Professional Documents
Culture Documents
TAHUN 2019
Kelompok G3
3. Yulia Anissa Savitri
4. Fidia Paramitha Putri
5. Angela Maria Linata
6. Friendly Hotsari Purba
Obstetric examination:
Outer examination : abdomen flat, soft, uterine fundus palpable at the level of umbilicus,
uterine contraction was poor, active bleeding (+)
Inspeculo : portio livide, external uterine ostium was opened, fluor (-) fluxus (+) active
bleeding, erosion (+), laceration (+), repaired, polyp (-)
Lab: Hb 4,7 g/dL; PLT: 225.000/mm3, WBC: 20.600/mm3, BT/CT: 3minutes/12 minutes,
Ureum: 48,5 mg/dL; Creatinine: 1,10 mg/dL
KLARIFIKASI
ISTILAH
No. Istilah Pengertian
6 BT (Bleeding Medical test that measures how fast small blood vessels in
Time) the skin stop bleeding.
Petunjuk adanya defisiensi trombosit.
No. Istilah Pengertian
7 CT (Clotting Waktu yang diperlukan untuk pembekuan darah.
Time) Mengetahui adanya aktivitas faktor pembekuan darah.
8 Portio livide Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan
banyak cairan mucus karena pertambahan dan pelebaran
pembuluh darah dari warnanya menjadi livide (merah
keunguan) pada vagina dan portio serviks.
9 Fluxus Kecepatan aliran terutama cairan abnormal atau
berlebihan.
10 Fluor Pengeluaran cairan atau sekret dari alat genitalia yang
tidak berupa darah.
11 Oxytocin Merupakan hormone hipotalamus yang tersimpan di
hipofisis posterior, memicu kontaksi uterus dan
pengeluaran ASI. Bisa dibuat secara sintetik atau diperoleh
dari hipofisis posterior hewan peliharaan; dipakai untuk
menginduksi persalinan aktif, meningkatkan kekuatan
kontraksi pada persalinan, mengontraksikan otot uterus
pasca kelahiran plasenta, mengendalikan pendarahan post
partum dan merangsang pengeluaran ASI.
12 Contraception Pencegahan konsepsi atau kehamilan dengan cara
menghambat terjadinya pembuahan.
Usia Ibu
Paritas
Kelainan His
Kelainan Janin
No Ibu Janin
.
Antepartum
• Meningkatkan
kontraksi uterus agar
proses persalinan Postpartum
dapat berjalan lebih
cepat untuk • Membantu
kepentingan ibu dan menghasilkan
fetus. kontraksi uterus pada
• Untuk induksi kala III persalinan,
persalinan, terapi sehingga dapat
tambahan pada mengontrol
abortus inkomplit perdarahan
atau abortus yang postpartum
terjadi pada trimester
II
• Stimulasi atau
memperkuat
kontraksi persalinan.
Bagaimana cara pemberian oxytocin drip?
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Farmakodinamik oxytocin
Absorption sama dengan hormon
Steady state is reached oxytocin yang diproduksi
normally 40 minutes after secara natural oleh lobus
parenteral admin. posterior pituitari. Oxytocin
Distribution memiliki efek pada miometrium
Distribution throughout terutama pada saat akhir
extracellular fluid, small kehamilan aterm, setelah
amounts reach fetus. persalinan, dan puerperium
Metabolism dimana terjadi peningkatan
Rapidly via the liver and jumlah reseptor oxytocin
plasma (by oxytocinase); some hingga 12 kali lipat.
metabolism via mammary Oxytocin juga menstimulasi
gland. kontraksi sel myoepithelial di
Excretion sekitar alveoli mammae
Elimination half-life: 1-5 sehingga menyebabkan
minutes; excreted via urine. keluarnya ASI dan
memfasilitasi laktasi.
Apa indikasi dilakukan episiotomi?
Perdarahan post
partum
Apa makna klinis plasenta keluar secara
spontan dan intact?
Trauma traktus
Atonia uteri
genitalia
Penyebab yang bisa menyebabkan keadaan pada kasus
Sosial Persalinan
Usia > 35
ekonomi dengan
tahun tenaga yang
rendah
tidak terlatih
Apa makna klinis dari EBL 500 cc?
Anemia
Syok hipovolemik
Kematian
Estimasi Visual
Con’t
Bagaimana mekanisme dari lemah dan pasien
merasa mengantuk serta pucat?
Bagaimana mekanisme perdarahan pada
kasus?
“
Her prenatal course was
uncomplicated and had no
significant medical history. She
had no history of previous
contraception.
Apa makna klinis tidak ada riwayat
penggunaan kontrasepsi?
Postpartum dan
menyusui < 48
jam
Kontrasepsi hormonal 4D
kombinasi
Pil progestin 2
Injeksi progestin 3
Implan 2
AKDR levonorgestrel 2E
AKDR copper 1
Tubektomi A
Vasektomi -
“
In the examination findings:
Height: 163 cm, weight: 75 kg
Sense: somnolen
BP: 70/40 mmHg, HR: 121 x/min,
RR: 24x/m. T: 36,4oC
Interpretasi Pemeriksaan Fisik
■ Hemoglobin
Pasien saat melahirkan mengalami uterus yang tidak dapat
berkontraksi dan juga Persalinan dibantu oleh pembantu persalinan
yang manipulatif dan traumatif Pembuluh darah uterus terus
berdilatasi dan Kerusakan tempat implantasi plasenta ruptur
uterus Perdarahan berkurangnya komponen darah Hemoglobin
menurun.
■ Leukosit tinggi
Namun bisa juga disebabkan oleh stress pasca persalinan, biasanya
leukosit akan meningkat atau karena, pendarahan yang massif,
meningkatkan risiko tinggi untuk terkena infeksi pasca persalinan
karena pembuluh darah yang terbuka merupakan port dientry dari
bakteri.
Apa saja pemeriksaan penunjang yang
diperlukan?
■ Resusitasi cairan
1. Mobilisasi
➢ 8 jam : baring datar
➢ 2 hari : boleh duduk
➢ 3 hari : boleh jalan
➢ 4 -5 hari : boleh pulang
3. BAK
➢ Secepatnya
➢ Post partum → spasme m. sphincter vesical et uretra oleh
kepala janin dan m.sphincter ani oleh iritsasi serta edem
kandung kemih intra partum → sulit BAK
➢ Lakukan pemasangan kateter
Con’t
4. BAB
➢ Ada 3-4 hari post partus, jika tidak ada/ BAB keras berikan
pencahar agar feses tidak tertumpuk di rectum yang dapat
menyebabkan demam
5. Laktasi
6. Demam (tidak lebih dari 38 derajat)
7. Rasa mules (akibat kontraksi uterus; dialami selama 2-3 hari post
partum)
■ BAK
Untuk kala 2 lama dilakukan pemasangan kateter 2 x 24 jam untuk
mencegah terjadinya fistula atau juga dianjurkan untuk senam kegel
dengan cara seperti menahan BAK selama 8 siklus sehari bisa 3-5 kali.
BAB:
Partus kasep sudah ada komplikasi tandanya ibu kelelahan, tanda syok,
dehidrasi, demam. Jika pada janin denyut jantung melemah
PERDARAHAN POST
PARTUM
Definisi
Perdarahan postpartum (PPP) didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml
atau lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih
setelah seksio sesaria.
Epidemiologi
Efek perdarahan terhadap ibu hamil tergantung pada volume darah saat
ibu hamil, seberapa tingkat hipervolimia yang sudah dicapai dan kadar
hemoglobin sebelumnya. Anemia dalam kehamilan masih tinggi di Indonesia
(46%) serta fasilitas transfuse darah yang masih terbatas menyebabkan PPP
akan menganggu penyembuhan pada masa nifas, masa involusi, dan laktasi.
Setelah bayi dan plasenta lahir, ternyata perdarahan masih aktif dan
banyak, bergumpal dan pada saat dipalpasi didapatkan fundus uteri
masih
setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu
diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri terdiagnosis, maka pada
saat itu
juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari
pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus
diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti
SKDI