You are on page 1of 31

NAMA : Atika Fitria Ningrum

NIM : 1512031
DOSEN : Dr. Ir. GATOT IBNUSANTOSA, DEA
MATA KULIAH : TEKNOLOGI LINGKUNGAN II
Air Asin/Air Payau Air Tawar
Air Payau

Air permukaan yang bersifat payau (kadar garam sekitar 5000 – 10000
mg/l)berada di daerah rawa di pesisir. Selain kadar garam, karakteristik air
rawa ini hampir sama dengan air sungai, sehingga diperlukan proses
pengolahan berupa koagulasi-flokulasi – sedimentasi – filtrasi ditambah
dengan unit pengolahan untuk menurunkan kadar garam, misal pertukaran
ion atau filtrasi membrane (mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, dialisis, elektrodialisis,
reverse osmosis).
Diagram alirnya dapat dilihat pada Gambar 9.4.
 Osmosis balik atau reverse osmosis (RO) adalah suatu sistem atau alat yang canggih
yang dapat digunakan untuk mengolah air laut menjadi air tawar yang siap diminum.
 Cara kerja alat ini yaitu dengan memberikan tekanan terhadap air laut, sehingga
memaksa molekul-molekul air murni menembus suatu membran semipermeabel,
sedangkan sisanya berupa garam larut, bahan-bahan organik, dan bakteri pun akan
ditolak (rejeksi).
 Osmosis balik ini dioperasikan secara berlanjut. Kemurnian air yang dicapai hingga
99% dengan tingkat produksi yang tinggi. Osmosis balik merupakan cara paling murah
untuk menawarkan pemurnian air laut. Keuntungan metode ini adalah kemurnian air
yang dihasilkan sangat bagus, menghemat tempat, dan menghemat energi.
 Pengolahan air minum dengan sistem Osmosa Balik terdiri dari dua bagian, yakni unit
pengolahan awal dan unit Osmosa Balik. Salah satu contoh diagram proses pengolahan
air dengan sistem Osmosa Balik dapat dilihat seperti pada Gambar 1.
 Air laut, terutama yang dekat dengan pantai masih mengandung partikel padatan
tersuspensi, mineral, plankton dan lainnya, maka air baku tersebut perlu dilakukan
pengolahan awal sebelum diproses di dalam unit Osmosa Balik.
 Unit pengolahan pendahuluan tersebut terdiri dari beberapa peralatan utama yakni
pompa air baku, tangki reaktor (kontaktor), saringan pasir, filter mangan zeolit, dan filter
untuk penghilangan warna (color removal), dan filter cartridge ukuran 0,5 µm.
 Sedangkan unit Osmosa Balik terdiri dari pompa tekanan tinggi dan membran Osmosa
Balik, serta pompa dosing klorine dan sterilisator ultra violet (UV).
PROSES PENGOLAHAN
 Air baku (air laut) dipompa ke tangki reaktor (kontaktor), sambil diinjeksi dengan larutan
klorin atau Kalium Permanganat agar zat Besi atau Mangan yang larut dalam air baku dapat
dioksidasi menjadi bentuk senyawa oksida Besi atau Mangan yang tak larut dalam air. Selain
itu, pembubuhan Klorin atau Kalium Permanganat dapat berfungsi untuk membunuh
mikroorganisme yang dapat menyebabkan biofouling (penyumbatan oleh bakteri) di dalam
membran Osmosa Balik.
 Dari tangki reaktor, air dialirkan ke saringan pasir cepat agar senyawa Besi atau Mangan yang
telah teroksidasi dan juga padatan tersuspensi (SS) yang berupa partikel halus, plankton dan
lainnya dapat disaring. Air yang keluar dari saringan pasir selanjutnya dialirkan ke filter
Mangan Zeolit.
 Dengan Adanya filter Mangan Zeolit ini, zat Besi atau Mangan yang belum teOsmosa
Balikksidasi di dalam tangki reaktor dapat dihilangkan sampai konsentrasi < 0,1 mg/l. Zat
Besi dan Mangan ini harus dihilangkan terlebih dahulu karena zat-zat tesebut dapat
menimbulkan kerak (scale) di dalam membran Osmosa Balik.
 Dari filter Mangan Zeolit, air dialirkan ke filter penghilangan warna. Filter ini mempunyai
fungsi untuk menghilangkan senyawa warna dalam air baku yang dapat mempercepat
penyumbatan membran Osmosa Balik. Setelah melalui filter penghilangan warna, air
dialirkan ke filter cartridge yang dapat menyaring partikel dengan ukuran 0,5 µm. Setelah
melalui filter cartridge, air dialirkan ke unit Osmosa Balik dengan menggunakan pompa
tekanan tinggi sambil diinjeksi dengan zat anti kerak (antiskalant) dan zat anti biofouling. Air
yang keluar dari modul membran Osmosa Balik yakni air tawar dan air buangan garam yang
telah dipekatkan. Selanjutnya air tawarnya dipompa ke tangki penampung sambil dibubuhi
dengan klorine dengan konsentarsi tertentu agar tidak terkontaminasi kembali oleh mikroba,
sedangkan air garamnya dibuang lagi ke laut.
KUALITAS AIR BAKU
 Kualitas air baku menentukan proses yang akan dilakukan untuk menghasilkan air
yang siap diminum. Oleh karena itu pengambilan contoh air dari lokasi
pengoperasian sangat dibutuhkan untuk desain alat. Jika kualitas air berubah-ubah
sebaiknya dipilih lokasi yang paling stabil kualitasnya dan kalau perlu dibangun
stasiun pengambilan air baku. Dengan demikian peralatan dapat bekerja secara
efektif dan efisien. Air asin yang akan diolah oleh membran harus jernih, oleh karena
itu pada kasus-kasus dimana air tidak jernih atau keruh perlu dilakukan pengolahan
awal atau pretreatmen karena pretreatmen yang terpasang terbatas kemampuannya.

SUMBER TENAGA
o Tenaga yang dibutuhkan untuk menjalankan seluruh unit osmosa balik sangat
bervariasi tergantung dari kapasitas alat yang diinginkan, sebagai contoh alat
pengolah air sistem osmosa balik kapasitas 10 m3/hari membutuhkan Genset
dengan kapasitas 10 KVA dengan fasilitas 3 phase dan tegangan 380 volt.
Air Gambut
Air gambut adalah air yang kandungan bahan organik alamiahnya tinggi,
terutama
asam humat dan asam fulvat. Oleh karena itu diperlukan unit pengolahan
untuk
menghilangkan bahan-bahan ini, misal slow sand filter (bila kandungan
koloid
rendah) atau adsorpsi karbon aktif atau reverse osmosis. Jika air gambut
tersebut
mengandung koloid tinggi, maka diperlukan unit pengolahan berupa
koagulasi - flokulasi – sedimentasi – filtrasi.
Gambar 9.5 dan 9.6 menunjukkan diagram alir proses pengolahan air
gambut.
PROSES DIAGRAM ALIR AIR GAMBUT
1. Netralisasi
Yang dimaksud dengan netralisasi adalah mengatur keasaman air agar
menjadi netral (pH 7 - 8). Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut,
yang paling murah dan mudah adalah dengan pemberian kapur/gamping.
Fungsi dari pemberian kapur, disamping untuk menetralkan air baku yang
bersifat asam juga untuk membantu efektifitas proses selanjutnya.
2. Aerasi
Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air
baku agar kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi
dengan oksigen yang ada dalam udara memben tuk senyawa besi dan senyawa
mangan yang dapat diendapkan. Disamping itu proses aerasi juga berfungsi
untuk menghilangkan gas-gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas H2S,
Methan, Carbon Dioksida dan gas-gas racun lainnya. Reaksi oksidasi Besi dan
Mangan oleh udara dapat ditulis sebagai berikut:
 4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ====> 4 Fe(OH)3+ 8 H+
tak larut
 Mn2+ + O2 + H2O ====> MnO2 + 2 H+
tak larut
• Dari persamaan reaksi antara besi dengan oksigen tersebut, maka secara teoritis dapat
dihitung bahwa untuk 1 ppm oksigen dapat mengoksidasi 6.98 ppm ion Besi. Reaksi
oksidasi ini dapat dipengaruhi antara lain : jumlah Oksigen yang bereaksi , dalam hal ini
dipengaruhi oleh jumlah udara yang dikontkkan dengan air serta luas kontak antara
gelembung udara dengan permukaan air .
• Jadi makin merata dan makin kecil gelembung udara yang dihembuskan kedalam air
bakunya , maka oksigen yang bereaksi makin besar. Faktor lain yang sangat
mempengaruhi reaksi oksidasi besi dengan oksigen dari udara adalah pH air. Reaksi
oksidasi ini sangat efektif pada pH air lebih besar 7(tujuh).
• Oleh karena itu sebelum aerasi dilakukan, maka pH air baku harus dinaikkan sampai
mencapai pH 8. Hal ini dimaksudkan agar pH air tidak menyimpang dari pH standart
untuk air minum yaitu pH 6,5 - pH 8,5. Oksidasi Mangan dengan oksigen dari udara tidak
seefektif untuk besi, tetapi jika kadar Mangannya tidak terlalu tinggi maka sebagaian
mangan dapat juga teroksidasi dan terendapkan.
3. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar kotoran
dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik, lumpur halus
bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara yang paling
mudah dan murah adalah dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus kimianya
Al2(SO4)3.18 H2O. (berupa kristal berwarna putih).
Reaksi koagulasi dengan Tawas secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut :
• Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==> 2 Al(OH)3 +3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18 H2O
alkalinity
• Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O
mengendap
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan alumunium
hidroksida, Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel - partikel
kotoran sehingga menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat dan segera
dapat mengendap. Cara pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai berikut yaitu :
sejumlah tawas/ alum dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan kedalam air baku
lalu diaduk dengan cepat hingga merata selama kurang lebih 2 menit. Setelah itu
kecepatan pengadukkan dikurangi sedemikian rupa sehingga terbentuk gumpalan -
gumpalan kotoran akibat bergabungnya kotoran tersuspensi yang ada dalam air baku.
Setelah itu dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan kotoran atau disebut flok
tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.
4. Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan
kotoran yang terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit). Setelah kotoran
mengendap air akan tampak lebih jernih. Endapan yang terkumpul didasar
tangki dapat dibersihkan dengan membuka kran penguras yang terdapat di
bawah tangki.

5. Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat
diendapkan semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar
dan berat akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan
masih melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul
jernih harus dilakukan proses penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah
diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir.
Pengolahan
Air Limbah
Ada 5 Tahap Yang Di Perlukan Dalam Pengolahan Air Limbah.
Yaitu:

 Pengolahan Awal (Pretreatment)


 Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
 Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
 Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
 Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
1.Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak
dalam limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit
removal, equalization and storage, serta oil separation.
2.Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pengolahan tahap pertama memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah
pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi ialah neutralization, chemical addition and coagulation,
flotation, sedimentation, dan filtration.
3.Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat terlarut dari limbah yg tak dapat
dihilangkan dgn proses fisik. Peralatan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini
ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization
basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
4.Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation
and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation,
serta thickening gravity or flotation. pada proses ini dilakukan pemisahan secara kimia
untuk lebih memurnikan air yang belum sepenuhnya bersih.
5.Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian
diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum
filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.
Terimakasih 

You might also like