Professional Documents
Culture Documents
PEMBIMBING:
dr. Zulfikar Djafar, M. Kes, Sp.An.
Pasien obesitas memiliki banyak tantangan bagi
ahli anestesi.
Anestesi dan pembedahan dapat menimbulkan
risiko yang cukup besar bagi pasien obesitas.
Obesitas adalah gangguan multi-sistem, terutama
yang melibatkan sistem pernapasan dan
kardiovaskular, Oleh karena itu, diperlukan
pendekatan multidisiplin.
Pada pasien obesitas, terjadi perubahan anatomi
yang membuat menejemen jalan nafas akan
berbeda dengan pasien bukan obesitas. Misalnya,
tindakan intubasi akan lebih sulit dan dibutuhkan
peralatan dan tehnik khusus.
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan narkoba • Obat opioid dan obat penenang dapat menyebabkan depresi
pernafasan, sehingga obat ini sebaiknya dihindari saat premedikasi.
dalam pertimbangan Juga jalur intramuskular dan subkutan harus dihindari karena
obesitas spesifik penyerapan sangat tidak diketahui.
Pra-operasi
Evaluasi pra operasi pasien obesitas mencakup pemeriksaan kardiopulmoner
Pasien obesitas mungkin sulit untuk diintubasi sebagai akibat mobilitas sendi
temporomandibular dan atlantooksipital yang terbatas, jalan napas atas yang
menyempit, dan jarak yang lebih pendek antara bantalan lemak mandibula
dan sternum.
Pemberian opioid dan obat sedatif dapat menyebabkan depresi napas pada
pasien obesitas, maka obat-obatan jenis ini sebaiknya dihindari.
Karena pasien obesitas memiliki risiko aspirasi asam lambung yang tinggi,
maka diberikan profilaksis berupa kombinasi H2blocker (ranitidin 150mg per
oral) dan prokinetik (metoklopramid 10mg per oral) 12 jam dan 2 jam sebelum
pembedahan.
Jika pasien menderita diabetes, maka perlu diberikan regimen insulin-
dekstrosa.
Pasien obesitas juga lebih memilki risiko untuk mengalami infeksi pada luka
paska-operasi, maka diberikan antibiotik.
Sebagian besar pasien obesitas tidak dapat bergerak setelah operasi sehingga
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami trombus, oleh karena itu,
heparin dosis rendah dapat diberikan sebagai profilaksis dan diteruskan pasca
operasi sampai pasien dapat bergerak.
Intra-Operasi
Karena risiko aspirasi dan hipoventilasi, pasien yang obesitas
biasanya diintubasi, Jika intubasi tampaknya sulit, penggunaan
bronkoskop serat optic atau laringoskopi video dianjurkan.
Memposisikan pasien pada jalan intubasi sangat membantu.
Auskultasi bunyi napas terbukti sulit. Bahkan ventilasi yang
terkontrol mungkin memerlukan konsentrasi oksigen yang
diinspirasi relatif meningkat untuk mencegah hipoksia, khususnya
dalam posisi litotomi, trendelenburg, atau posisi tengkurap.
Selain teknik anestesi, perhitungan dosis obat pada pasien
obesitas juga harus diperhatikan. Berat badan total (total body
weight) yang terdiri dari berat badan tanpa lemak (lean body
weight) dan berat lemak
cadangan lemak yang banyak akan meningkatkan volume
distribusi dari obat yang larut dalam lemak (benzodiazepin,
opioid). Dosis obat-obatan seperti ini dihitung berdasarkan berat
badan total, sedangkan dosis obat-obatan yang tidak larut dalam
lemak dihitung berdasarkan berat badan tanpa lemak.
Rumus perhitungan berat badan
Jenis Berat Badan Cara Penghitungan (berat badan dalam kg)
Berat Badan Ideal 45.4 + 0.89 x (tinggi dalam cm - 152.4) untuk wanita
(IBW)
49.9 + 0.89 x (tinggi dalam cm - 152.4) untuk pria
Berat Badan Tanpa (1.07 x TBW) - (0.0148 x BMI x TBW) untuk wanita
Lemak (LBW)
(1.10 x TBW) - (0.0128 x BMI x TBW) untuk pria
ATAU
(9,720 x TBW)/(8,780 + (244 x BMI)) untuk wanita
(9,270 x TBW)/(6,680 + (216x BMI)) untuk pria
Skala dosis berat untuk obat-obatan yang sering digunakan
dalam operasi
Obat Dosis Berat Badan
Thiopental Sodium LBW
Propofol LBW (bolus induksi)
TBW (pemeliharaan)
Etomidate LBW
Succinylcholine TBW
Pancuronium IBW
Rocuronium IBW
Vecuronium IBW
Cisatracurium IBW
Fentanyl LBW
Alfentanil LBW
Remifentanil LBW
Midazolam TBW (dosis bolus)
IBW (infus)
Paracetamol LBW
Neostigmine TBW
Sugammadex TBW atau IBW + 40%
Enoxaparin (profilaksis trombosis vena dalam) TBW 0.5mg/kgBB
Paska-operasi
Kegagalan napas merupakan masalah pasca-operasi terbesar pada
pasien obesitas.
Pasien obesitas harus tetap diintubasi hingga jalur napas yang
adekuat dan volume tidal dapat dipertahankan secara pasti.
Risiko hipoksia pada pasien obesitas tetap ada hingga beberapa
hari pasca-operasi, oleh karena itu pemberian oksigen dan CPAP
dapat dilakukan.
Pada pasien obesitas paska-operasi memiliki risiko tinggi untuk
mengalami infeksi pada luka bekas operasi. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hal ini adalah dengan
mengontrol gula darah pasien obesitas paska-operasi, dan
pemberian antibiotik dengan waktu dan dosis yang tepat.
Untuk penatalaksanaan nyeri paska-operasi, analgesik epidural
dengan opioid atau anestesi lokal mungkin merupakan pilihan
yang paling efektif dan aman bagi pasien obesitas.
Pasien obesitas menghadirkan banyak tantangan bagi ahli
anestesi, sehingga penting untuk memahami tentang efek
patofisiologis dari obesitas dan implikasi anestes.
Pada pasien obesitas, terjadi perubahan anatomi yang membuat
menejemen jalan nafas akan berbeda dengan pasien bukan
obesitas maka dari itu perlu dilakukan pendekatan khusus dan
persiapan khusus.
Menurut WHO dikatakan obesitas tingkat I jika IMT 25.0 – 29.9
kg/m2 dan dikatakan obesitas tingkat II jika IMT > 30.0 kg/m2.
Terdapat dua tipe obesitas yaitu obesitas android dan obesitas
ginekoid.
Perubahan fisiologi yang terjadi pada pasien obesitas yaitu system
kardiovaskuler, system respirasi dan system gastrointestinal.
Pertimbangan khusus sebelum operasi seperti ketersediaan meja
operasi sesuai berat badan, posisi pasien, manajemen anastesi.
Pilihan anastesi pada pasien obesitas yang paling aman adalah
anastesi regional.
Manajemen anastesi pada obesitas mencakup persiapan
praoperasi, intra-operasi dan pasca operasi.