You are on page 1of 31

CASE BASED DISCUSSION

CROHN’S DISEASE

Oleh:
Winda Adriyanti Parmana
NIM: 12.06.0029
Pembimbing:
dr. A.A. Dewi Adnyani, Sp. Rad

SMF RADIOLOGI RSUD BANGLI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2018
BAB I
PENDAHULUAN

• Crohn’s disease merupakan penyakit inflamasi usus yang


diperantarai oleh sistem imun yang paling sering mengenai
ileum terminalis dan colon.

• Onset usia antara 15 dan 40 tahun dan memiliki insiden 3,1-


14,6 kasus per 100.000 orang/tahun di North America.

• Usus sebagai tempat utama yaitu 90% kasus, terutama terjadi


pada ileum terminalis (70%) dan bisanya kombinasi dengan
kolitis, yaitu ileokolitis (50%).
ANATOMI FISIOLOGI SALURAN PENCERNAAN
CROHN’S DISEASE

Suatu penyakit inflamasi kronis dan berulang pada


saluran cerna yang dapat melibatkan setiap bagian
dari saluran cerna, paling sering menyerang ileum
sehingga sering juga disebut sebagai ileitis atau
DEFINISI enteritis.
Peradangan dapat meluas dan melibatkan semua
lapisan dinding usus mulai dari mukosa sampai
serosa.
CROHN’S DISEASE

• Belum Diketahui Secara Pasti


• Genetik
ETIOLOGI • Sistem imun
• Infeksi
• Faktor lingkungan
PATOFISIOLOGI

system imunitas tubuh (Sel limfoid T helper 1) bereaksi


abnormal terhadap bakteri, makanan dan substansi lain.

Sistem imunitas tersebut memberikan respon


menyerang untuk setiap antigen pada Antigen
Presenting Cells (APC).

akumulasi sel-sel darah putih (leukosit) di sepanjang


lapisan dalam usus (intestine)  inflamasi kronis 
ulserasi, perlukaan usus, dan scar formation (pembentukan
jejas) pada jaringan usus .
GAMBARAN KLINIS

• Diare kronik
• Nyeri perut berulang
• Demam (terkadang )
• Perdarahan  anemia
• sering dikaitkan dengan manifestasi
ekstraintestinal yang mungkin lebih bermasalah
DIAGNOSIS

LABORATORIUM
1. hematologi
2. biokimia
MANIFESTASI KLINIS
ENDOSCOPY

RADIOLOGI
3. Foto X-Ray tanpa kontras
4. Foto X-Ray dengan Kontras
5. USG
6. CT Scan
7. MRI
ENDOSCOPY

Gambar 2.7 Typical endoscopic pada crohn’s disease


(A) Longitudinal Ulcers, (B) Cobblestone appearance,
(C) apthous ulcers
Foto polos abdomen / Foto X-Ray
tanpa kontras

Gambar 2.8 Tampak adanya penebalan dinding usus besar dengan


gambaran Thumb Printing pada pasien dengan penyakit crohn aktif
Foto X-Ray dengan Kontras
-Pemeriksaan Barium Enema (Colon inloop)

Gambar 2.9 menunjukkan sejumlah Gambar 2.10 ulserasi, inflamasi, dan


ulkus aptosa penyempitan lumen colon
Foto X-Ray dengan Kontras
- Small-bowel follow-through

Gambar 2.11 Pemeriksaan small-bowel follow-through dengan fokus pada


ileum terminalis memperlihatkan ulserasi linear, longitudinal dan transversal
yang membentuk “cobblestone appearance”
Small-bowel follow-through

Gambar 2.11 Pemeriksaan small-bowel follow-through dengan fokus pada


ileum terminalis memperlihatkan beberapa penyempitan dan striktura, yang
memberikan gambaran “string sign”
USG

Gambar 2.14 A dan B, hasil pencitraan USG pada pasien dengan


Crohn’s disease terlihat adanya penebalan dinding usus yang
hypoechoic, hilangnya “gut signature”, dan garis hyperechoic yang
menunjukkan penyempitan lumen usus.
CT Scan

Gambar 2.12 Pemeriksaan CT Scan pada pasien dengan Crohn’s


disease, tampak penebalan dinding ileum dan inflamasi
mesenterium.
CT Scan

Gambar 2.13 Tampak fat halo sign yang terlihat dalam lumen
usus halus anterior di kedua penampang dan longitudinal,
mewakili penumpukan lemak pada submukosa karena
peradangan kronis.
MRI

Gambar 2.14 penebalan dinding colon kanan dengan peningkatan


sinyal intramural pada pencitraan T1-weighted. Hal ini dipercaya
sebagai gambaran adanya deposisi lemak intramural.
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN
Terapi
BAB III
LAPORAN KASUS

▫ IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. X
• No. CM :-
• Usia : 30 Tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat :-
• RS tempat dirawat : Rumah Sakit Atma Jaya (RSAJ)
• Tgl masuk RS : 26 Mei 2009
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

• Keluhan Utama : Nyeri perut bagian kanan bawah


• Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke Rumah Sakit Atma
Jaya (RSAJ) pada tanggal 26 Mei 2009 dengan keluhan nyeri
perut terutama di bagian kanan bawah sejak 2 hari sebelumnya.
Rasa nyeri seperti diremas-remas dan hilang timbul. Rasa nyeri
pada mulanya di rasakan di perut bagian kanan bawah
kemudian menjalar ke bagian atas dan tengah. Selain itu
penderita juga merasa mual dan nyeri ulu hati. Frekuensi buang
air besar meningkat, yaitu tiga kali sehari dengan konsistensi
feces yang lebih lunak dari biasanya. Riwayat tuberkulosa,
diabetes melitus, dan alergi obat disangkal.
• Pemeriksaan fisik menunjukkan kesadaran kompos mentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, laju jantung 80 kali/menit,
frekuensi pernafasan 20 kali/menit. Pada pemeriksaan mata tidak
ditemukan konjungtiva anemis maupun sklera ikterik.
Pemeriksaan daerah leher, kelenjar getah bening tidak teraba,
kelenjar tiroid tidak membesar. Pada pemeriksaan paru-paru tidak
ditemukan wheezing atau ronki. Pemeriksaan jantung, tidak
ditemukan kelainan. Pemeriksaan abdomen, bentuk perut datar,
tidak terlihat kaput medusae.
• Palpasi di kuadran kanan bawah, tidak ada defense musculair,
teraba massa lunak dan kelenjar getah bening peritoneum.
Ditemukan nyeri tekan pada McBurney, obturator sign, dan
psoas sign positif. Bloomberg sign negatif. Pada perkusi
terdengar pekak di kuadran kanan bawah, dan pada auskultasi
terdengar bising usus 3-4 kali/menit. Pada pemeriksaan rectal
toucher ditemukan tanda-tanda hemoroid eksterna grade I,
yaitu teraba massa lunak pada pukul 12, tidak disertai darah,
feses, maupun nyeri tekan, serta tonus sfinkter ani baik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan laboratorium (tanggal 26 Mei 2009)


Hemoglobin 11,4 g/dl, lekosit 10,8 ribu/ul, trombosit 364
ribu/ul, golongan darah O Rh (+), waktu perdarahan 2 menit,
dan waktu pembekuan 4 menit. Hasil pemeriksaan urine,
lekosit 2-4/lpb, eritrosit 0-1/lpb, epitel (+)/lpk, silinder (-) /lpk,
kristal (-), bakteri (-). Hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium
menunjukkan tanda-tanda adanya apendisitis akut.
• Pemeriksaan USG (tanggal 27 Mei 2009)
Penebalan dinding caecum-colon ascenden hingga kolon
transversum dan ileum terminalis dengan dugaan adanya kolitis
kronis dan ileitis terminal. Tampak juga lesi tubuler berdiameter
sekitar 8 mm pericaecal. Gambaran yang menunjukkan
kemungkinan adanya apendisitis akut. Tampak sedikit cairan
bebas di pelvis kanan. USG hepar, kandung empedu, limpa
Pankreas, ginjal, kandung kemih, uterus tak tampak kelainan.
• Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan histopatologi terhadap sepotong jaringan usus dengan
panjang 40 cm yang secara makroskopis menunjukkan lamelasi ileum
terminal sepanjang 12 cm, perbatasan 11 cm kolon tampak mukosa kasar,
multipel papil, tebal dinding 2,5 cm sampai 4 cm dari ujung operasi.
Ditemukan 15 kelenjar getah bening dengan diameter 0,2 - 1 cm.
• Pemeriksaan mikroskopis sediaan 1-2 dari kedua ujung sayatan tidak
tampak sarang tumor dan gambaran mukosa normal. Sediaan 3-6 dari lesi
menunjukkan permukaan ulserasi, erosi, dan fisura-fisura. Sel epitel
normal dengan infiltrat padat berisi limfosit dan eosinofil dan proses
radang mencapai serosa. Terlihat beberapa granuloma dengan sel raksasa
Langhans dan tuberkel pada lapisan otot. Pada beberapa tuberkel terlihat
nekrosis sentral. Sediaan 7-8 terdiri dari lima belas kelenjar limfe yang
kesemuanya mengandung tuberkel yang sebagian juga mengalami
nekrosis sentral. Juga didapati sel-sel raksasa Langhans. Pewarnaan Ziehl
Neelsen tidak menemukan BTA (batang tahan asam).
RESUME
• Seorang wanita berusia 30 tahun dengan keluhan nyeri perut
terutama di bagian kanan bawah sejak 2 hari sebelumnya. Rasa
nyeri seperti diremas-remas dan hilang timbul yang awalnya di
rasakan di perut bagian kanan bawah dan menjalar ke bagian
atas dan tengah. Keluhan lain mual dan nyeri ulu hati. Frekuensi
buang air besar meningkat, yaitu tiga kali sehari dengan
konsistensi feces yang lebih lunak dari biasanya.

• Pemeriksaan abdomen, palpasi di kuadran kanan bawah teraba


massa lunak dan kelenjar getah bening peritoneum. Ditemukan
nyeri tekan pada Mc Burney, obturator sign, dan psoas sign
positif. Bloomberg sign negatif. Pada perkusi terdengar pekak di
kuadran kanan bawah, dan pada auskultasi terdengar bising
usus 3-4 kali/menit.
• Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan lekosit 10,8 ribu/ul.
Pada pemeriksaan USG : Penebalan dinding caecum-colon
ascenden hingga kolon transversum dan ileum terminalis, lesi
tubuler berdiameter sekitar 8 mm pericaecal. Berdasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan USG
menunjukkan tanda-tanda adanya apendisitis akut.

• Diagnosis penyakit Crohn pada pasien ini ditegakkan setelah


dilakukan pemeriksaan histopatologi. Hasil pemeriksaan
histopatologi pada pasien ini mendukung hal-hal yang mengarah
pada penyakit Crohn, secara makroskopis menunjukkan lamelasi
ileum terminal sepanjang 12 cm, perbatasan 11 cm kolon tampak
mukosa kasar, multipel papil, tebal dinding 2,5 cm sampai 4 cm
dari ujung operasi. Ditemukan 15 kelenjar getah bening dengan
diameter 0,2 - 1 cm.
• Secara mikroskopis sediaan 1-2 dari kedua ujung sayatan tidak
tampak sarang tumor dan gambaran mukosa normal. Sediaan
3-6 dari lesi menunjukkan permukaan ulserasi, erosi, dan
fisura-fisura. Sel epitel normal dengan infiltrat padat berisi
limfosit dan eosinofil dan proses radang mencapai serosa.

• Terlihat beberapa granuloma dengan sel raksasa Langhans dan


tuberkel pada lapisan otot. Pada beberapa tuberkel terlihat
nekrosis sentral. Sediaan 7-8 terdiri dari lima belas kelenjar
limfe yang kesemuanya mengandung tuberkel yang sebagian
juga mengalami nekrosis sentral. Juga didapati sel-sel raksasa
Langhans. Pewarnaan Ziehl Neelsen tidak menemukan BTA
(batang tahan asam).
BAB IV
KESIMPULAN

Pada kasus Ny.X dijumpai nyeri perut terutama kanan


bawah menjalar ke bagian atas dan tengah, massa yang lunak
pada abdomen kanan bawah, nyeri tekan pada Mc Burney (+),
obturator sign (+) psoas sign (+) dan didukung hasil
pemeriksaan laboratorium dan USG mengarah kepada
apendisitis akut dibandingkan dengan penyakit Crohn.
Diagnosis penyakit Crohn pada pasien ini ditegakkan setelah
dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Pemeriksaan diagnostik yang baik pada penyakit crohn
adalah pemeriksan radiologi dengan kontras, namun pada
kasus Ny.X tidak dilakukan.
TERIMAKASIH

You might also like