You are on page 1of 73

AKUT SKROTUM

OLEH:
Andika Yusuf R, S.Ked
Aulia Rahma N, S.Ked
Bobi Kurnia H, S.Ked
I.Ratna Novalia S, S.Ked

PRECEPTOR:
dr. Agung P N, Sp.U

KEPANITRAAN KLINIK
SMF BEDAH RS. ABDUL MOELEK
ANATOMI ORGAN
REPRODUKSI PRIA
Skrotum
 Vaskularisasi scrotum
a. R. scrotalis anterior
b. A.spermatica externa
c. R. scrotalis posterior.

 Inervasi
a. Ramus genitalis dari nervus genitofemoralis (LI,L2) yang
bercabang menjadi cabang sensoris pada permukaan scrotum
ventral dan lateral.
b. Cabang nervus ilioinguinalis (L1), juga untuk permukaan
scrotum ventral
c. Ramus perinealis dari nervus pudendalis (S2-S4) untuk
permukaan scrotum dorsal
d. Ramus perinealis dari nervus cutaneus femoris posterior
(S2,S3) untuk permukaan scrotum kaudal.
Skrotum merupakan sebuah kantong yang mempunyai
isi.
Isi dari skrotum terdiri dari:
1. Testis
2. Epididimis
3. Vas deferens
4. Spermatic cord
Testis
 Testis adalah organ
berbentu lonjong dengan
ukuran seperti buah zaitun
dan terletak di dalam
skrotum ditutupi oleh tunika
vaginalis.

Vaskularisasi testis:
a. arteria cremasterica
b. arteria testicularis
c. arteria deferens.

Saraf autonom testis berasal


dari plexus testicularis
sekeliling arteria testicularis
Epididimis

A. Caput or head of the


epididymis.
B. Corpus or body of the
epididymis.
C. Cauda or tail of the
epididymis.
D. Vas deferens.
E. Testicle

Vaskularisasi dan inervasi


epididimis sama dengan
testis.
Vas deferens

 Merupakan kelanjutan dari epididimis dengan panjang


30-45 cm dan berfungsi untuk membawa sperma ke
duktus ejakulatorius.
 Duktus deferens mempunyai arteri yang berasal dari
arteri vesikal superior.
 inervasi utamanya adalah saraf simpatis dari pleksus
pelvik.
Spermatic cord
AKUT SKROTUM
 Akut skrotum adalah keadaan-keadaan dimana
didapatkan adanya nyeri mendadak yang hebat
didalam skrotum dan seringkali disertai
pembengkakan dari isi skrotum dan gejala umum
lainnya.
Adapun diferensial diagnosis yang harus dipertimbangkan dalam
menangani akut skrotum adalah:
 Torsio testis
 Torsio apendik testis
 Epididimitis
 Orkitis
 Epididimo orkitis
 Epididimis Tb
 Abses skrotum
 Fournier ganggren
 Trauma
 Hernia inguinalis
Nyeri Skrotum

Mendadak Gradual

Edema Skrotum
Edema Skrotum (-) INFEKSI SKROTUM
(+)

RIWAYAT DEMAM ULKUS (-) ULKUS (+)


RIWAYAT DEMAM (-) (+)

ABSES SKROTAL PENYEBARAN


TORSIO NON TORSIO

ABSES SKROTAL FORNIERE


REFLEKS REFLEKS GANGRENE
PERFORASI
KREMASTER (-) KREMASTER (+)

KOLIK URETER

TORSIO TESTIS TORSIO


EPIDIDIMITIS
APENDIKULARIS
TESTIS
ORKITIS
HERNIA
STRANGULATA

HIDROKEL
TORSIO
TESTIS
 Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus
spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran
darah pada testis.
EPIDEMIOLOGI

 Keadaan ini diderita oleh 1 :


4000 pria yang berumur
kurang dari 25 tahun
 Paling banyak diderita oleh
anak pada masa pubertas
(0-15 tahun).
ETIOLOGI
Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas.
Pergerakan yang bebas tersebut ditemukan pada keadaan-keadaan
sebagai berikut :
a. Mesorchium yang panjang.
b. Kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal.
c. Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis.
d. Gerakan berlebihan pada keadaan seperti perubahan suhu yang
mendadak (berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk,
celana yang terlalu ketat, defekasi atau trauma yang mengenai
scrotum
PATOFISIOLOGI

 Torsio testis terjadi ketika testis bergerak memutar


pada struktur kordanya, merusak aliran balik vena,
yang mengarah pada kongesti vena dan edema. Hal
ini menyebabkan berkurangnya aliran darah arteri,
sehingga terjadi iskemia lalu infark testis jika dibiarkan
dan tidak ditangani
Torsio testis dapat dibagi menjadi dua jenis utama, tergantung pada
anatomi sumbu torsi.
 Torsi intravaginal
 Torsi Extravaginal
Torsio testis juga terjadi karena mesorchium panjang, sering dikaitkan
dengan kriptokismus
INTRAVAGINAL TORSIO

Tunika vaginalis Mencegah


Kelainan sistem mengelilingi insersi epididimis
penyangga testis seluruh ke dinding
permukaan testis skrotum

Menyebabkan testis &


Dikenal dengan Testis mengalami epididimis dengan
mudahnya bergerak di
anomali bell torsio testis kantung tunika vaginalis
clapper invaginalis & menggantung pada
funikulus spermatikus
EKSTRAVAGINAL TORSIO

Lapisan parietal yang Testis, epididimis


Keadaan menempel pada dan tunika
undesensus muskulus dartos
masih belum banyak vaginalis mudah
testis
jaringan penyangga sekali bergerak

Memungkinkan untuk
Testis mengalami terpluntir pada sumbu
torsio testis funikulus spermatikus
ekstravaginalis & rotasi bebas dalam
skrotum
Macam-macam torsio testis
DIAGNOSIS
• Nyeri hebat
mendadak (pastikan
onset)
• Nyeri sampai
abdomen
• Keluhan berulang,
Anamnesis dan hilang spontan
• Skrotum
membengkak pada
salah satu sisi
• Mual/muntah
• Sakit kepala ringan
Pemeriksaan
Fisik

•Testis yang mengalami torsio


letaknya lebih tinggi dan lebih
horizontal
•Adanya tanda inflamasi
•Adanya lilitan atau penebalan
funikulus spermatikus
•Reflek kremaster (-)
•Phren’s sign (-)
• Pem. Darah lengkap
• Urinalisis
• USG doppler (gold
Pemeriksaan standard)
Penunjang
DIAGNOSA BANDING

1. Epididimitis akut
2. Hernia scrotalis incarserata
3. Hidrokel
4. Varikokel
5. Tumor testis
6. Edema skrotum
TATALAKSANA

Non Operatif Operatif


 Detorsi manual  Jika testis masih
 adalah viable, dilakukan
mengembalikan Orkidopeksi (fiksasi
posisi testis ke testis)
asalnya, yaitu  Jika testis sudah
dengan jalan nekrosis, dilakukan
memutar testis ke orkidektomi
arah berlawanan (pengangkatan
dengan arah torsio. testis)
Komplikasi Testis yang
mengalami nekrosis
1. Torsio rekuren
2. Nekrosis testis
TORSIO APENDIK
TESTIS
 Nyeri akut skrotum dapat disebabkan oleh torsio
appendiks testis, yaitu suatu keadaan dimana
appendiks testis terpuntir yang dapat menyerupai
keadaan torsio testis, suatu kedaruratan urologi yang
memerlukan pembedahan segera.
EPIDEMIOLOGI

 Insidens torsio appendiks testis adalah antara 46-71%


dan menjadi penyebab utam nyeri pada skrotum.
 Rerata rentang usia pasien adalah 9 tahun (rentang 0-
15 tahun)
PATOFISIOLOGI
 Jika appendiks testis terlalu panjang (normal 1,5-5 mm) atau
berbentuk pendukulasi, maka struktur ini dapat berputar pada
sumbu nya sendiri, dan terjadi keadaan skrotum akut yang
menyerupai torsio testis.
 menyebabkan iskemia dan infark. Nekrosis appendiks menimbulkan
nyeri dan inflamasi lokal yang meliputi tunika vaginalis dan
epididimis (hemiskrotum akut).
DIAGNOSIS

Anamnesis Pem. Fisik Pem. Penunjang


• Nyeri pada skrotum • gray scale and color
lebih sering pada • Testis yg doppler sonography
testis kiri mengalami torsio
• Skrotum letaknya lebih tinggi
membengkak pada • Ukuran nya tidak
salah satu sisi simetris
• Mual atau muntah • Perubahan warna
kulit skrotum
• Terdapat blue dot
sign
• Tidak terdapat
reflek kremaster
TATALAKSANA
a. Pasien dianjurkan istirahat/pembatasan aktivitas fisik
b. observasi
c. kompres dingin “ice pack”
d. pemberian analgetik dan obat NSAID
e. pemakaian scrotal suport untuk meminimalisir pergerakan testis
f. jika hasil urinalisis normal maka antibiotik tidak diperlukan
g. intervensi bedah dilakukan jika nyeri menetap lebih dari 10 hari
dan kondisi torsio appendiks testis dan torsio testis.
EPIDIDIMITIS

 Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang


terjadi pada epididimis
ETIOLOGI
a. Infeksi bakteri non spesifik
Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas, Proteus,
Klebsiella), Ureaplasma urealyticum, Corynebacterium,
Mycoplasma, and Mima polymorpha juga dapat ditemukan
b. Penyakit Menular Seksual
Infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum,
Trichomonas dan Gardnerella vaginalis
c. Virus
Mumps, coxsackie virus A dan varicella
d. Tuberkulosis
e. Obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital) memicu terjadinya
refluks.
f. Vaskulitis (seperti Henoch-Schönlein purpura pada anak-anak)
sering menyebabkan epididimitis akibat adanya proses infeksi
sistemik.
g. Penggunaan Amiodarone dosis tinggi
h. Prostatitis
i. Prostatektomi
j. Kateterisasi dan instrumentasi
PATOGENESIS

Penyebaran mikroorganisme ini dapat melalui uretra,


prostat, vesika seminalis maupun melalui hematogen
seperti pada tuberkulosis. Patogenesis pada epididimitis
ini sama dengan patogenesis infeksi pada umumnya.

Dengan adanya mikroorganisme ini maka dapat


menyebabkan infeksi yang akan memicu reaksi
peradangan. Dengan demikian akan timbul rasa nyeri,
radang pada parenkim dan proses ini dapat
mengakibatkan pembengkakan pada epididimis
DIAGNOSIS

Anamnesis Pem. Fisik


 Adanya duh uretra  Kulit skrotum merahh dan panas
 Nyeri panggul  Skrotum bengkak (udem dan
infiltrat)
 Nyeri daerah perineum
 Reflek kremaster normal
 Frekuensi miksi meningkat
 Phren sign (+)
 Rasa terbakar saat miksi
 Pembesaran KGB inguinal
 Demam
 Pada RT, adanya pengeluaran
 Urgensi
sekret setelah dilakukan masase
prostat
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Lab
 Pemeriksaan darah dimana ditemukan leukosit
meningkat dengan shift to the left (10.000-
30.000/µl)
 Kultur urin dan pengecatan gram untuk kuman
penyebab infeksi
 Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria
atau tidak
 Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae.
 Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi
sistemik pada penderita
b. Color Doppler Ultrasonography
c. Nuclear Scintigraphy
d. Vesicouretrogram (VCUG),
cystourethroscopy, dan USG
abdomen
TATALAKSANA

Antibiotik
 Fluorokuinolon, namun penggunaannya telah dibatasi
karena terbukti resisten terhadap kuman gonorhoeae
 Sefalosforin (Ceftriaxon)
 Levofloxacin atau ofloxacin untuk mengatasi infeksi
klamidia dan digunakan pada pasien yang alergi
penisilin
 Doksisiklin, azithromycin, dan tetrasiklin digunakan
untuk mengatasi infeksi bakteri non gonokokal lainnya
Suportif
 Pengurangan aktivitas
 Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah
baring total selama dua sampai tiga hari untuk
mencegah regangan berlebihan pada skrotum.
 Kompres es
 Pemberian analgesik dan NSAID
Bedah
 Scrotal exploration
Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan
orchitis seperti abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada testis.

 Epididymectomy
Tindakan ini dilaporkan telah berhasi mengurangi nyeri yang
disebabkan oleh kronik epididimitis pada 50% kasus.

 Epididymotomy
Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan epididimitis akut
supurativa.
EPIDIDIMITIS TB
 Epididymitis tuberkulosis adalah merupakan infeksi
spesifik pada epididymis yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis.
 Frekuensi epididymitis tuberkulosa adalah 22% dari
seluruh kasus genitourinary tuberkulosis. Insidens
kasus genitourinary tuberculosis 2 kali lebih banyak
pada negara berkembang dibandingkan negara maju.
PATOFISIOLOGI

 Basil tuberkulosis mencapai


epididymis oleh penyebaran
hematogenous, limfatik, atau
turun dari ginjal. Epididymitis
paling sering terjadi melalui
jalur limfatik dan sangat
jarang oleh penyebaran
hematogenous
GAMBARAN KLINIS

 Teraba benjolan keras, irreguer dan bernodul-nodul .


 Rasa nyeri bisa ada ataupun tidak ada. Beberapa
nodul-nodul akan menyatu dan menjadi agak lunak
akibat proses perkejuan (caseosa) yang bisa pecah ke
dinding posterior skrotum menjadi suatu fistel yang
bersifat kronis.
 Sinus / fistel dari epididymis di bagian posterior
skrotum merupakan gambaran patognomonis dari
epididymitis tuberkulosis.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium :
 Pada pemeriksaan mikroskopik urinalisis
 Pemeriksaan kultur basil tahan asam (tuberkuli) dari urin.
 Pada pemeriksaan darah lengkap kemungkinan dapat
menunjukkan nilai normal atau anemia pada perkembangan
penyakit.
Pemeriksaan Radiologi
 Foto thorak, foto polos abdomen dan USG
TATALAKSANA
-konservatif-
 Pengobatan epididymitis tuberkulosis pada dasarnya
konservatif dengan obat-obatan tuberkulostatika seperti pada
infeksi tbc organ lain
 Isoniazide (H) 400 mg/hari (harus diberikan suplemen
piridoksin 25-50 mg/hari)1
 Rifampisin (R) 400 mg/hari (jika berat badan <50kg), 600
mg/hari (BB>50 kg)
 Pirazinamid (Z) 3 kali 500 mg selama 2 bulan pertama.
 Etambutol (E) 25 mg/kg BB/hari untuk 2 bulan pertama,
dilanjutkan dengan 15 mg/kg untuk masa terapi selanjutnya.
 Steptomisin injeksi 1 gram, intramuskuler, setiap hari atau 2
kali seminggu.
Operatif

 Terapi pembedahan juga dapat dilakukan bila ada


indikasi berupa fistel scrotum yang menahun, abses
yang menahun, epididymis rekurent, kerusakan
epididymitis yang meluas dan berkembang menjadi
abses yang dapat menembus kulit dorsal skrotum
 Vasektomi
 Epididimektomi
 Epididi-orchiektomi
ORCHITIS

 Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis


terhadap infeksi.
ETIOLOGI
 Virus: orchitis gondong (mumps)  Virus lain meliputi coxsackievirus ,
paling umum. varicella , dan echovirus .
 Infeksi bakteri dan pyogenik: E.  Bakteri penyebab biasanya
coli, Klebsiella, Pseudomonas, menyebar dari epididimitis terkait
Staphylococcus, dan dalam seksual pria aktif atau laki-
Streptococcus laki dengan BPH; bakteri
termasuk Neisseria gonorrhoeae,
 Trauma sekitar testis
Chlamydia trachomatis,
Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae , Pseudomonas
aeruginosa , Staphylococcus,
Streptococcus
 Idiopatik
PATOFISIOLOGI

 Orkitis paling umum disebebkan oleh infeksi bakteri,


virus, maupun trauma. Pada infeksi virus, virus mumps
akan menyebar secara hematogen, lalu sampai di
orkitis dan akan menimbulkan proses inflamasi pada
testis yang meliputi kalor, rubor, dolor, tumor, dan
function laesa.
 Selain itu infeksi bakteri seperti ISK atau infeksi
menular seksual akan menyebar secara
perkontinuiatum dan hematogen yang akhirnya akan
menimbulkan gejala yang sama.
DIAGNOSIS
• Nyeri dan bengkak
• Kelelahan / mialgia
• Demam dan menggigil
Anamnesis • Mual dan sakit kepala

• Pembesaran testis dan skrotum


• Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.
• Pembengkakan KGB inguinal
Pem. Fisik • Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis

• USG dapat digunakan untuk menyingkirkan


Pem. kemungkinan torsio testis.
Penunjang
TATALAKSANA

 Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi


skrotum.
 Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana
penderita aktif secara seksual, dapat diberikan
antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan
klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau
azitromisin.
EPIDIDIMO
ORKITIS
 Epididimo orkitis merupakan inflamasi akut yang
terjadi pada testis dan epididimis yang memiliki ciri
yaitu nyeri hebat dan terdapatnya pembengkakan di
daerah belakang testis yang juga disertai skrotum
yang bengkak dan merah.
ETIOLOGI

 Usia < 35 tahun  Chlamydia trachomatis dan


Neisseria gonorrhoeae.
 Usia > 35 tahun  organisme Gram Negatif non
menular seksual dari infeksi saluran kemih
PATOFISIOLOGI

 Epididimo orkitis seringkali terjadi akibat penyeberan


organisme secara retrograde dari vas deferens dan
jarang terjadi secara hematogen.
 Infeksi bakteri menyebabkan infiltrasi sel-sel darah
putih ke dalam jaringan ikat epididimis dan terjadinya
kongesti dan edema.
 Inflamasi ini dapat menyebar ke tubulus-tubulus yang
beresiko untuk terjadi pembentukan abses dan
nekrosis epididimis.
DIAGNOSIS

Anamnesis Pem. Fisik


 Nyeri  Nyeri tekan
 Bengkak  Teraba epididimis yang
edema
 Adanya discharge uretra
 Prehn sign
 Demam, menggigil

Pem. Penunjang
 Apusan gram dari uretra
 Kultur urin
 colour Doppler ultrasound
ABSES
SCROTAL
 Abses Skrotum adalah kumpulan purulen pada ruang
diantara tunika vaginalis parietalis dan viseralis yang
berada mengelilingi Testis.
ETIOLOGI

 Infeksi biasanya berasal dari saluran genitourinari,


khususnya kandung kemih, uretra, dan prostat.
 Yang paling patogen adalah Neisseria
gonorrhea,Chlamydia trachomatis, Escherichia coli,
Proteus atau mirabilis.
DIAGNOSIS

Anamnesis Pem. Fisik


 Skrotum teraba lembut/kenyal
 Nyeri dan tanda inflamasi
 Bengkak
pada skrotum
 Kulit skrotum memerah
 Demam  Tampak adanya pus
 Riwayat penyakit sistemik
 Riwayat penyakit infeksi
sebelumnya
Pem. Penunjang
 Pemeriksaan darah
 Kesulitan berkemih  Kultur urin
 Kultur darah
 Kultur pus
 USG
 CT scan
TATALAKSANA

 Dilakukan insisi dan drainase bedah


 Suportif
 Tatalaksana sesuai etiologi
FOURNIER
GANGREN
 Fournier gangren merupakan suatu gangren pada
skrotum atau uvula yang disebabkan oleh bakteri
anaerob yang merupakan strain streptococcus beta
hemolitikus.
Edema
dinding
skrotum
dan
perubahan
warna kulit.
ETIOLOGI

a. Anorektal : abses perianal, abses perirektal, dan


iskiorektalis, fisura anal, dan perforasi usus yang
terjadi karena cedera kolorektal atau komplikasi
keganasan kolorektal, penyakit radang usus,
divertikulitis kolon, atau apendisitis
b. Urogenital : infeksi di kelenjar bulbourethral, cedera
uretra, cedera iatrogenik sekunder untuk manipulasi
striktur uretra, epididimitis, orkitis, atau infeksi
saluran kemih bawah
c. Dermatologi : penyebabnya termasuk supuratif
hidradenitis, ulserasi karena tekanan skrotum, dan
trauma.
ENTRY MIKROBAKTERIA
PATOFISIOLOGI PADA PERINEUM

OBLITERATIVE END
ARTERITIS

KOAGULASI FIBRINOID PADA


ARTERI
PRODUKSI ENZIM KOAGULASE
HYALURONIDASE BERKURANGNYA PERFUSI
DARAH KE JARINGAN

DIGESTI FASCIA BARRIER PENURUNAN JUMLAH


OKSIGEN DI JARINGAN

PROLIFERASI BAKTERI ANAEROB


FOURNIERE GANGGRENE
DAN MIKROORGANISME LAINNYA

PRODUKSI ENZIM KOAGULASE


HYALURONIDASE
DIAGNOSIS

Anamnesis Pem. Fisik


 Gejala prodromal demam dan  Painless
letargi, yang muncul dalam 2-7  Gambaran duski di kulit atasnya
hari (subkutan krepitasi)
 Mual muntah  Bau
 Tidak mengeluh adanya nyeri  Adanya jaringa nekrosis
 Luka menyebar dengan cepat  Gangren dari bagian alat kelamin
 Timbul jaringan nekrotik disertai drainase purulen dari luka

 Mengeluh adanya bau tak


sedap
 Ada riwayat penyakit sistemik
 Ada riwayat penyakit infeksi
Pemeriksaan penunjang

 Darah lengkap
 Kultur darah
 Kultur pus
 Urinalisis
 USG skrotum
 Foto polos abdomen
 CT scan
TATALAKSANA

 Prinsip terapi pada Fournier gangren ada terapi


suportif memperbaiki keadaan umum pasien
 Simptomatik
 Antibiotik
Cefalosporin generasi ketiga atau aminoglikosida,
ditambah penisilin dan metronidazole. Panduan
terbaru merekomendasikan golongan Karbapenem
(imipenem, meropenem, ertapenem).
 Debridemen, pembedahan diperlukan untuk diagnosis
definitif dan eksisi jaringan nekrotik observasi setiap
hari sampai terlihat adanya jaringan sehat.
Terima kasih

You might also like