You are on page 1of 18

Journal Reading

Intramuscular versus Intravenous


Therapy for Prehospital Status
Epilepticus
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 13 Mei – 15 Juni 2013

Revie Rendita
406117034
• Judul Jurnal : Intramuscular versus Intravenous
Therapy for Prehospital Status
Epilepticus

• Penulis : Robert Silbergleit, M.D., Valerie


Durkalski, Ph.D., Daniel Lowenstein,
M.D., dkk

• Asal Jurnal : www.nejm.org

• Tanggal Publikasi : 16 Februari 2012


Semakin cepat
Latar penghentian
belakang serangan kejang
epileptik→
outcome lebih baik

Kelemahan lorazepam:
• Jalur IV kadang sulit ditemukan
• Lorazepam cepat rusak bila tidak
disimpan pada lemari pendingin

Terjadi peningkatan penggunaan


midazolam IM karena lebih
cepat dan lebih mudah dicapai
 kurangnya data mengenai
efikasi dan keamanan
Membandingkan efikasi dari midazolam IM dengan lorazepam IV
untuk anak-anak dan dewasa dengan status epileptikus 
autoinjektor IM atau infus IV

Metode
Primary Outcome  berhentinya kejang sebelum tiba di IGD tanpa
rescue therapy
Secondary Outcome  intubasi endotrakeal, kejang berulang dan
waktu pengobatan relatif terhadap penghentian kejang

Percobaan ini membuktikan bahwa penggunaan midazolam


intramuskular tidak lebih inferior dibandingkan lorazepam intravena
dengan perbedaan 10%
Metode
(study Design)

NINDS→ penelitian melibatkan:


4314 paramedis
33 agen EMS
79 Rumah Sakit

Dilakukan di USA  893 penderita

15 Juni 2009-14 Januari 2011

Double-blind, randomized
METODE (Study Subjects)
BB anak ≥ 13 kg Kriteria
dan dewasa Eksklusi

Kejang > 5 menit • Kejang karena


atau serangan trauma,
kejang berulang hipoglikemia,
tanpa perbaikan henti jantung,
kesadaran> 5 • HR < 40 x/menit
menit • Alergi midazolam
atau lorazepam
• Hamil
Kriteria • Mengikuti
Inklusi program
penelitian lain
• Tidak setuju
untuk ikut serta
BB ≥ 40 kg 10 mg
midazolam intramuskular Ketika kesulitan
diikuti dengan placebo memperoleh akses
intravena atau placebo intravena, paramedis
intramuskular diikuti diinstruksikan untuk
dengan 4 mg lorazepam melanjutkan upaya minimal
intravena dalam 10 menit, tetapi
mereka diizinkan untuk
BB 13-40 kg, pengobatan menggunakan akses
aktif adalah 5 mg intraosseous sebagai
midazolam intramuskular pengganti akses intravena
atau 2 mg lorazepam
intravena

METODE (Study Intervension)


Metode (Study Intervention)

• Perekam suara diaktifkan ketika kotak obat dibuka


guna merekam:
• Kapan obat IM disuntikkan
• Kapan akses IV terpasang
• Kapan obat IV disuntikkan
• Kapan pertolongan darurat dilakukan
• Kapan kejang berhenti
Metode (Hasil studi)

Primary Outcome:
Berhentinya serangan kejang sebelum sampai IGD
tanpa pemberian rescue therapy

Secondary Outcome:

Waktu dari membuka kotak sampai berhentinya kejang


Waktu dari mulainya pemberian obat aktif sampai berhentinya kejang
Frekuensi dan durasi rawat inap
Masuk ke ICU
Frekuensi intubasi endotrakeal akut
Kejang akut berulang
METODE Analisis
statistikal

Tujuan utama penelitian: menunjukkan jumlah penderita


yang kejangnya berhasil dihentikan dengan midazolam IM
tidak inferior dibanding lorazepam IV

Kedua kelompok tidak berbeda jauh dilihat dari segi


demografik, karakteristik klinis dsb
Berhentinya Midazolam IM Lorazepam IV
Kejang
Tanpa rescue 73.4% 63,4%
therapy
Dengan atau 83,9% 76,2%
tanpa rescue
therapy
Secondary outcome

Variabel Midazolam IM Lorazepam IV


Intubasi endotrakea 14,1% 14,4%
Kejang berulang 11,4% 10,6%
Hipotensi 2,7% 2,9%
Lamanya rawat jalan Sama Sama
Perlu rawat jalan 57,6% 65,6%
Perlu ICU 28,6% 36,2%
Pemberian obat 1,2 menit 4,8 menit
Onset kerja obat 3,3 menit 1,6 menit
Pengobatan prehospital
dengan midazolam IM
sama aman dan efektif
dibanding lorazepam IV

Penggunaan midazolam IM untuk status epileptikus telah


meningkat karena studi kecil telah menunjukan efikasinya
dan karena obat ini secara cepat terserap ke dalam otot

Midazolam tidak memiliki masalah dalam hal stabilitas


yang buruk ketika tidak didinginkan ke dalam lemari kulkas

KESIMPULAN

You might also like