You are on page 1of 11

PEMERIKSAAN DALAM

• Sayatan
• Membuka rongga tubuh
• Membuka thorax
• Pemeriksaan abdomen
• Pengambilan Sampel Cairan Tubuh
• Pengangkatan viscera
• Pengangkatan struktur leher
• Pengangkatan isi thorax
• Pengangkatan organ-organ abdomen
• Pengangkatan organ pelvis
• Pengangkatan otak
• Pengangkatan Dan Pemeriksaan Sumsum Tulang Belakang
Sayatan
• Sayatan bentuk “I”
Sayatan yang biasa digunakan,
berupa garis yang hampir lurus dari
laryngeal prominentia ke pubis,
menyimpang untuk menghindari
umbilicus.
• Sayatan bentuk “Y”
Metode lain yang umum, yaitu
dengan memotong dari belakang
kedua telinga ke titik di atas
manubrium dan terus ke bawah
dalam bentuk ‘Y’.
Pengambilan Sampel Cairan
Tubuh
Pilihan yang baik untuk tempat pengambilan darah adalah:
• dengan jarum suntik dari vena femoralis sebelum diseksi otopsi
dimulai. Pada orang dewasa, 20 ml sampel biasanya dapat disedot
tanpa kesulitan. Metode ini dapat dipilih jika hanya dilakukan
pemeriksaan luar.
• dari vena subclavia atau vena iliaca external setelah isi perut
dikeluarkan.
• dari vena jugularis internal, saat leher dibedah, terutama jika
musculus sternomastoid dibuka dan ditarik ke samping. Satu-
satunya kelemahan dari metode ini adalah bahwa jika darah naik
dari thorax melalui vena cava superior, darah dari jantung
kemungkinan akan bercampur.
• Pengambilan urine:
dapat diambil menggunakan kateter sebelum dilakukan otopsi atau
dengan tusukan suprapubik menggunakan jarum suntik dan jarum yang
panjang.
• Pengambilan vitreous humour:
Vitreous humour disedot menggunakan jarum suntik yang halus volume
5 ml, dimasukkan ke dalam kantong bola mata. Cairan harus diambil dari
kedua mata, karena masing-masing mata sering berbeda komposisi
kimianya.
• Pengambilan cairan serebrospinal:
Cairan serebrospinal dapat diambil dengan cara yang sama seperti pada
pasien hidup, dengan memasukkan jarum ke dalam celah antara tulang
lumbal. Pada orang dewasa harus difleksikan saat berbaring menyamping
di meja otopsi. Karena tidak ada tekanan dalam celah lumbal pada orang
meninggal, cairan harus disedot. Bila upaya tersebut gagal, satu-satunya
cara adalah dengan menusuk ventrikel melalui permukaan otak ketika
tengkorak dibuka.
Pengangkatan Otak
• Pemotongan dilakukan
dengan potongan horisontal
dari dahi ke belakang telinga,
kemudian naik secara
diagonal melewati area
occipitoparietal.
• Harus diperhatikan untuk
tidak memotong tulang
kepala terlalu vertical atau
terlalu anterior, karena otak
bisa rusak bila dipaksa keluar
melalui lobang yang terlalu
sempit.
PEMERIKSAAN ORGAN
• Pemeriksaan viscera
• Struktur leher
• Paru-paru
• Menggembungkan paru-paru dengan formalin
• Jantung dan pembuluh darah besar
• Pemeriksaan organ-organ abdomen
Insisi Jantung
• (a) Atrium kanan dibelah
dengan sebuah insisi (1) untuk
bergabung dengan vena kava ke
appendiks; potongan sejajar
dengan septum interventrikular
dibuat pada dinding anterior
dari ventrikel kanan (2)
melewati konus paru. (b)
Potongan ini bergabung melalui
katup trikuspid (3). (c) Jantung
dibalik dan atrium kiri dibuka
oleh sebuah potongan (4)
bergabung pembuluh darah
paru. (d) Pada dinding anterior
potongan (5) dibuat sejajar
dengan septum melalui katup
mitral dan bergabung dengan
(6) melewati katup aorta.
PEMERIKSAAN OTAK

Teknik fiksasi otak banyak sudah diketahui, otak dimasukkan dalam wadah berisi
formalin buffer 10 persen, minimal 5 liter, sebaiknya 8 liter. Otak diangkat bersama
dengan dura meninggalkan pembuluh darah parasagital dan falx utuh dan
memasukkan otak dalam posisi tegak dengan falx tersebut. Metode alternatif yaitu
dengan melewatkan benang atau penjepit kertas logam di bawah arteri basilar dan
mengikatnya untuk melewati mulut wadah, sehingga bagian vertex terlihat jelas
dari bawah.
INVESTIGASI TAMBAHAN
• Mikrobiologi
• Toksikologi
• Histologi
RADIOLOGI OTOPSI
• Dugaan emboli udara, pneumotoraks,
barotrauma, tembakan dan kematian
karena ledakan harus melakukan
pemeriksaan radiologi sebelum autopsi,
dan ketika diduga ada perdarahan
subarachnoid traumatis, angiografi
arteri vertebralis mungkin diperlukan.
• Sisa-sisa mutilasi, terutama yang
berasal dari bencana massal, mungkin
perlu dirontgen, karena mungkin
korban dari kebakaran dimana
kerusakan eksternal membuat diseksi
sulit. Bila bom atau alat peledak
terlibat, penting untuk melakukan
radiografi untuk mendeteksi bagian
dari mekanisme yang tertanam dalam
jaringan.
FOTOGRAFI FORENSIK

You might also like