Professional Documents
Culture Documents
LUMBAL
OLEH
SUDARYANTO, S.ST.Ft
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF (RIWAYAT PASIEN)
Lokasi pola Back Back, leg Back Leg (bilateral) Back Back
nyeri (unilateral) (unilateral) (unilateral)
Serangan Akut Akut Insidious Insidious Insidious Insidious
Standing
Sitting
Bending
SLR - + - + (stress) - -
X-Ray - - + + + +
Observasi/Inspeksi
SLR3
SLR4
SLR5
SLR 5 (Cross Well Leg)
Interpretasi SLR
– Brudzinski-Kernig test ;
• Prosedur tes : pasien supine lying, pasien diminta untuk fleksi kepala
sampai dagu menyentuh dada (bisa secara pasif) diikuti dgn fleksi hip
dan knee, kemudian knee diextensikan
• Hasil : positif jika menunjukkan adanya meningeal iritasi, keterlibatan
akar saraf, atau iritasi dural
– Naffziger’s Test ;
• Prosedur tes : pasien supine lying sementara terapis memberikan
kompresi secara gentle pada vena jugularis (terletak disamping arteri
carotid) selama 10 detik, perhatikan raut muka pasien, kemudian pasien
diminta untuk batuk.
• Hasil :
– Jika batuk menyebabkan nyeri pada pinggang maka spinal theca
terkompresi akibat adanya peningkatan tekanan intrathecal. Thecal
adalah pembungkus disekitar spinal cord (pia mater, arachnoid
mater, dan duramater).
• Hasil :
– Kompresi pada bilateral vena jugularis akan meningkatkan tekanan
cairan cerebro-spinal tekanan tersebut akan meningkatkan
space subarachnoid didalam canal akar saraf yg dpt menyebabkan
nyeri pinggang atau tungkai
– Valsalva Maneuver ;
• Prosedur tes : pasien duduk, ambil napas dan pertahankan, kemudian
berusaha mengedan
• Hasil : jika nyeri meningkat maka terjadi peningkatan tekanan
intrathecal. Gejala dapat muncul dengan meminta pasien pertama kali
fleksi hip + fleksi trunk dalam posisi menetap.
– Browstring Test (Cram Test atau Popliteal Pressure Sign) ;
• Prosedur tes : terapis melakukan SLR pada pasien, sementara
mempertahankan paha dalam posisi yang sama terapis sedikit
memfleksikan knee (20o),
• Hasil : jika timbul nyeri saat SLR kemudian gejala menurun setelah fleksi
knee maka iritasi pada nervus. Jika diaplikasikan tekanan ibu jari atau
jari tangan pada area popliteal timbul nyeri maka indikasi gejala
radikular yg hebat.
PKB test dan Modifikasinya
PKB 3
Naffziger test Valsalva maneuver
– Babinski test ;
• Prosedur tes : terapis menggunakan objek yang runcing kemudian
digores sepanjang bagian plantar kaki pasien.
• Hasil : jika positif maka menunjukkan UMN lesi.
– Oppenheim test ;
• Prosedur tes : terapis menggunakan kuku tangan dan menggores
sepanjang tibia
• Hasil : tes negatif jika menunjukkan tidak ada reaksi atau nyeri, positif
jika muncul tanda Babinski (ekstensi ibu jari kaki & abduksi jari2 kaki).
Browstring sign
• Tes-tes untuk Instabilitas Lumbal
– Tes untuk Instabilitas Anterior Lumbal Spine ;
• Pasien side lying dgn ke-2 hip fleksi 70o dan fleksi knee, terapis
mempalpasi proc. spinosus yang diinginkan kemudian
mendorong ke-2 knee pasien kearah posterior dengan tubuh
terapis sepanjang garis femur dan merasakan gerakan relatif
proc. spinosus L5 diatas L4. Secara normal, hanya terjadi sedikit
gerakan atau tidak ada gerakan.
– Tes untuk Instabilitas Posterior Lumbal Spine ;
• Pasien duduk dipinggir bed, terapis berdiri didepan pasien, ke2
lengan pasien dalam posisi pronasi dgn fleksi elbow bersandar
diatas shoulder pasien, kemudian terapis meletakkan ke2
tangannya pada lumbal spine dan menarik lumbal spine secara
gentle kearah full lordosis.
Anterior Instability test
Posterior Instabilitas test
– Tes untuk Instabilitas Posterior Lumbal Spine ;
• Untuk memberikan stress pada L5 diatas S1 maka ke2 tangan
terapis diletakkan pada sacrum kemudian pasien mendorong
melalui lengan bawahnya sambil mempertahankan lordosis
lumbal. Hal ini akan menghasilkan gaya shear L5 diatas S1.
– Segmental Instability ;
• Pasien prone lying dgn ke2 tungkai diluar bed dan bersandar
pada lantai, terapis mengaplikasikan tekanan/kompresi pada
bagian posterior lumbal spine. Kemudian pasien mengangkat
ke2 tungkai sampai terangkat dari lantai dan pada saat itu terapis
memberikan kompresi lagi kearah posterior. Jika muncul nyeri
pada posisi rest & nyeri menurun saat mengangkat ke2 tungkai
maka test positif.
Segmental Instability
• Tes-tes untuk Disfungsi Sendi :
– One-leg Standing (Stork Standing) Lumbal Extension
Test ;
• Pasien berdiri dengan 1 kaki dan extensi lumbal sementara
balance dgn 1 tungkai, kemudian diulang dgn tungkai yg lain.
Tes positif jika menunjukkan nyeri pada pinggang dan berkaitan
dgn stress fraktur pars interarticularis (spondylolisthesis).
• jika stress fraktur unilateral maka berdiri dgn tungkai ipsilateral
akan menimbulkan nyeri hebat.
• Jika dikombinasikan rotasi dgn ekstensi dan timbul nyeri maka
menunjukkan problem atau patologi pada facet joint.
– Quadrant test :
• pasien berdiri dan terapis dibelakang pasien, pasien
mengekstensikan trunk-nya sementara terapis mengontrol
gerakan tersebut dgn memegang shoulder pasien serta
mempertahankan occiput dan kepala pasien pada shoulder
terapis, kemudian digerakkan ke lateral fleksi dan rotasi searah
nyeri. Gerakan ini sampai mencapai batas LGS atau sampai
menghasilkan gejala-gejala
• Posisi tersebut menyebabkan penyempitan maximum dari
foramen intervertebralis dan menimbulkan stress pada facet joint
positif jika timbul nyeri
– Specific Lumbal Spine Torsion Test ;
• Tes ini untuk memberikan stress pada level spesifik lumbal
spine, untuk melakukan tes ini maka level spesifik tersebut harus
dirotasikan dan distress.
One Leg Standing Quadrant test
– Specific Lumbal Spine Torsion Test ;
• Contoh, tes untuk integritas rotasi kiri pada L5 – S1 pasien
side lying (sisi kanan dibawah) dgn lumbal spine sedikit ekstensi,
kemudian dilakukan rotasi & lateral fleksi melalui tarikan pada
lengan pasien kearah atas dan depan sampai 45o dan terasa ada
gerakan pada proc. spinosus L5 serta penguncian pada seluruh
vertebra diatas L5. Kemudian, tangan terapis menstabilisasi
proc. spinosus L5 sambil mempertahankan shoulder pasien
kearah belakang dgn elbow terapis sementara tangan terapis yg
lain melakukan rotasi pelvis dan sacrum kearah depan sampai
S1 mulai bergerak. Gerakan minimal akan terjadi & normal
kapsular stretch.
Spesifik Torsion Test
– Farfan Torsion Test ;
• Tes nonspesifik untuk memberikan stress pada facet joint, kapsul
sendi, ligamen supraspinous dan interspinous, arkus neural,
ligamen longitudinal dan diskus.
• Pasien prone lying, satu tangan terapis menstabilisasi costa dan
spine (sekitar Th12) dan satu tangan dibawah bagian anterior
ilium, kemudian ilium ditarik ke belakang yang menyebabkan
spine berotasi. Jika positif akan menghasilkan gejala2 pada
pasien.
– Schober test :
• Tes ini digunakan untuk mengukur besarnya fleksi yang terjadi
pada lumbal spine. Suatu titik ditandai pada pertengahan antara
ke2 SIPS (level S2), kemudian titik dibawahnya dgn jarak 5 cm
dan diatasnya dgn jarak 10 cm.
Farfan Torsion tes
• Jarak antara 3 titik tersebut diukur, kemudian pasien diminta
fleksi trunk sejauh mungkin dan diukur kembali jaraknya.
Perbedaan jarak tersebut merupakan ukuran besarnya fleksi
yang terjadi pada lumbal spine. Dapat juga dimodifikasi untuk
mengukur besarnya ekstensi dan jarak ke3 titik tersebut diukur.
Normalnya adalah 5 – 10 cm.
– Milgram’s test :
• Pasien supine lying dan secara aktif mengangkat ke2 tungkai
secara bersamaan dari bed dgn jarak 5 – 10 cm (2 – 4 inchi),
kemudian pertahankan posisi tersebut selama 30 detik.
• Tes ini positif jika ke2 tungkai tidak dapat dipertahankan selama
30 detik atau timbul gejala2 pada tungkai.
• Tes-tes untuk muscle tightness :
– Thomas test untuk tightness iliopsoas
– Ober test untuk tightness tensor fascia latae
– 90 – 90 SLR test untuk tightness hamstring
– Rectus femoris test
– Piriformis test
• Tes-tes refleks dan dermatome test
– Refleks patellaris (L3 – L4)
– Refleks medial hamstring (L5 – S1)
– Refleks lateral hamstring (S1 – S2)
– Refleks posterior tibialis (L4 – L5)
– Refleks achilles (S1 – S2)
Area Dermatome
• Joint Play Movement ; tes ini digunakan untuk
menentukan endfeel gerakan sendi serta ada tidak-
nya joint play :
– Fleksi, extensi, dan lateral fleksi ;
• Tes ini kadang2 dinamakan dengan Passive Intervertebral
Motion (PIVMs).
• Fleksi dilakukan dalam posisi side lying, memfleksikan ke2 knee
kearah dada, kemudian terapis memfleksikan lumbal dgn
menggunakan berat badan sambil mempalpasi antara proc.
spinosus vertebra lumbal dgn 1 tangan (1 jari pada proc.
spinosus, 1 jari diatasnya, dan 1 jari dibawahnya) perhatikan
ada tidaknya gapping antara proc. spinosus atau gapping yang
berlebihan.
PIVMs Fleksi PIVMs Ekstensi
– Ekstensi dan lateral fleksi ;
• Juga dilakukan dalam posisi side lying, tetapi gerak ekstensi dan
lateral fleksi ini jauh lebih baik diaplikasikan dalam posisi side
lying daripada gerak fleksi.
• Lateral fleksi paling mudah dilakukan dgn memegang tungkai
kemudian digerakkan keatas. Untuk kombinasi gerakan
dilakukan fleksi lumbal sambil tungkai digerakkan ke atas
sehingga dapat terjadi gerak rotasi.
– Central, Unilateral, dan Transversal Vertebral Pressure ;
• Gerakan ini kadang2 dinamakan dengan Passive Accessory
Intervertebral Movements (PAIVMs). Untuk melakukan ke-3
teknik tersebut dilakukan dalam posisi prone lying. Central
pressure dikenal sebagai PACVP dgn menggunakan tekanan ibu
jari mendorong kearah anterior.
PIVMs Lateral fleksi
• Posteroantero unilateral vertebra pressure (PAUVP), jari tangan
terapis menggerakkan kearah lateral sekitar 2,5 – 4 cm (1 – 1,5
inchi) sehingga ibu jari pada proc. transversus vertebra lumbal
menekan kearah anterior tekanan tersebut menyebabkan
sedikit rotasi pd vertebra.
• Transverse vertebral pressure, jari tangan terapis diletakkan
sepanjang samping proc. spinosus kemudian mengaplikasikan
tekanan transversal disamping proc. spinosus sehingga
menyebabkan vertebra berotasi dlm arah tekanan.
• Palpasi :
– Bagian anterior ; umbilicus, area inguinal, crista iliaca,
symphisis pubis.
– Aspek posterior ; proc. spinosus lumbal spine, sacrum,
dan coccygeus, crista iliaca, tuberositas ischium.
• Radiography :
– Anteroposterior view
– Lateral view
• Magnetic Resonance Imaging
• CT Scan (Computed Tomography)