You are on page 1of 36

Oleh :

Frasucia Aquaviva MS
(1307122915)
Asal Minyak Bumi Minyak mentah atau crude oil adalah
cairan coklat kehijauan sampai hitam yang terutama terdiri
dari karbon dan hidrogen.
Secara umum, komposisi minyak bumi dapat dilihat pada
tabel berikut :

Komposisi Persen
Karbon (C) 84-87
Hidrogen(H) 11-14
Sulfur(s) 0-3
Nitrogen(N) 0-1
Oksigen(O) 0-2
Berdasarkan kandungan senyawanya, minyak bumi dapat dibagi
menjadi golongan hidrokarbon dan non-hidrokarbon serta senyawa-
senyawa logam, sebagai berikut :
1. Hidrokarbon , terdiri dari parafin, olefin, naftena dan aromatik
2. Non-Hidrokarbon, terdiri dari belerang, nitrogen dan oksigen
3. Senyawa Logam

Selain itu, untuk mengkarakterisasi minyak bumi dilihat berdasarkan


hasil-hasil pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia yang mudah
ditentukan, yaitu :
1. Berat Jenis
2. Pour Point
3. Destilasi / Rentang Pendidihan
Salah satu penggunaan terpenting hasil pengukuran berat jenis dan
rentang pendidihan suatu minyak bumi adalah untuk menentukan
faktor karakterisasi Watson atau UOP (Universal Oil Products Co.)
dan index korelasi (CI) USBM (United States Bureau of Mines).

Konsep-konsep Pengolaha didalam Kilang, yaitu sebagai berikut :


1. Konfigurasi Kilang
2. Proses Pemisahan, terdiri dari ekstraksi, dawaxing, propane
deaspalting, dan furfural extraction
3. Proses Komposisi Molekul, terdiri dari perengkahan termal,
erengkahan katalis, hydrocracking, proses pengubahan struktur
molekul dan proses kombinasi molekul
PENDAHULUAN
Kilang minyak bumi berfungsi untuk mengubah crude oil (minyak
mentah) menjadi produk jadi seperti Liquid Petroleum Gas/LPG,
gasoline, kerosene, diesel, fuel oil, lube base oil, dan coke.

Secara umum teknologi proses kilang minyak bumi dikelompokkan


menjadi 3 macam proses, yaitu :
1. Primary Processing
Unit-unit yang hanya melibatkan peristiwa fisis, yaitu distilasi.
Proses distilasi adalah proses pemisahan komponen-komponen
minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Primary
processing terdiri dari Crude Distillation Unit/CDU dan Vacuum
Distillation Unit/VDU.
2. Secondary Processing
Unit-unit yang melibatkan reaksi kimia. Secondary processing terdiri
dari Hydrotreating process, Catalytic Reforming/Platforming process,
Hydrocracking process, Fluid Catalytic Cracking/Residual Catalytic
Cracking/Residual Fluid Catalytic Cracking/High Olefine Fluid Catalytic
Cracking, Hydrogen Production Unit/HPU, Delayed Coking Unit/DCU,
dan Visbraking.

3. Recovery Processing
Unit-unit yang bertujuan untuk memperoleh kembali minyak yang
diproduksi atau chemical yang digunakan di unit-unit primary dan
secondary processing atau untuk mengolah limbah cair atau gas sebelum
dibuang ke laut atau udara luar/lingkungan sekitar. Recovery processing
terdiri dari Amine unit, Sour Water Stripping Unit, dan Sulphur Recovery
Unit
Keterangan Gambar Blok
Diagram Konfigurasi
Kilang Minyak Bumi
KETERANGAN
CDU Crude Distillation Unit
CN Coker Naphtha (Produk Naphtha dari DCU)
CCR Continuous Catalytic Regeneration
DCO Decant Oil
DCU Delayed Coking Unit
FCC Fluid Catalytic Crackin
GO HDT Gas Oil Hydrotreater
HCC Hydrocracking Complex
HCGO Heavy Coker Gas Oil
HCN Heavy Cracked Naphtha
HGO Heavy Gas Oil
HN Heavy Naphtha
HOMC High Octane Mogas (Motor Gasoline) Component
HVGO Heavy Vacuum Gas Oil
Kerosen Minyak Tanah
KHDT Kerosene Hydrotreater
LBO Lube Base Oil
LCGO Light Coker Gas Oil
LCN Light Cracked Naphtha
LCO Light Cycle Oil
LGO Light Gas Oil
LN Light Naphtha
LPG Liquid Petroleum Gas
LR Long Residue
LSWR Low Sulphur Waxy Residue
LVGO Light Vacuum Gas Oil
NHDT Naphtha Hydrotreating unit
NRU Naphtha Rerun Unit

RCC Residual Catalytic Cracking

Sour HCN Fraksi HCN yan lebih berat

SRN Straight Run Naphtha

UCO Unconverted Oil (produk bottom kolom fraksinasi HCC)

VDU Vacuum Distillation Unit

ARHDM Atmospheric Residue Hydrodemetalization (unit


penghilang kandungan metal yang ada di
produkatmospheric residue/long residue)
CDU (Crude Destillation Unit)
Crude Distillation Unit (CDU) beroperasi dengan prinsip dasar
pemisahan berdasarkan titik didih komponen penyusunnya. Kolom
CDU memproduksi produk LPG, naphtha, kerosene, dan diesel
sebesar 50-60% volume feed, sedangkan produk lainnya sebesar 40-
50% volume feed berupa atmospheric residue.

Teori Crude Distillation Unit


1. Crude Oil Composition
Crude oil terdiri dari atom carbon dan hydrogen yang bergabung
membentuk molekul hydrocarbon. Berdasarkan struktur molekuler
umum, hydrocarbon dikelompokkan menjadi 4 macam, yaitu paraffin,
naphthene, aromatic, dan olefin.
1.1.Paraffin
Senyawa paraffin paling simple adalah methane (CH4). Contoh
senyawa parafin lain adalah ethane (C2H6) atau biasa disebut dry gas,
propane (C3H8), butane (C4H10), pentane (C5H12), hexane (C6H14),
heptane (C7H16), octane (C8H18) dan seterusnya.

1.2.Naphthene
Struktur hydrocarbon jenis ini lebih kompleks daripada struktur
hydrocarbon jenis paraffine karena atom carbon tersusun dalam suatu
cincin. Contoh struktur hydrocarbon jenis naphthene adalah sebagai berikut:
1.3.Aromatic
Senyawa aromatik yang paling sederhana dan yang memiliki boiling point
paling rendah adalah benzene (C6H6). Senyawa ini serupa dengan senyawa
naphthene dalam hal struktur ring namun berbeda dalam hal jumlah atom
hydrogen yang hanya satu yang terikat pada atom carbon (naphthene memiliki
2 atom hydrogen yang terikat pada atom carbon).

1.4 Olefin
Olefin sangat jarang ditemukan dalam crude oil karena komponen ini
merupakan produk dekomposisi dari jenis hydrocarbon lainnya. Konsentrasi
olefin terbesar ditemukan dalam produk thermal cracking dan catalytic
cracking.
1.5.Senyawa Lain
Selain mengandung senyawa-senyawa hydrocarbon seperti tersebut
di atas, crude oil juga mengandung senyawa-senyawa lain dalam
jumlah kecil yang dikelompokkan sebagai impurities, seperti
sebagai berikut :

• Salts/Garam
Senyawa garam yang paling banyakadalah senyawa chloride,
seperti sodium chloride, magnesium chloride, dan calcium chloride.
Senyawa garam ini dapat membentuk asam yang dapat
menimbulkan korosi pada bagian atas kolom CDU. Senyawa garam
juga bisa menyebabkan plugging pada peralatan seperti heat
exchanger dan tray kolom fraksinasi.
• Senyawa sulfur
Senyawa sulfur yang paling ringan adalah hydrogen sulfide (H2S) yang
selain korosif juga merupakan deadly gas. Senyawa lain adalah mercaptan
yang merupakan nama umum untuk paraffinic hydrocarbon yang satu atom
hydrogennya diganti dengan radikal –SH. Senyawa sulfurlainnya
mempunyai struktur ring olefin dan biasanya diberi nama depan “thio”

• Metal
Jenis metal yang biasa ditemukan di crude oil adalah arsenic, lead (timbal),
vanadium, nikel, dan besi. Sebagian besar metal dalam umpan CDU akan
keluar bersama atmospheric residue. Arsenic dan lead merupakan racun
paling mematikan dari katalis unit catalytic reforming, sedangkan vanadium,
nikel, dan besi akan mendeaktivasi katalis catalytic cracking.

• Sand, Mineral Matter and Water


Senyawa-senyawa ini dikelompokkan bersama sebagai Base Sediment and
Water (BS&W), dan biasanya berjumlah kurang dari 0,5 %wt total crude.
Feed dan Produk Crude Distillation Unit
Jenis umpan CDU dapat berupa ”sour” crude atau “sweet” crude
tergantung dari disainnya. Penggunaan crude non-disain tetap
dimungkinkan namun terlebih dahulu harus dilakukan uji coba pemakaian
untuk mengetahui efeknya terhadap unit-unit
dowstream.
Typical produk CDU adalah sebagai berikut :
Tabel I. Typical Produk CDU

Jenis Produk Cut Range Normal TBP, ℃


Overhead product (Gas, LPG) < 30
Naphtha 30-150 30-150
Kerosene 150-250
Diesel 250-370
Atmospheric residue 370+ 370+
Process Flow Diagram CDU dapat dilihat pada gambar berikut :
Variabel Proses Crude Distillation Unit
 Flash Zone Temperature
Semakin tinggi flash zone temperature maka semakin banyak yield
produk yang dihasilkan, dan sebaliknya semakin sedikit yield bottom
CDU. Namun flash zone temperatue tidak boleh terlalu tinggi karena
dapat mengakibatkan terjadinya thermal decomposition/cracking
umpan. Temperature thermal decomposition/cracking tergantung jenis
umpan. Pada umumnya temperature thermal decomposition/cracking
crude adalah sekitar 370℃

 Temperature Top Kolom CDU


Temperature top kolom CDU diatur dengan mengembalikan sebagian
naphtha yang telah dikondensasi sebagai reflux kembali ke top kolom
CDU. Temperature top kolom merupakan salah satu petunjuk
endpoint naphtha. Untuk memperoleh endpoint overhead produk yang
lebih rendah maka top temperature harus diturunkan dengan cara
menambah jumlah top reflux.
 Tekanan Top Kolom CDU
Meskipun tekanan top kolom tidak pernah divariasikan, namun
perubahan kecil pada tekanan top kolom akan menghasilkan perubahan
besar pada temperature pada komposisi umpan yang tetap. Jika
tekanan top kolom tidak dapat dijaga tetap dan operasi CDU hanya
mengandalkan quality control produk hanya berdasarkan pengaturan
temperature tray/temperature draw off, maka komposisi produk akan
berubah cukup signifikan. Pressure swing yang sangat sering akan
membuat operasi CDU tidak stabil. Untuk menjaga stabilitas tekanan
top kolom maka dipasang temperature controller yang di-cascade
dengan flow top reflux.

 Stripping Steam
Jumlah stripping steam (superheated) yang dimasukkan ke bottom tiap
side cut product stripper digunakan untuk menghilangkan uap ringan
yang terlarut dalam produk, yang akan menentukan flash point produk.
Stripping steam dapat juga dimasukkan ke bagian bawah/bottom
kolom CDU sebagai pengganti reboiler dengan fungsi sama, yaitu
menghilangkan fraksi ringan yang ada dalam produk bottom kolom
CDU.
Troubleshooting
VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)

Pendahuluan

Teori Vacuum Destillation Unit

Feed dan Produk Vacuum Distillation Unit

Aliran Proses Vacuum Distillation Unit

Variabel Proses Vacuum Distillation Unit


Pendahuluan

Pada awalnya kilang hanya terdiri dari


suatu Crude Distillation Unit (CDU)
yang beroperasi dengan prinsip dasar
pemisahan berdasarkan titik didih
komponen penyusunnya.
Ide dasar operasi VDU adalah bahwa
titik didih (boiling point) semua material
turun dengan menurunnya tekanan.
Sebagai contoh, padatekanan 1 atmosfer
air mempunyai titik didih 100 oC,
sedangkan pada tekanan 10 atmosfer air
mempunyai titik didih 180 oC. Jika
tekanan dikurangi hingga 1 psia maka
titik didih air akan menjadi 39 oC.
Teori Vacuum Destillation Unit
Seperti terlihat pada gambar di atas, crude oil mengandung
komponen yang mempunyai titik didih > 370 oC. Jika bottom
CDU (atau biasa disebut atmospheric residue atau long residue
atau reduced crude) pada tekanan atmosferis dipanaskan hingga
temperature > 370 oC untuk dapat menguapkan komponen
vacuum gas oil yang terkandung dalam long residue, maka akan
terjadi thermal decomposition.

Dengan menurunkan tekanan, hingga < 1 psia, maka komponen


vacuum gas oil tersebut dapat dipisahkan dari bottom VDU (atau
biasa disebut vacuum residue atau short residue) tanpa mengalami
thermal decomposition. Kemudian keduanya (vacuum gas oil dan
vacuum residue) dapat dipisahkan menjadi 2 stream yang bebeda
untuk dapatmeningkatkan margin kilang.
Jenis-Jenis VDU

Light Vacuum Gas Oil


FUEL TYPE Heavy Vacuum Gas Oil
Vacuum Residue

LUBES TYPE Lubes Cut


1. Feed dan Produk VDU Fuel Type
Seperti telah dijelaskan diatas, feed VDU fuel type adalah
atmospheric residue yang berasal dari CDU (boiling range 370
s/d 540 ℃+), sedangkan produknya berupa Light Vacuum Gas
Oil (boiling range 243 s/d 382℃), High Vacuum Gas Oil
(boiling range 365 s/d 582℃), dan Vacuum Residue (boiling
rang 582 ℃+).
2. Feed dan Produk VDU Lubes Type
Feed VDU lubes type dapat berupa atmospheric residue
yang berasal dari CDU (untuk Lube Base Oil plant yang
memproduksi lube base oil grade rendah/non-sintetis) atau
berupa unconverted oil yang berasal dari unit
Hydrocracker (untukLube Base Oil plant yang
memproduksi lube base oil grade tinggi/sintetis). Produk-
produk VDU lubes type tergantung jenis grade lube base
oil yang ingin dihasilkannya, biasanya ada 3 jenis grade
yang dapat dihasilkan oleh VDU lubes type.
• Biasanya tekanan top kolom VDU diatur sekitar 15
mmHg untuk dapat memaksimalkan yield produk.
Semakin tinggi tekanan kolom maka yield produk
gas oil akan semakin sedikit dan yield produk
Tekanan vacuum bottom semakin banyak. Untuk tekanan top
kolom VDU sebesar 15 mmHg, maka tekanan
bottom kolom VDU/tekanan flash zone biasanya
sekitar 30 mmHg (untuk kondisi tray yang bersih).

• Semakin tinggi flash zone temperature maka


semakin banyak pula yield produk gas oil yang
dihasilkan. Namun flash zone temperature tidak
Flash Zone boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan
Temperatere kecenderungan pembentukan coke pada sekitar
flash zone (terutama di area slop wax) menjadi
tinggi.
• Temperatur bottom kolom VDU harus dijaga
antara 370-380 oC dengan alasan yang sama
seperti telah dijelaskan pada point V.2.
Temperatur Bottom Pengendalian temperatur bottom kolom VDU ini
dilakukan dengan mengatur jumlah produk
Kolom VDU bottom kolom VDU yang dikembalikan lagi ke
bottom kolom VDU setelah sebagian panasnya
diserap di feed/bottom heat exchanger

• Semakin tinggi level bottom kolom VDU maka


semakin tinggi juga residence time-nya. Biasanya
Residence Time Produk level bottom kolom VDU dijaga sekitar 50 % yang
Bottom di Bottom Kolom merupakan optimasi antara residence time dan
VDU menghindari terjadinya loss suction pada pompa
bottom kolom VDU.
•Slop wax section pada kolom VDU berfungsi untuk
menghilangkan 5% gas oil terberat dari aliran uap
Temperatur Slop yang mengalir ke atas dari flash zone. Kepentingan
Wax penghilangan 5% gas oil terberat adalah untuk
menghilangkan kandungan metal dan asphaltene
yang biasanya terkandung di dalam fraksi terberat gas
oil.

•Hot reflux HVGO biasa disebut juga sebagai HVGO


Temperature Hot wash karena aliran reflux ini berfungsi untuk
Reflux HVGO mencuci/membasahi packing tray yang berada pada
bagian bawah HVGO accumulator agarpada packing
tray tidak terjadi coking.

•Cold reflux HVGO berfungsi untuk mengatur spesifikasi


produk HVGO. Semakin tinggi temperature cold reflux
Temperature Cold HVGO (dan/atau semakin banyak jumlah cold reflux
Reflux HVGO HVGO) maka semakin banyak fraksi yang lebih berat
yang terkandung di dalam produk HVGO sehingga akan
berefek pada kualitas HVGO seperti end point HVGO
dan kandungan metal meningkat.
Troubleshooting

You might also like