You are on page 1of 28

FICHRAM .

R
UJP PANGKALAN SUSU
2017
- Ash Handling : sistim penanganan abu sisa pembakaran
pada PLTU dengan bahan bakar utamanya adalah
batubara. Fly Ash

Furnace Boiler
Bottom Ash

Penanganan Ash Handling meliputi :


** Fly Ash dari Electro Static Precipitator sampai ke Fly Ash
Silo  Ash Valley
** Bottom Ash dari SSC sampai ke Bottom Ash Silo.  Ash
Valley
Fly Ash adalah abu ringan dari hasil pembakaran batubara
yang ikut terbawa ke dalam aliran gas bekas yang akan
dialirkan menuju stack.

Fly Ash sebelum masuk Stack ditangkap oleh Electro Static


Precipitator sehingga gas bekas keluar dari Stack
diharapkan sudah bersih.

Bottom Ash adalah abu hasil pembakaran yang ada


dibawah Furnace Boiler, yaitu di dalam bak SSC.
FLY ASH SYSTEM adalah Peralatan Ash Handling yang berfungsi
menyalurkan abu sisa pembakaran yang berasal dari ruang bakar . Bahan
bakar (Batubara) yang sudah di haluskan dimasukkan ke dalam ruang bakar
dengan cara di hembus oleh PA FAN dan dihisap oleh ID FAN untuk selanjut
nya di buang ke atmosfir melalui cerobong (stack) . Sisa pembakaran yang
mengandung partikel partikel abu di alirkan ke atmosfir melalui ruang ESP
(Electrostatic Precipitator) . Partikel abu yang terdapat dalam sisa pembakaran
akan di tangkap oleh ESP dan disalurkan pembuangan melalui transmitter
(HOPPER) menuju ke FLY ASH SILO
FLY ASH SILO adalah Penampung abu yang berasal dari
transporter / transmitter (Hopper) .
Dust Conditioning / Mixer adalah peralatan Fly Ash System yg berfungsi memindahkan dan
menyalurkan abu dalam Silo ke pembuangan akhir. Abu dalam Silo di fluidzing oleh Blower atau
Fan sehingga mudah turun / mengalir ke Dust Conditioning / Mixer.
Sebelum di buang ke dump truck, abu di spray dengan air sehingga tidak menimbulkan polusi dalam
perjalanan ke Ash Valley.
Pengaturan air untuk spray sangat diperlukan agar campuran tidak lengket maupun tidak kekurangan.
Abu yang lengket akan menimbulkan masalah di mixer , terutama pada bagian-bagian chute / Diverter
gate.
Peralatan pengeluaran dipasang di bawah Silo. Dilengkapi mixer rotary dust conditioner untuk
mencampur dan melembabkan debu sehingga dapat ditransportasikan dengan kendaraan terbuka tanpa
menyebabkan gangguan debu.
Submerged Scrapper Conveyor (SSC) :
- Bak penampung abu hasil pembakaran batubara yang
berada di bagian bawah Furnace Boiler.

- Abu yang terkumpul di bak SSC disalurkan menuju ke


Bottom Ash Silo.

- Konstruksi SSC terbuat dari chain & fligh bar yang terpasang
didalam bak SSC.
Submerged Scrapper Conveyor
Ash Crusher :

Gunanya untuk menghancurkan bongkahan Slagging


Bottom Ash
dari SSC sebelum masuk kedalam Bottom Ash Silo.
Bottom Ash Silo :
- Tempat penampungan Bottom Ash
yang berasal dari bak SSC.

- Dari Bottom Ash Silo dengan


menggunakan chute Bottom Ash
dicurahkan ke Dump Truck untuk dibuang
ke Ash Valley.

v t
Circulation Water Pump :

- Pompa ini berfungsi untuk memompakan


air limpahan dari bak SSC menuju ke
Concentrator.

- Dengan proses sirkulasi diharapkan kondisi


air dalam bak SSC kembali ke temperature
normal.
Concentrator :
- Bak penampung air limbah dari SSC
unit 1 dan 2.

- Dari Concentrator air bersih disalurkan


menuju ke Recovery Water Pond ( Bak
Industri ).

- Air yang mengandung kotoran lumpur


dipompa oleh Ash Slurry pump menuju ke
bak SSC.

- Dengan SSC kotoran lumpur dibuang


menuju ke Bottom Ash Silo.
Ash Slurry pump :

Berfungsi untuk memompakan


air limbah yang terikut dengan
kotoran lumpur dari Hopper
Concentrator menuju ke bak
SSC.
Supply Water Pump :

Untuk memompakan air pengisi dari


Recovery Water Pond ( Bak Industri )
menuju ke bak SSC.
Ash Valley :

- Tempat penampungan / penimbunan abu batubara yang telah selesai


diproses di Fly Ash Silo dan Bottom Ash Silo.

- Lokasi Ash Valley berada disamping kiri unit pembangkit.

- Penataan dan penimbunan abu di Ash Valley harus dilakukan


dengan baik.  perlu Albes

- Ash Valley dilengkapi bak penampung air  dipompa keluar dari


Ash Valley.
Fly Ash dan Bottom Ash Fly Ash dan Bottom Ash

Rumah pompa air limbah


Untuk mendukung kelancaran kegiatan Bulldozer
di Ash Valley diperlukan adanya Albes.

Bulldozer berfungsi untuk melakukan


kegiatan pengaturan / penataan
(mendorong, menggusur dan meratakan)
agar kondisi abu di Ash Valley benar –
benar aman dan stabil.
 Didaerah Ash Handling sudah dipasang rambu K3.

 Rambu tersebut diantaranya : Gunakan Masker dan gunakan pelindung


telinga.

 Semua Operator wajib menerapkan program K3 dengan baik, yaitu dengan


menggunakan : Safety Helmet, Safety Shoes, earplug, sarung tangan dan
masker.
Alat pelindung kaki :

Berguna untuk melindungi


kaki dari bahaya kejatuhan benda
tajam, benda padat (berat), benda
panas atau terkena cairan kimia
sehinga kaki terhindar dari cidera.
.
Alat pelindung tangan :
Berfungsi sebagai pelindung
tangan pada saat bekerja
sehingga tangan terhindar dari
cidera.

Bahan dan bentuk sarung tangan


di sesuaikan dengan fungsi
masing-masing pekerjaan.
Alat pelindung telinga :

Berfungsi sebagai
pelindung telinga dari
suara bising disekitar
tempat kerja, sehingga
Operator terhindar dari
ketulian.
Masker :

Berfungsi sebagai penyaring udara


yang dihirup saat bekerja di tempat
dengan kualitas udara yang buruk
(berdebu) hal ini penting agar tidak
mengganggu pernafasan.
Tagging :
 Untuk memberikan informasi kepada Operator tentang kondisi
peralatan yang akan dioperasikan.

 Untuk memberikan dan membuat kondisi yang aman bagi


Operator dan peralatan yang dioperasikan. 

 Kecelakaan harus dihindari / dicegah karena kecelakaan akan


mengakibatkan rusaknya peralatan dan dapat menimbulkan
cidera bagi Operator.
Peralatan tidak boleh
dioperasikan.

Kondisi emergency.
First Line Maintenance ( FLM ) :
Adalah suatu metode penanggulangan gangguan / kerusakan
peralatan secara : cepat, sederhana dan mandiri.
Jika saat Screen Bottom Ash Silo beroperasi terjadi gangguan,
maka setiap Operator diharapkan dapat mengatasi gangguan
tsb sehingga Screen Bottom Ash Silo dapat segera dioperasikan
lagi perbaiki.
Pada sistem kelistrikan, lakukan cek apakah power supply
sudah posisi ON untuk mengoperaskan peralatan.  posisikan
ON

Panel board, jika terdapat lampu indikator mati  lakukan


penggantian.
Ketenagalistrikan :
Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No. 30 th 2009
pasal 44 :
Ayat (1) disebutkan bahwa : Setiap kegiatan usaha
ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan Keselamatan
Ketenagalistrikan (K2). Hal itu bertujuan untuk mewujudkan
kondisi :
1) Andal dan aman bagi instalasi.
2) Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
3) Ramah lingkungan.
Ayat (6) disebutkan bahwa : Setiap tenaga teknik dalam usaha
ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat kompetensi.

You might also like