You are on page 1of 5

NON MALEFESIEN

Kelompok 7
Kode etik keperawatan
Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan
standar professional yang digunakan untuk
bimbingan perilaku & sebagai framework
untuk pengambilan keputusan. Kode etik
keperawatan di Indonesia telah disusun oleh
Dewan Pinpinan Pusat Persatuan Perawat
Nasioanl Indonesia (DPP PPNI) melalui
munas PPNI di Jakarta pada tangal 29
November1989.
Tujuan

1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat,


klien atau pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur
profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan
profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan
oleh praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi
moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan
tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun
masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan
keperawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang
berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai /
pengguna tenaga keperawatan akan pentingnya sikap
profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan.
Fungsi
1. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa
perawat diharuska memahami dan menerima kepercayaan dan
tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh
masyarakat.
2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku
dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam
penerapan praktek etikal.
3. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan
profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat
dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan
tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat,
dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan
dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.
4. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai
profesi.
Prinsip kode etik keperawatan non
malefesien
a. Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak
dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera.
b. Kerugian atau cidera dapat diartikan adanya kerusakan fisik
seperti nyeri, kecacatan, kematian atau adanya gangguan
emosi yang antara lain adalah perasaan tidak berdaya, merasa
terisolasi dan adanya kekesalan.
c. Kerugian juga dapat berkaitan dengan ketidak adilan,
pelanggaran atau berbuat kesalahan.
d. Beberapa kewajiban yang berasal dari prinsip non-maleficence
antara lain adalah suatu larangan seperti: jangan membunuh
atau menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkan
nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang
lain tidak berdaya , jangan melukai perasaan orang lain, Prinsip
ini berkaitan dengan kewajiban pemimpin untuk selalu berada
dalam kebenaran, tidak berbohong dan tidak menipu orang
lain.

You might also like