You are on page 1of 26

ANTIDIARE DAN

LAKSATIF
Oleh Kelompok 3:
Ainun Alfatma
Dean Pratama
Fadila Toha
Indah Septia
Nida Larasati
Sarah
Tryanita
Zulfitri Mutyara
Antidiare dan laksatif

A B C D
Definisi dan Mekanisme
Penggolongan
Tanda - Patologi Kerja Obat
Obat
tanda
ANTI DIARE
A. Definisi Diare
B. Patologi
C. Antidiare dan Penggolongan
D. Mekanisme Antidiare

meningkatkan aktivitas segmentasi menurunkan pergerakan masal kolon


fasik kolon dan refleks gastrokolik.

Mekanisme dari opioid ini meningkatkan


aktivitas segmentasi fasik kolon melalui
inhibisi saraf kolinergik prasinaptik dalam
pleksus submukosus dan mienterikus
sehingga menyebabkan peningkatan waktu
transit dalam kolon dan penyerapan air
dalam feses.
LAKSATIF
A. Definisi Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah kondisi sulit buang air besar secara teratur, tidak bisa
benar-benar tuntas, atau tidak bisa sama sekali.
Tanda-tanda:
 Sulit buang air besar
 Tinja kering atau buang air keras
 BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu;
 Perut terasa penuh
 Sakit perut
 BAB berdarah atau keluarnya darah setelah BAB
 Merasa tidak puas setelah BAB atau merasa ada yang tersumbat.
B. Patologi

Konstipasi biasanya terjadi akibat diet rendah serat, asupan cairan yang tidak memadai, dan
penurunan aktivitas fisik.
 Gangguan gastrointestinal (GI): sindrom iritasi usus (IBS), diverticulitis, penyakit saluran
pencernaan atas dan bawah, wasir, fisura anus, proctitis ulseratif, tumor, hernia, volvulus
usus, sifilis, tuberkulosis, limfogranuloma venereum, dan penyakit Hirschsprung.
 Gangguan metabolik dan endokrin: Diabetes mellitus dengan neuropati,
hipotiroidisme, panhypopituitarism, pheochromocytoma, hiperkalsemia, dan kelebihan
glukagon enteric.
 Kehamilan
 Gangguan jantung (misal, Gagal jantung)
 Konstipasi neurogenik: Trauma kepala, tumor CNS, cedera medulla spinalis, kecelakaan
serebrospinal, dan penyakit Parkinson.
 Penyebab psikogenik
C. Laksatif dan Penggolongannya

Laksatif atau pencahar adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk membantu
mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus.
Laksatif merupakan obat bebas. Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi konstipasi
atau sembelit.

1. Osmotik (saline)
Laksatif osmotik (hiperosmolar) adalah garam atau produk garam, laktulosa, dan gliserin.
Produk garam terdiri atas natrium atau magnesium, dan dalam jumlah kecil diserap secara sostemik.
Laksatif osmotik menarik air ke dalam usus dan meningkatkan air dalam tinja untuk meningkatkan
kumpulan tinja yang merangsang peristaltik. Namun obat ini kontraindikasi pada pasien yang
mengalami gagal jantung kongestif.
Laksatif osmotik mengandung tiga jenis garam elektrolit : garam natrium (natrium fosfat,
natrium bifosfat), garam magnesium (magnesium hidroksida, magnesium sitrat, magnesium sulfat),
dan garam kalium (kalium bitartat, kalium fosfat).
C. Laksatif dan Penggolongannya

a) Magnesium sulfat ( garam inggris, garam epsom) Mekanisme : di dalam usus berdasarkan penarikan air
(osmosis) dari bahan makanan karena ¾ dari dosis oral tidak diserap. Akibatnya adalah pembesaran
volume usus dan meningkatnya peristaltik di usus halus dan usus besar di samping melunakkan
tinja.farmakokinetik: ekskresi cair isi usus dalam 1-4 jam. Dosis : 15-30 g sekaligus di dalam segelas
air hangat dan diminum pada perut kosong. Efek samping: ganggan fungsi ginjal
C. Laksatif dan Penggolongannya

b) Natrium sulfat (garam glauber)


Dosis : 15 g dalam 150-500 ml air. Dosis lebih besar dapat mengakibatkan muntah-muntah.
c) Laktulosa ( duphalac, chronulac)
Mekanisme : hiperosmolaritas menarik air ke dalam kolon. Efek sampingnya berupa perut
kembung dan banyak gas, terutama selama hari-hari pertama. Kram, flatulen mual dan muntah. Dosis.
Farmakokinetik : di metabolisme dalam usus menjadi laktat yang bertindak sebagai alksatif osmotik dan
dengan menurunkan pH.
C. Laksatif dan Penggolongannya

d) Gliserin
Mekanisme kerja: hiperosmolaritas menarik air ke dalam kolon. Farmakokinetik:
mengosongkan kolon dalam 15 menit. Dosis: dewasa dan anak-anak usia 6 tahun ke atas 3g
dalam supositoria.
C. Laksatif dan Penggolongannya

2. Stimulan (kontak atau iritan)


Laksatif stimulan menigkatkan peristaltik dengan mengganggu ujung saraf sensorik di mukosa usus.
Laksatif stimulan mencakup semua yang menggandung fenolftalein (Ex-Lax, Feen-A-Mint,
Correctol), bisakodil (dulcolax), cascara sagrada, senna (senokot) dan minyak kastor ( neoloid).
Bisakodil dan fenolftalein adalah 2 laksatif yang sering digunakan.

a). Bisakodil (dulcolax)


Mekanisme kerja: menambah air dan elektrolit dalam feses dan menambah motilitas usus.
Farmakokinetik: melunakkan feses dalam 6-8 jam. Efek samping: penggunaan terus menerus dapat
menyebabkan diare berat, kram ringan. Dosis: sebelum tidur 1-2 tablet-salut dari 5 mg, supossitoria 10
mg pada pagi hari.
C. Laksatif dan Penggolongannya
C. Laksatif dan Penggolongannya

b). Fenolftalein ( Ex-Lax, laxadine)


Mekanisme kerja: menambah air dan elektrolit dalam feses dan menambah motilitas
usus. Farmakokinetik: melunakkan feses dalam 6-8 jam. Kontraindikasi : pembedahan akut
abdomen, mual, muntah atau gejala apendiktis lain, obstruksi saluran intestinal, nyeri abdomen
tanpa sebab yang dketahui Efek samping: penggunaan terus menerus dapat menyebabkan diare
berat, dapat bersifat serius dan berupa kolik, kolaps. Dosis: 50-200 mg pada malam hari sebelum
tidur.
C. Laksatif dan Penggolongannya

3). Senna (senokot, eucarbon)


Mekanisme kerja: menambah air dan elektrolit dalam feses
dan menambah motilitas usus. Farmakokinetik: melunakkan feses
dalam 6-8 jam. Efek samping: tinja melanotik.

4). Minyak kastor (neoloid).


Mekanisme kerja: dimetabolisme dalam usus menjadi
risinoleat, surfaktan yang menurunkan absorpsi air dan elektrolit dan
meningkatkan motilitas. Farmakokinetik: ekskresi cair isi usus dalam
1-3 jam. Efek samping: kram, mual, penggunaan kronik harus
dihindari. Dehidrasi, ketidakseimbang elektrolit dan kerusakan saraf
dpaat terjadi.
C. Laksatif dan Penggolongannya

3. Pembentuk massa
Laksatif pembentuk massa adalah zat berserat alami yang mendorong pelunakkan dan peningkatan
volume feses dengan meyerap air ke dalam usus dan meningkatkan massa feses dan peristaltik. Laksatif
pembentuk massa tidak terserap. Buang air besar biasanya terjadi dalam waktu 8 hingga 24 jam tetapi juga
bisa memakan waktu hingga 3 hari setelah dimulainya terapi agar feses menjadi lunak dan berbentuk
Kalsium polikarbofil (fiberCon), metilselulosa (citrucel), butiran serat (perdiem) dan psyllium
hidrofilik musiloid (metamucil) adalah pembentuk massa. Pasien dengan hiperkalsemia harus menghindari
kalsium polikarbofil karena mengandung kalsium dalam obat. Metamucil adalah zat yang tidak tecerna dan
tidak diserap karena ketika dicampur dengan air, ia menjadi larutan kental. Contoh merek pencahar di
Indonesia yang berisi psyllium: Mulax
C. Laksatif dan Penggolongannya

a). Psillium (metamucil, mulax)


Mekanisme kerja: dinding sel tanaman yang tak dicerna menyerap air ke dalam feses,
jadi melunakkan feses. Farmakokinetik: melunakkan feses dalam 1-3 hari. Efek samping:
ditoleransi baik, flatulensi, impaksi (jika bolus menyumbat), reaksi alergi (rhinitis). Dosis: 1-3 dd
4-10 g dalam air.
b). Metilselulosa (cologel,citrucel)
Mekanisme kerja: dinding sel tanaman yang tak dicerna menyerap air ke dalam feses,
jadi melunakkan feses. Farmakokinetik: melunakkan feses dalam 1-3 hari. Efek samping:
ditolerensi baik, flatulensi, impaksi (jika bolus menyumbat), kembung.
C. Laksatif dan Penggolongannya
 Psillium (metamucil, mulax)

Metilselulosa (cologel,citrucel)
C. Laksatif dan Penggolongannya

c). Kalsium polikarbofil (mitrolan)


Mekanisme kerja: dinding sel tanaman yang tak dicerna menyerap air ke dalam feses,
jadi melunakkan feses. Farmakokinetik: melunakkan feses dalam 1-3 hari. Efek samping:
ditolerensi baik, flatulensi, impaksi (jika bolus menyumbat).
C. Laksatif dan Penggolongannya

4. Emolien
Emolien (surfaktan) adalah pelunak feses dan pelumas yang digunakan untuk mencegah konstipasi
dan mengurangi mengejan saat buang air besar dengan menurunkan tegangan permukaan dan mendorong
akumulais air di usus dan tinja.
Emolien sering diserapkan untuk pasien setelah infark miokard(serangan jantung) atau operasi dan
juga diberikan sebelum pemberian obat pencahar lainnya dalam mengobati impaksi tinja. Kalsium dokusat
(surfak), kalium dokusat (dialose). Natrium dokusat (colace), dan natrium dokusat dengan kosantranol (peri-
colace) adalah pelunak feses.
Emolien menjadi kontraindikasi pada pasien dengan gangguan inflamsi pada saluran pencernaan,
seperti radang usus buntu, kolitis ulseratif,dll.
D. Mekanisme Kerja Obat

Mekanisme pencahar yang sepenuhnya masih belum jelas, namun secara umum dapat
dijelaskan sebagai berikut :

 a. Sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air dengan akibat massa,
konsistensi, dan transit feses bertambah.
 b. Laksatif bekerja secara langsung ataupun tidak langsung pada mukosa kolon dalam
menurunkan absorbs NaCl dan air
 c. Laksatif juga dapat meningkatkan motilitas usus dengan akibat menurunnya absorbs garam
dan air yang selanjutnya mengubah waktu transit feses.

You might also like