEK SAMPING
KRN KELALAIAN
Tugas Kewajiban Cedera dan Penyebabnya

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 22


2006
IMPLIKASI HUKUM PIDANA

• Ps 359, 360 dan 361 KUHP  Kelalaian yang


menyebabkan luka atau mati.
• Ps 267 dan 268 KUHP  Pembuatan keterangan
palsu.
• Ps 347, 348 dan 349  Aborsi ilegal.
• Ps 382 KUHP  Penipuan dan Misrepresentasi.
• Ps 209 dan 372 KUHP  Pidana Perpajakan.
• Ps 42 dan 43 UU Pengelolaan Lingkungan Hidup 
Pencemaran lingkungan hidup.
• Ps 344 KUHP  Euthanasia.
• Ps 284-294 KUHP  Penyerangan seksual.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 23
2006
IMPLIKASI HUKUM PERDATA

1. Kelalaian  Paling sering digugat.


2. Perbuatan melanggar hukum :
a. Tindakan medis tanpa persetujuan.
b. Membuka rahasia kedokteran orang
tertentu.
c. Penyerangan privacy seseorang.
3. Wanprestasi  Pelanggaran atas janji
atau jaminan  Gugatan yang sukar
dibuktikan.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 24
2006
IMPLIKASI HUKUM PIDANA
DAN PERDATA
Selain yang terdapat dalam KUHPidana dan
KUHPerdata, sanksi pidana dan sanksi perdata juga
dapat diketemukan dalam :
1.UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
2.UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
3.UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sebagai
pengganti UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
4.UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 25


2006
PERILAKU TENAGA MEDIS YANG DIDUGA
LALAI APABILA MENGHADAPI BERBAGAI
FAKTOR BERIKUT :

1. Mengabaikan Tugas Kewajiban  Mengabaikan


“Berbuat apa yang seharusnya dilakukan dan Tidak
Berbuat apa yang seharusnya tidak dilakukan
dalam keadaan-keadaan tertentu”.
2. Melecehkan tugas.
3. Mencederai pasien.
4. Hubungan sebab-akibat langsung 
Mengakibatkan kelalaian langsung karena
Pelecehan Tugas dan Pencederaan pasien.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 26


2006
KELEMAHAN UU PRAKTIK KEDOKTERAN
Aturan disiplin kedokteran = materi muatan HAM karena
masuk pasal-pasal obyek Komnas HAM
• Uncertainties peradilan DR/DRG ec tidak ne bis in idem
 pasal 66 ayat 1 dan ayat 3
• Tak ada pasal malpraktek, penyidik masih menggunakan pola
“monopoli” pasal 359-360 KUHP dengan segenap eksesnya
• Tak ada batasan gugatan immaterial defensive med
• Masih “menyisakan” Kriminalisasi pelanggaran administratif
(tanpa papan nama dipidana denda)  pasal 79
• Rahasia kedokteran boleh dibuka di penyidik (pasal 48 ayat 2)
padahal seharusnya di Pengadilan Negeri

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 27


2006
TUNTUTAN PIDANA DAN PERDATA TERHADAP
TENAGA KESEHATAN DAN INSTITUSI KESEHATAN

• Dalam era globalisasi dimana kesadaran hukum


masyarakat makin meningkat, jasa pelayanan
kesehatan dapat dianggap sebagai tindakan
yang dapat merugikan atau tidak memuaskan
pihak penerima jasa (pasien, konsumen,
kelompok masyarakat) langsung maupun tidak
langsung
• Kerugian yang diderita dan ketidak-puasan yang
diterima dapat dituntut secara hukum.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 28


2006
• Tuntutan hukum bisa :
 Pidana (KUHPidana dan UU lain)
 Perdata (KUHPerdata dan UU lain)

• Yang dituntut bisa :


 Tenaga kesehatan (Dokter, paramedis,
tenaga farmasi, manajemen kesehatan, dll)
 Institusi kesehatan (Rumah sakit, Puskesmas,
Balai penghobatan, Klinik, Dinas Kesehatan,
Pabrik Farmasi, Laboratorium, dll)

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 29


2006
• Tuntutan pidana terhadap Dokter harus memenuhi
syarat :
 Menyalahi standar profesi (medik)
 Adanya culpa lata  negligence
 Adanya akibat yang fatal/serius

• Syarat tersebut dapat ditentukan dari :


 Apakah indikasi untuk tindakan/terapi sdh tepat ?
 Apakah sudah diusahakan untuk mengurangi
risikonya ?
 Apakah cara penanggulangan risiko sudah tepat ?

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 30


2006
• Penyelesaian permasalahan pelanggaran :

KEMKES KONSIL K.I. IDI KEMKES

MKEK
MKDKI

PENGADILAN
SANKSI
SANKSI •Pidana ORGANISASI
DISIPLIN
•Perdata
•Administrasi

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 31


2006
ALUR PENUNTUTAN

• Gugatan Perdata (Pengacara Pengadilan).


• Tuntutan Pidana
(PolisiJaksaPengadilan).
• Profesi :
1. MKEK  MKDKI.
2. Masalah Disiplin (Bedakan dengan Etika).
3. Jangan menangani konflik antara dokter
dengan pasien.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 32


2006
GUGATAN PERDATA

Ada tiga kemungkinan :


1. Kelalaian (Kekeliruan yang tidak
memenuhi Standar atau Praktek
Umum).
2. Perbuatan melanggar hukum
(menangani pasien tanpa
persetujuan).
3. Gagal memenuhi komitmen.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 33
2006
SOLUSI KASUS PERDATA

• Litigasi :
a. Digugat ke Pengadilan.
b. Dibuktikan oleh Penggugat.
c. Bukti, Saksi, Dokumen, Pendapat Ahli, dll.
d. Hakim menawarkan damai, berdasar hukum
perundang-undangan yang ada.
• Non-litigasi :
a. Penyelesaian jalan alternatif (diluar Pengadilan).
b. Berdasar kepentingan masing-masing (“win-win
solution”).

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 34


2006
TUNTUTAN PIDANA

• Kelalaian (KUHP Ps.359-361).


• Membuka Rahasia Kedokteran (KUHP
Ps.322).
• Informasi palsu (KUHP Ps.267-269).
• Euthanasia (KUHP Ps.344).
• Menahan tanpa hak (KUHP Ps.333).
• Dll.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 35


2006
SOLUSI KASUS PIDANA

Hanya Litigasi :
1. Pengacara mengadu ke Polisi.
2. Investigasi oleh Polisi
(Saksi, Dokumen, Pendapat Ahli,
Tertuntut, Penahanan, Tersangka).
3. Berkas perkara dikirim ke Jaksa
Penuntut Umum.
4. Proses Pengadilan.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 36


2006
STRATEGI MENGANTISIPASI
TUNTUTAN HUKUM TERHADAP
DOKTER DAN TENAGA KESEHATAN
MODUS OPERANDI
• Somasi dari pihak pengacara atau LBH
dengan ancaman akan dumumkan atau
diadukan (penuntutan).
• Gugatan perdata.
• Laporan kepada Polisi.
• Publikasi Media Cetak (harian, artikel).
• Publikasi Media Elektronik (Wawancara
dan Dialog interaktif, laporan kriminal,
berita).
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 37
2006
MENGAPA PASIEN
MENUNTUT DOKTER
1. Hasil terapi yang diberikan kepada pasien
kurang memuaskan karena kondisi yang
kurang menguntungkan dalam hubungan
antara dokter dengan pasien.
2. Pelayanan atau komentar paramedis,
fisioterapis, tenaga laboratorium atau personil
lain tidak menyenangkan pasien.
3. Harapan pasien untuk dapat memperoleh
pelayanan medis yang baik tidak terpenuhi,
karenanya mereka mencurigai dokter telah
memberikan pelayanan yang buruk kepada
mereka.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 38
2006
KERAWANAN INTERNAL
PENYEDIA JASA KESEHATAN

• Konflik antara dokter dengan


Manajemen RS.
• Konflik antara dokter-dokter sendiri.
• Konflik antara dokter dengan personil
kesehatan lain.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 39


2006
LANGKAH ANTISIPASI TERHADAP
KASUS POTENSIAL
• Jangan panik, respons segera dengan
memperhatikan keinginan pasien.
• Analisa kasus dengan mencari fakta terlebih
dahulu :
1. Lengkapi MR tanpa dimanipulasi.
2. Buat ringkasan kronologi kasus.
3. Apabila melibatkan lebih dari satu orang,
usahakan suatu pertemuan khusus untuk
mendiskusikan dan mengumpulkan fakta.
4. Laporkan kepada pimpinan apabila
26/01/2019kasusnya sangat potensial.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 40
2006
• Jangan lupa menyiapkan :
1. Kompetensi (Diploma, Sertifikat).
2. Otorisasi (Surat-surat Ijin).
3. Polis Asuransi Profesi.
4. Catatan pengalaman terdahulu dalam
kasus yang serupa.

• Outputnya :
Laporan kronologis kasus.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 41


2006
LANGKAH ANTISIPASI TERHADAP
KELUHAN ATAU TUNTUTAN LAIN

• Komite Medis menganalisa kasus dalam pertemuan


dengan :
1. Personil kesehatan yang terlibat dan konsultan.
2. Apabila diperlukan juga para spesialis yang
terlibat.
• Analisa kasus menyangkut masalah :
1. Kondisi pasien, WD dan DD, Indikasi,
Kontraindikasi, IC (Informed Consent),
Komunikasi, Prosedur, Dokumentasi.
2. Kasus apa, disebabkan apa, bagaimana
menanganinya.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 42
2006
• Output Analisa  kedalam :
1. Samakan persepsi tentang kasus.
2. Tindakan pencegahan di kemudian hari.
3. Sanksi disiplin apabila diperlukan.

• Output Analisa  keluar :


1. Sediakan informasi bagi pasien.
2. Siapkan sebuah tim dengan jurubicara untuk
menghadapi pasien.
3. Apa kebijakan RS menangani kasus ini.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 43


2006
MENGHADAPI PASIEN

• Para dokter sebaiknya menangkal berita


buruk yang bersifat pribadi.
• Jelaskan apa adanya, jangan membohongi
atau menutupi.
• Tunjukkan rasa simpati tetapi cegah
membuat pernyataan yang menyalahkan diri.
• Cari pihak ketiga yang dapat memberikan
pendapat obyektif yang lain.
• Rekam semua diskusi secara rinci.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 44


2006
PERSIAPAN FINANSIAL
• Biaya menangani kasus :
1. Biaya berperkara (Litigasi vs. Non-
litigasi).
2. Biaya tuntutan :
a. Material  Yang nyata
b. Immaterial  Sampai batas berapa ?
• Antisipasi  Mengalihkan resiko
1. Asuransi Profesi.
2. Asuransi RS.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 45


2006
LANGKAH ANTISIPASI
MENGHADAPI TUNTUTAN NYATA

• Serahkan kepada Direktur atau Komite Medis, jangan


bertindak sendiri.
• Dokter dan RS harus bersatu dalam satu kekuatan.
• Hanya ada satu Jurubicara yang dapat mengeluarkan
pernyataan.
• Hati-hati apabila harus membuat korespondensi.
• Berdasarkan posisi kasusnya, tentukan kebijakan RS :
+ Litigasi, atau
+ Non-litigasi  ADR (Alternative Dispute
Resolution).

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 46


2006
PEMBELAAN HUKUM
DAS SOLLEN DAS SEIN
• Medical Record :
• Peraturan. + Lengkap ?
• Hukum. + Relevan ?
+ Urgen ?
• Standar.
+ Kronologi ?
• Petunjuk.
• Informed Consent :
+ Yang tersurat vs.
Yang tersirat ?
+ Proxy Consent ?
+ Informed ?
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 47
2006
SITUASI YANG HARUS DICEGAH

• Mengobati di luar kewenangan.


• Mengobati untuk mencari keuntungan.
• Mengobati dibawah perencanaan atau
pengaruh dokter lain.
• Mengobati hanya untuk menyenangkan
pasien atau keluarganya.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 48


2006
APABILA CEDERA TERJADI
sebagai hasil kesalahan dan komplikasi
yang tidak diantisipasi
• Jangan coba menyembunyikan atau
meminimalkan apa yang telah terjadi.
• Bicaralah secara pribadi dengan pasien atau
keluarganya.
• Seorang perawat RS harus hadir sebagai
saksi.
• Buat catatan penting apa yang dibicarakan
sebagai bukti.
• Apabila membicarakan komplikasi atau hasil
yang tak terduga jangan ada pertanyaan
tentang kelalaian.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN
2006
49
Apabila kelalaian murni terjadi :

• Jelaskan hanya apa yang terjadi.


• Cegah menggunakan kata-kata kelalaian
atau malpraktek.
• Jangan mendiskusikan masalah tanggung
jawab.
• Kurangi tingkat kerusakan/luka atau
koreksi kondisinya dengan
ketidaknyamanan yang minimal.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 50


2006
PASIEN BERIKUT YANG TIDAK PUAS DENGAN
PENGOBATAN OLEH DOKTER LAIN

• Jangan diskusikan pengobatan sebelumnya.


• Pasien selalu ingin melibatkan dokter dengan
tuntutan terhadap dokter sebelumnya.
• Pasien selalu ingin membujuk dokter menjadi
saksi.
• Pasien selalu ingin mengajak dokter mengkritik
dokter sebelumnya.
• Dokter jangan mau dipaksa pasien menjadi
saksi ahli bagi kasus dokter sebelumnya.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 51


2006
KEGIATAN SEBELUM ADA
TUNTUTAN HUKUM
DAN PROSES PENGADILAN
Hubungi dokter lain :
• Pengobatan lanjutan atau kumpulkan informasi untuk menghadapi
tuntutan hukum.
• Sebaiknya jangan memberikan informasi tanpa ijin.
• Jangan pernah mengirim catatan medik asli atau foto sinar X.
• Berikanlah informasi langsung secara lisan (langsung atau melalui
telepon).
• Permintaan tertulis harus dicurigai.
• Buat catatan singkat saja pada MR atau bagan RS.
• Apabila informasi tertulis diperlukan :
1. Jangan menilai tentang pengobatan ataupun tentang anjuran.
2. Jangan membuat ringkasan karena pasti tidak pernah akan
lengkap.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 52


2006
Hubungi pasien (lawan):

• Untuk kepentingan pengobatan, mintakan


dokternya agar menghubungi langsung ke
kantor.
• Jangan membiarkan dokumen asli diambil
keluar.
• Mintakan ijin untuk membuka informasi.
• Apabila ringkasan tertulis diminta (oleh asuransi
atau siapa saja), jangan memberikan lebih dari
yang diminta.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 53


2006
Hubungi Penasihat Hukum Pihak kita:

• Tanyakan informasi apa yang diperlukan dan mengapa.


• Mintakan dia mendiskusikan kasus di kantor, nilai
motifnya.
• Jangan memberikan sesuatu yang tertulis.
• Apabila pasien ditangani dokter lain, tanyakan mengapa
kesaksiannya diminta; mengapa bukan dokter lainnya,
siapakah ?
• Hubungi dokter lain itu segera.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 54


2006
Hubungi Pembela Pihak Lawan :

• Kepentingan Pembela (dokter/RS) mungkin saja


berbeda.
• Jangan bertindak sendiri.
• Biasanya mereka mencari informasi untuk
melindungi mereka sendiri.
• Apabila mereka datang tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu, jangan membicarakan kasus
sama sekali.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 55


2006
PRAKTEK PEMBELAAN
• Instruksi-instruksi sebelum masuk RS.
• Catatan kemajuan awal dan perintah-
perintah.
• Selesaikan semua pekerjaan dengan
seksama.
• Adakan konsultasi-konsultasi.
• Cek lain-lainnya.
• Hubungi per telepon lain-lainnya.
• Buat Catatan Kemajuan.
• Review kembali
26/01/2019
bagan RS.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 56
2006
MALPRAKTIK MEDIS DI RUMAH SAKIT

Kriteria hukum untuk mempertimbangkan


bahwa telah terjadi Malpraktik :

1. Ada kewajiban untuk merawat


/mengobati.
2. Ada tugas yang harus dilaksanakan.
3. Telah terjadi sesuatu yang mencederai
atau membahayakan pasien.
4. Ada Hubungan timbal baik antara butir
2 dan butir 3 diatas yang dapat
dibuktikan.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 57
2006
PARAMETER BAGI DOKTER DI RS
YANG MELAKUKAN ETIKA BAIK ATAU BURUK
TERGANTUNG PADA :

1. Kode Etik Profesional maupun Kelembagaan.


2. Prinsip Etika yang mendasar :
a. Asas manfaat (Beneficence).
b. Asas tidak mncederai (Non-maleficence).
c. Asas menghormati manusia (Respect for
persons).
d. Asas keadilan (Justice).
3. Teori-teori Etika atau Filosofi Moral (Utilitarian-
ism, Deonthology, Virtue Ethics, dll.).
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 58
2006
KELEMAHAN ETIKA DOKTER DI RS

1. Pengetahuan Dokter tentang Etika pada umumnya


terbatas pada pengetahuan kognitif teoritis.
2. Dengan pengetahuan seperti itu, tidaklah mungkin
mengembanghan kecakapan psikomotor untuk
mengaplikasikan Etika Medis dalam praktek
profesional sehari-hari.
3. Karena alasan diatas, tidaklah mudah memperoleh
aspek afektif mengenai kepekaan dan kesadaran
Etika budaya untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan yang berkaitan dengan pelayanan medis
terhadap pasien.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 59


2006
ETIKA DALAM PENGERTIAN PRAKTIS
ADALAH TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
PROFESIONAL DAN KELEMBAGAAN
TERHADAP MANA DIREKTUR RUMAH SAKIT
MEMEGANG PERAN-PERAN SEBAGAI :

1. Penyedia Perawatan Kesehatan.


2. Yang mempekerjakan.
3. Fasilitator.
4. Anggota masyarakat dan
lingkungannya.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 60
2006
SESUAI PENDEKATAN SISTEM
RUMAH SAKIT SELAKU LEMBAGA
KESEHATAN TERDIRI DARI :

1. Manajemen  yang mengelola masukan-masukan


serta sumber daya untuk menunjang kegiatan
prodesional memberikan “good clinical care”.
2. Para Profesional  yang menyelenggarakan proses
klinis terhadap pasien sesuai standar profesional
(etika, kompetensi, “performance” dan pelayanan) 
agar terpenuhi standar tinggi yang bermutu (pelayanan
medis profesional sesuai mutu teknis, pengelolaan
sumber daya yang efisien, manajemen resiko dan
kepuasan pasien).
3. Sasaran  Standar-standar yang diinginkan (bermutu
tinggi, keamanan dan pelayanan yang memuaskan).
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 61
2006
TANGGUNG JAWAB HUKUM
TERLETAK PADA

• Direktur  apabila efek samping (adverse


events) terhadap pasien disebabkan oleh
kesalahan majemen masukan-masukan dan
sumber daya.
• Direktur dan para profesional klinis  apabila
efek samping disebabkan kesalahan medis
pada proses klinis dan “outcomes”nya sebagai
hasil sumber daya penunjang yang kurang dan
bagaimana tugas kewajiban yang dilakukan oleh
para klinisi (baik personil organik maupun non-
organik).
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 62
2006
KESIMPULAN MALPRAKTIK DI RS

1. Penyebab mendasar Malpraktik di RS


adalah segi kelemahan kepekaan dan
kesadaran mengenai Etika sebagian
para profesional klinis dan
manajemennya.
2. Kelemaham seperti itu dapat disebabkan
oleh kelemahan dalam sistem
pendidikan yang pada umumnya masih
tradisional.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 63
2006
SARAN THD MALPRAKTIK DI RS

Pada tingkat nasional :

1. Ada perubahan mendasar Sistem


Pendidikan Etika dengan tujuan
memperoleh para profesional yang
memiliki pengetahuan kognitif serta
kecakapan psikomotrik dalam
mengaplikasikan kepekaan dan kesadaran
afektif dari tanggung jawab Etika dan
Moral.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 64
2006
Pada tingkat nasional :

2. Ada Badan Pendiri (seperti National Patient Safety


Agency di Inggris) sebagai bagian dari Konsil
Kedokteran Indonesia yang menetapkan Kebijakan
serta Strategi mengenai :
a. Apa yang harus dilakukan Manajemen
apabila Efek Samping terjadi.
b. Mekanisme Pelaporan.
c. Analisa akar penyebab.
d. Mempelajari Efek Samping dan Yang Nyaris
terjadi.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 65
2006
Pada tingkat Kelembagaan :

1. Melakukan prosedur kredensial dan pengujian klinis


terhadap dokter-dokter baru.
2. Menerapkan “Good Clinical Governance” dengan semua
program-program penunjangnya (Jaminan Mutu, Praktek
berbasis “Evidence”, Manajemen Resiko Klinis, Audit
Klinis, Pengembangan Profesional Berkelanjutan).
3. Pemantauan dan Evaluasi (termasuk Perngatan, Teguran
dan Re-edukasi apabila diperlukan) terhadap Perilaku dan
Kinerja Profesional Staf Medis yang dilakukan Komite
Klinis maupun Komite Etika.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 66


2006
4. Menganjurkan semua dokter melakukan “whistle
blowing”.
5. Mengambil tindakan sungguh-sungguh dan Respons
positif terhadap setiap keluhan dan tuntutan yang
mungkin muncul dari pasien maupun keluarganya.
6. Melakukan Rekredensial terhadap Prosedur serta
Privilis Klinis yang baru yang dilaksanakan terhadap
semua dokter pada setiap waktu-waktu tertentu
secara berkala, selanjutnya tidak memperpanjang
kontrak dengan dokter-dokter dengan catatan
buruk.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 67


2006
SOLUSI MALPRAKTIK MEDIS DI RS
(Johan Thamrin Saleh, 2005)

UNSUR-UNSUR PENTING YANG DIBUTUHKAN


TERHADAP TUNTUTAN HUKUM MALPRAKTIK MEDIS

1. Ada kewajiban yang harus dilakukan.


2. Terjadi Kesalahan Medis.
3. Menyebabkan cedera pada pasien.
4. Ada hubungan timbal balik antara butir 2
dan butir 3 diatas.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 68
2006
TIPE-TIPE MALPRAKTIK

1. Kesalahan Diagnosa.
2. Kesalahan dalam memberikan Pengobatan/Tindakan.
3. Kesalahan dalam memberikan Obat.
4. Obatnya benar, tetapi dosisnya salah.
5. Kesalahan dalam Operasi.
6. Tidak ada “Informed Consent”.
7. Kesalahan staf RS untuk selalu melaporkan kondisi pasien
kepada Dokter.
8. Tulisan tangan yang buruk yang dapat menyebabkan
Kesalahan Medik.
9. Terlambat mendiagnosa (khususnya yang banyak terjadi pada
kasus-kasus Kanker).
10. Cedera waktu Persalinan.
11. Dll.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 69


2006
LATAR BELAKANG
TERJADINYA TUNTUTAN
FAKTOR INTERNAL

• Kecurigaan telah terjadi kesalahan medis


(kinerjanya).
• Kecurigaan tidak berjalannya peraturan
(standar, prosedur, petunjuk).
• Provokasi orang lain (dari sejawat?).
• Biaya pelayanan yang tinggi.
• Kurang keterbukaan.
• Belum adanya hukum berdasar kesehatan.
• Adanya konflik-konflik lain.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 70
2006
FAKTOR EKSTERNAL

• Kekecewaan masyarakat yang


akumulatif.
• Meningkatnya kesadaran hukum
masyarakat.
• Dipicu semangat reformasi.
• Motivasi gugatan hukum.
• Sosialisasi UU Perlindungan
Konsumen.
• Provokasi orang lain ?
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 71
2006
EFEK LANGSUNG
AKIBAT ADANYA TUNTUTAN

• Citra buruk RS.


• Reputasi buruk para dokter.
• Stres mental (kurang PD).
• Beban Mental.
• Waktu terbuang.
• Biaya terbuang.
• Sanksi (etika. hukum, administrasi).
• Muncul biaya legal (berperkara).
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 72
2006
LANGKAH-LANGKAH MENANGANI
KASUS HUKUM DI RS
• Tanggapi keluhan masyarakat dengan baik.
• Tunjukan Empati dan tawarkan bantuan.
• Ada kemauan baik untuk menyelesaikan.
• Carilah akar permasalahan dan
penyebabnya.
• Buat analisa intensif dan sungguh-sungguh
(siapkan MR, IC, kronologi kasus, siapa saja
yang terlibat, dsb).
• Tegakkan hukum dan peraturan.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 73
2006
• Mengacu pada Etika Medis dan Dasar Hukum.
• Upayakan klarifikasi untuk mencari kebenaran antara
Yang Dituntut dan Si Penuntut.
• Adakan Mediasi.
• Undang para pakar (untuk Pendapat Kedua).
• Putuskan dan analisa tuntutannya (etika, hukum atau
etiko-legal?).
• Siapkan bukti-bukti (MR, IC, dll.).
• Siapkan Bantuan Hukum.
• Laksanakan sanksi.
• Rehabilitasi apabila terbukti tidak bersalah.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 74


2006
PENANGANAN KASUS HUKUM DI RS

KASUS

ETIKA HUKUM

ORGANISASI OFISIAL
PROFESI
PENGADILAN PEMERINTAH

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 75


2006
BAGAN PENYELESAIAN KASUS

KASUS

NON-LITIGASI LITIGASI
(DILUAR PENGADILAN) (DLM PENGADILAN)

1. MEDIASI 1. PERDATA
2. NEGOSIASI 2. PIDANA

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 76


2006
PRINSIP-PRINSIP BANTUAN HUKUM

• Bantuan Hukum bukan membela Yang


Bersalah.
• Bantuan Hukum dimanfaatkan untuk :
1. Menggunakan Hak.
2. Mendapat perlakuan adil.
3. Bila terbukti tidak bersalah  Bebas.
4. Bila terbukti bersalah
 Mendapatkan putusan yang adil.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 77


2006
TANGGUNG JAWAB RS

Menyediakan :
• Fasilitas Kerja.
• Sumberdaya manusia.
• Peraturan-peraturan (Standar, Prosedur,
Petunjuk, Hospital by Law).
• Melakukan Pengawasan dan Evaluasi.
• Perbaikan Profesionalisme dan Etika.
• Penegakan Hukum dan Peraturan.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 78
2006
TANGGUNG JAWAB
TENAGA KESEHATAN

• Melakukan sesuatu sesuai standar,


prosedur dan petunjuk.
• Bekerja sesuai kompetensi dan
kewenangannya.
• Selesaikan tugas (IC, MR).
• Laporkan setiap kegiatan kepada
Pengawas secara berjenjang.
• Apabila menghadapi masalah,
26/01/2019
lakukanlah dengan pendekatan
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN
lebih79
manusiawi. 2006
APABILA KASUS MEDIK MUNCUL DI RS

1. Siapa yang menangani ? (Direktur? Staf


Medis? Yang dituntut ? Pengacara ?).
2. Unit mana yang menangani ?
3. Bagaimana mekanisme kerjanya ?

Komite Medis
atau
Unit/Komite baru
(Unit Bantuan Hukum RS)

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 80


2006
TUGAS POKOK
UNIT BANTUAN HUKUM RS
• Mengkoordinasikan organisasi peraturan
RS (Hospital By Law, Standing Operation
Procedure, Standar Profesi).
• Menyediakan bantuan hukum dan
konsultasi.
• Menangani kasus-kasus hukum di RS.
• Mensosialisasikan dan mempelajari
peraturan-peraturan RS.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 81
2006
SISTEM YANG SANGAT KOMPLEKS
AKAN MENINGKATKAN FAKTOR
KESALAHAN MANUSIA

• Masalahnya bukan karena manusia yang


tidak baik dalam pelayanan kesehatan 
tetapi manusia yang baik yang bekerja
dalam sistem yang buruk.

• Tak seorangpun mempertanyakan


kenyataan bahwa pelayanan kesehatan
zaman sekarang adalah penuh resiko,
sangat kompleks dan padat karya.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 82
2006
Referensi :
1. KUHPidana dan KUHAPidana.
2. KUHPerdata.
3. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sebagai
pengganti UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
4. UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
5. UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
6. UU No 29 terntang Praktik Kedokteran.
7. Standar Pelayanan Medik, PB Ikatan Dokter Indonesia,
1998.
8. R S Samil, Etika Kedokteran Indonesia, Fakultas
Kedokteran U>I>, 1994.
9. M J Hanafiah dan A Amir, Etika Kedokteran dan Hukum
Kesehatan, EGC, 1999.
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 83
2006
10. Kode Etik Kedokteran Indonesia, PB Ikatan Dokter
Indonesia, 2002.
11. Sofwan Dahlan, Hukum Kesehatan, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
12. J Guwandi, Kelalaian Medik, Fakultas Kedokteran
Indonesia, 1994.
13. J Guwandi, Malpraktek Medik, Fakultas Kedokteran
Indonesia, 1993.
14. J Guwandi, Tindakan Medik dan Tanggung Jawab Produk
Medik, Fakultas Kedokteran Indonesia, 1993.
15. J Guwandi, HAM dalam Persetujuan Tindakan Medik,
Fakultas Kedokteran Indonesia, 1995.
16. J Guwandi, Hospital Law, Fakultas Kedokteran Indonesia,
2002.
17. J Guwandi, Dokter dan Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran
Indonesia, 1991.
18. J E Orlikoff, W R Fifer and H P Greeley, Malpractice
Prevention and Liability Control for Hospital, American
Hospital Publishing ETIKA-HUKUM
26/01/2019 Inc, 1981.KEDOKTERAN 84
2006
19. Budi Sampurna, Malpraktik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
20.Agus Purwanto, Malpraktik dalam Bidang
Medis, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2008.

26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 85


2006
26/01/2019 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 86
2006

You might also like