You are on page 1of 67

Case

IDENTITAS
• Nama : An. R
• Umur : 11 bulan
• Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 2 Desember 2016
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Jl. Jembatan Besi
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Jawa
• Pendidikan :-
• Status Pernikahan : Belum menikah
• Pekerjaan :-
• Tanggal Pemeriksaan : 9 November 2017
• NRM : 635783
• Dilakukan alloanamnesis terhadap ayah dan ibu
pasien pada tanggal 9 November 2017 jam 21.15
WIB
• Keluhan Utama : diare sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang dengan keluhan diare 3 hari yang lalu SMRS. Diare
sebanyak 8x/hari. Banyaknya volume tinja tidak diperhatikan orang
tua. Konsistensi cair berwarna jernih disertai ampas, tidak terdapat
darah ataupun lendir. Bau dirasakan biasa saja. Diare dirasakan
semakin hari semakin memberat.
• Keluhan diare disertai demam, batuk, dan muntah sejak 3 hari
SMRS
• Demam dirasakan naik turun dengan rentang antara 38 – 39oC. Demam
turun hingga suhu normal jika diberikan obat penurun panas.
• Batuk produktif namun tidak keluar dahak.
• Muntah >10x/hari berisi makanan yang dimakan. Muntah terjadi setiap
sesudah makan.
• Minum menjadi lebih banyak dari biasanya.
• BAK menjadi lebih jarang dan berwarna kuning.
• Terdapat pula riwayat muntah sejak 1 hari SMRS. Muntah sesudah
memakan bubur instan bayi. Isi muntahan berupa makanan dan
cacing berwarna putih dengan panjang 10 cm seperti benang
• Keluhan pilek, mual, muntah, dan sesak disangkal.
• 1 hari SMRS pasien sudah berobat ke puskesmas dan kemudian
dirujuk ke Rumah Sakit Sumber Waras.
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien pernah mengalami diare sepeti ini sebelumnya pada
umur 6 bulan, namun membaik dengan konsumsi obat.

• Riwayat penyakit keluarga


• Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan diare dan
demam seperti pasien.

• Riwayat Perinatal
• Anak ke 3 dari tiga bersaudara
• Lahir secara sectio cesarea atas indikasi lilitan tali pusat
sebanyak 4x, cukup bulan, melahirkan di rumah sakit.
• BBL 3200 gram, PBL 49 cm
• Ibu rutin kontrol ANC 1x/bln, mendapatkan vitamin dan obat
penambah darah. Tidak ada penyulit saat kehamilan.
• Riwayat Imunisasi
• Imunisasi:
• 0 bulan: Hepatitis B 0
• 1 bulan: BCG, Polio 1
• 2 bulan: DPT/HiB/Hep-B 1, Polio 2
• 3 bulan: DPT/HiB/Hep-B 2, Polio 3
• 4 bulan: DPT/HiB/Hep-B 3, Polio 4
• Tidak ada imunisasi tambahan lainnya.
Kesan: imunisasi dasar tidak lengkap (belum imunisasi campak).

• Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan


• BBL 3200 gr PBL 49 cm
• BB 7.4 kg PB 74 cm
• Mulai duduk usia 7 bulan
• Mulai merangkak usia 8 bulan
• Mulai berbicara mama-papa usia 10 bulan
• Mulai dapat berdiri dengan bantuan usia 11 bulan
• KPSP 9 bulan, jawaban “ya” 9 buah
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia
• Riwayat asupan nutrisi
• Tidak diberikan ASI eksklusif
• Ketika lahir diberikan ASI dicampur dengan susu formula
• Food Recall 1x24 jam
• Total : 854kkal (mencukupi kebutuhan energi)
Menu Jumlah makanan Kalori
Pagi Bubur ayam 1/2 porsi 186 kkal
Siang Bubur nasi 1 porsi 270 kkal
Malam Bubur ayam 1/2 porsi 186 kkal
Snack Susu formula 1 botol 212 kkal
Total 854 kkal

Kesan: secara kuantitas mencukupi kebutuhan dan secara


kualitas cukup bervariasi.
Pemeriksaan Fisik
Tanggal pemeriksaan 9/11/2017; pukul 21.35 WIB
• Kesadaran (pGCS) : 15
• Keadaan umum : tampak lemas
• Skala nyeri (Wong Baker Faces): 3
• Tekanan Darah : 90/60 mmHg
• Nadi : 125 x/menit, reguler, isi cukup
• Suhu : 36,5 - 37⁰C
• Pernapasan : 27-28x/menit, regular, abdominotorakal
Pemeriksaan Fisik
• Antropometri :
• BB = 7,4 kg
• TB = 74 cm
• WHO antropometri :
• BB/ U: (-2) – (-3) SD
• TB / U : (0) – (-2)SD
• BB/TB : (-2) – (-3)SD
• BB ideal: 9 kg
• Waterlow : 82% Gizi Baik
Pemeriksaan Fisik
• Kepala: normocephali, tidak teraba massa, rambut
berwarna hitam, rambut terdistribusi merata, tidak
mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan
• Mata: bentuk simetris, pupil bulat, isokor, 3mm/3mm,
refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik
(-), mata cekung (-)
• Hidung: deviasi (-), sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-)
• Telinga: dalam batas normal, sekret (-/-)
• Mulut: sianosis (-), mukosa oral basah , faring hiperemis
(-), tonsil T1/T1, hiperemis (-)
• Leher: trakea di tengah, tidak teraba pembesaran KGB .
Pemeriksaan Fisik
Thorax
Paru-paru
• Inspeksi : bentuk simetris dalam keadaan statis dan dinamis,
retraksi (-)
• Palpasi : tidak teraba massa, krepitasi (-), nyeri (-), stem fremitus
kanan kiri sama kuat
• Perkusi : tidak dilakukan
• Auskultasi : Vesikuler di seluruh lapang paru, rh (-/-), wh (-/-)
Jantung
• Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV MCLS.
• Perkusi : tidak dilakukan
• Auskultasi : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
• Abdomen
• Inspeksi : tampak sedikit cembung, simetris, striae (-),
sikatriks (-), massa (-), pelebaran vena (-), jejas (-)
• Auskultasi: bising usus (+) meningkat, bruit (-)
• Perkusi : timpani pada seluruh abdomen
• Palpasi : supel, turgor kulit kembali cepat, massa (-), nyeri tekan
(-).
• Ekstremitas dan tulang belakang: akral hangat, edema (-),
CRT <2s, kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)
• Kulit: dalam batas normal, turgor kulit kembali dengan
cepat, sianosis (-), petekie (-), jaundice (-)
• Anus dan genitalia: belum di sirkumsisi
• KGB: Tidak terdapat pembesaran KGB
Pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan neurologis:
• Refleks fisiologis: biceps +/+, triceps +/+, patella +/+,
achiles +/+
• Refleks patologis: babinski -/-, chaddock -/-, schaeffer -/-
, Gordon -/-
• Meningeal sign: kaku kuduk -, Brudzinsky I – IV -
• Normotoni, normotrofi
• Kekuatan 5555/5555 – 5555/5555
• N. cranialis I – XII dalam batas normal.
Pemeriksaan Penunjang (9/11/2017)
Nilai Normal
Hemoglobin 11.3 g/dL 10.5 – 14 g/dl
Hematokrit 36.0 % 36 – 46%
Eritrosit 5.38 juta/µL 4 – 5,2 juta/µL

Leukosit 20.400 /µL 4500 – 13.500/µL

Trombosit 538.000/µL 150 – 440 /µL

Hitung jenis 0/1/2/37/54/6

LED 13 mm/jam 0 – 10 mm/jam

Kalium darah 3.6 mmol/L 3.5 – 5.0

Natrium darah 136 mmol/L 136 – 146

Chlorida darah 107 mmol/L 98 – 106

Calsium ion 1.38 mmol/L 1.15 – 1.29


Pemeriksaan Penunjang (10/11/2017)
Nilai Normal
Warna Hijau

Konsistensi Lembek
Lendir Negatif Negatif

Darah Negatif Negatif

Amuba Histolitika Negatif Negatif

Amuba Coli Negatif Negatif

Leukosit 0-1/lpb

Eritrosit 3-5/lpb

Telur cacing Negatif Negatif

Pencernaan
Sisa makanan Positif Negatif
Amilum Negatif Negatif
Lemak Negatif Negatif
Resume

• Telah diperiksa anak laki-laki berumur 11 bulan dengan


keluhan diare cair sejak 3 hari SMRS. Konsistensi cair dan
warnanya jernih disertai ampas. Keluhan disertai
demam, batuk, muntah, minum semakin banyak dan
kencing kuning dan sedikit. Terdapat riwayat muntah
berisi cacing. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
mata cekung -, turgor kulit kembali dengan cepat, ubun
– ubun cekung, mukosa mulut kering -, akral hangat, CRT
<2s. Pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan
eritrosit, leukositosis, trombositosis, neutrofil segmen
menurun, limfositosis, dan peningkatan LED.
Daftar Masalah
• Diare cair disertai ampas
• Demam
• Batuk
• Muntah
• Minum semakin banyak
• Kencing kuning dan sedikit
• Riwayat muntah berisi cacing
• Ubun-ubun cekung
• Leukositosis
• Trombositosis
• Peningkatan LED
• Diagnosis Utama:
• Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
• Diagnosis tambahan:
• Infeksi bakteri akut
• Askariasis
Tata Laksana
• Farmakologi
• Ceftriaxone 1 x 700 mg
• Zinc 1 x 20 mg
• Oralit 50 – 100 ml setiap selesai BAB
• Probiotik 1 x 1 sachet
• Pirantel pamoat 100 mg single dose
• Ambroxol 4 mg + salbutamol 0.5 mg + CTM 0.5 mg
Tatalaksana
• Non-farmakologi :
• Kebutuhan cairan:
• IVFD: KDN1 800 cc/24 jam
• Oral: on demand
• Kebutuhan Kalori:
• Kalori: 110 – 120 kkal/hari = 740 – 888 kkal/hari
• Protein: 2.5 gram/kg/hari = 22.5 gram/hari
• Diet: 3x1 porsi bubur dan lauk + 2x1 porsi snack
• Pdx
• Pemeriksaan feses lengkap

• Mx
• Observasi tanda – tanda vital dan keadaan umum setiap
3 jam
• Observasi balance cairan dalam 24 jam
Prognosis
• Ad vitam : Ad bonam
• Ad functionam : Ad bonam
• Ad sanationam : Ad bonam
Follow-up
Follow-up
PEMBAHASAN KASUS
DIARE AKUT
Definisi
• Diare akut  buang air besar pada bayi atau anak
>3xhari + perubahan konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung <1 minggu.
• buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi
konsistensinya cair  sudah dapat disebut diare

Pasien buang air besar 8x/hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair, tanpa lendir
dan darah yang berlangsung 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Epidemiologi
• salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada
anak, terutama usia di bawah 5 tahun
• Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya
karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di
negara berkembang
• Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan
penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42%
dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun
penyebab kematian karena diare 25.2% dibanding
pneumonia 15.5%

Pasien berusia 11 bulan.


Cara Penularan

• umumnya melalui fekal-oral


• makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen
• kontak langsung tangan dengan penderita
• barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
• tidak langsung melalui lalat.
• 4F = finger, flies, fluid, field
Faktor risiko
• tidak memberikan ASI secare • cara penyapihan yang tidak
penuh 4-6 bulan I kehidupan baik
• penyediaan air bersih tidak • gizi buruk
memadai • imunodefisiensi
• pencemaran air oleh tinja • berkurangnya keasaman
• kurangnya MCK lambung
• kebersihan lingkungan dan • menurunnya motilitas usus
pribadi yang buruk • menderita canpak dalam 4
• penyiapan dan penyimpanan minggu terakhir
makanan yang tidak higienis • faktor genetik

Pasien tidak diberikan ASI eksklusif. Sejak lahir, pasien diberikan ASI dan susu formula. Saat ini
pasien mendapatkan asupan nutrisi selain dari susu formula, yaitu bubur nasi.
• Bakteri: Aeromonas, Bacillus jejuni,
Campylobacter jejuni, Clostridium
perfringens, Clostridium difficile,
Etiologi Eschericia coli, Plesiomonas shigeloides,
Salmonella, Shigella, Staphylococcus
• non inflammatory aureus, Vibrio cholera, Vibrio
parahaemolyticus, Yersinia
• produksi enterotoksin oleh enterocoliticainflammatory
bakteri
• destruksi sel permukaan villi • Virus: Astrovirus, Calcivirus (Norovirus,
oleh virus Sapovirus), Enteric adenovirus,
Coronavirus, Rotavirus, Norwalk virus,
• perlekatan oleh parasit Herpes simplex virus*,
• perlekatan dan/atau Cytomegalovirus*
translokasi dari pakteri
• Parasit: Balantidium coli, Blastocystis
• inflammatory homonis, Cryptosporidium parvum,
• bakteri yang menginvasi usus Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
secara langsung Isospora belli, Strongyloides stercoralis,
Trichuris trichiura
• memproduksi sitotoksin. *umumnya berhubungan dengan diare hanya pada penderita
immunocompromised

diare akut pada pasien ini kemungkinan disebabkan oleh infeksi bakteri yang ditandai dengan
adanya leukositosis, trombositosis, peningkatan neutrofil segmen (shift to the left), dan
peningkatan LED
Klasifikasi
• Menurut lamanya diare
• Diare akut (<14 hari)
• Diare kronik (>14 hari dengan etiologi non-infeksi)
• Diare persisten (>14 hari dengan etiologi infeksi)

Pasien mengalami diare akut, karena diare dialami 3 hari sebelum masuk rumah sakit (kurang
dari 14 hari).
Manifestasi Klinis
• Gejala GI:
• diare, kram perut dan muntah
• kehilangan sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat (tinja, muntah,
panas)  dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia
• Dehidrasi  hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian jika tidak
diobati dengan tepat
• Infeksi ekstraintestinal
• vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis, meningitis,
pneumonia, hepatitis, peritonitis, dan septik tromboflebitis.
• Gejala neurologis
• paresthesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamat), hipotoni
dan kelemahan otot (C. botulinum).

Manifestasi klinis yang didapatkan adalah diare, muntah, dan dehidrasi. Tidak didapatkan kram
perut, gangguan elektrolit, demam, ataupun tenesmus.
frekuensi BAB 8x/hari, sudah 3 hari,
volume tinja tidak diperhatikan orang
Anamnesis tua pasien, konsistensi cair berwarna
jernih disertai ampas, tidak disertai
• Diare darah ataupun lendir. Bau dirasakan
- frekuensi buang air besar (BAB) anak biasa saja. Keluhan juga disertai
- lamanya diare terjadi (berapa hari) muntah lebih dari 10x berisi makanan
- volume diare yang dimakan. Terdapat juga batuk
- konsistensi, warna, bau tinja produktif, namun tidak keluar dahak.
- apakah ada darah dalam tinja Tidak terdapat demam, pilek, otitis
- apakah ada muntah: volume dan media, ataupun riwayat campak. Pasien
frekuensi sudah berobat ke puskesmas 1 hari
- makanan dan minuman yang sebelum masuk rumah sakit dan
diberikan selama diare kemudian dirujuk ke Rumah Sakit
- panas atau penyakit lain yang Sumber Waras. Riwayat imunisasi dasar
menyertai seperti batuk, pilek, otitis tidak lengkap, karena pada saat ini
media, campak pasien sudah berusia 11 bulan dan
- tindakan yang telah dilakukan: oralit, masih belum mendapatkan imunisasi
berobat ke puskesmas atau rumah campak yang seharusnya dilakukan
sakit, obat-obatan yang diberikan, dan pada usia 9 bulan.
riwayat imunisasi
Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:
• rewel atau gelisah
• letargis/kesadaran berkurang
• mata cekung
• cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
• haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa minum.
• Darah dalam tinja
• Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)
• Tanda-tanda gizi buruk
• Perut kembung
Tidak perlu dilakukan kultur tinja rutin pada anak dengan diare.

Didapatkan turgor kulit yang lambat pada saat di IGD dan pasien menjadi minum
dengan lahap.
Pemeriksaan Penunjang
• Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas
darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotika
• Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan
terhadap antibiotika

Pada kasus dilakukan pemeriksaan darah lengkap, serum elektrolit, dan pemeriksaan tinja.
Pemeriksaan Penunjang
• Tinja :
• Pemeriksaan makroskopik
• Watery dan tanpa mukus atau darah  enterotoksin virus,
protozoa atau infeksi di luar gastrointestinal
• Mengandung darah atau mukus  infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E.
histolytica, B. coli dan T. trichiura.
• Darah pada permukaan tinja  E. histolytica
• Garis-garis darah pada tinja  EHEC
• Berbau busuk  Salmonella, Giardia, Cryptosporidium,
Strongyloides

Pada kasus dilakukan pemeriksaan darah lengkap, serum elektrolit, dan pemeriksaan tinja.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan mikroskopik
• Lekosit dalam tinja  respon terhadap bakteri yang menyerang
mukosa kolon. Jika lekosit positif  menunjukkan adanya kuman
invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti Shigella,
Salmonella, C. jejuni, EIEC, C. difficile, Y. Enterocolitica, V.
parahaemolyticus dan ada kemungkinan Aeromonas atau P.
shigelloides.
• S. typhi  lekosit mononuklear
• E. histolytica  pemeriksaan tinja segar. Trofozoit ditemukan pada
tinja cair, sedangkan kista ditemukan pada tinja yang berbentuk.
• Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic
Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit
pada tinja, KLB diare dan pada penderita immunocompromised.

Pada kasus dilakukan pemeriksaan darah lengkap, serum elektrolit, dan pemeriksaan tinja.
Diagnosis yang sesuai dengan klinis diare yaitu diare cair akut, karena diare lebih dari 3 kali
sehari (8x/hari), berlangsung kurang dari 14 hari (3 hari), dan tidak mengandung darah.
Pasien termasuk dalam dehidrasi ringan-sedang, karena terdapat minum dengan lahap atau
haus, dan cubitan kulit kembali lambat pada saat di IGD.
Untuk terapi, yaitu dengan pemberian cairan dan makanan, sesuai dengan Rencana Terapi B
Diagnosis dehidrasi berat:
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut
- Letargis atau tidak sadar
- Mata cekung
- Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥2 detik)
- Tidak bisa minum atau malas minum

Pasien tidak mengalami dehidrasi berat


Dehidrasi Berat
• rehidrasi IV secara cepat  kemudian rehidrasi oral
• Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus
disiapkan, beri larutan oralit jika anak bisa minum
• Ringer Laktat  larutan IV terbaik
• NaCl 0.9%  pengganti RL
• Dextrose 5%  tidak efektif, jangan digunakan
• Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi.
Rencana Terapi C
Diagnosis dehidrasi ringan-sedang:
Minimal dua atau lebih tanda berikut:5
- Gelisah/rewel
- Haus dan minum dengan lahap
- Mata cekung
- Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Jika hanya salah satu tanda di atas dan salah satu tanda
dehidrasi berat (misalnya gelisah/rewel dan malas minum),
berarti anak menderita dehidrasi ringan-sedang

Didapatkan haus dan minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembalinya lambat
pada saat di IGD.
Rencana Terapi B
Diagnosis diare tanpa dehidrasi:
Tidak terdapat 2 atau lebih tanda berikut:
- Gelisah/rewel
- Letargis atau tidak sadar
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Haus atau minum dengan lahap
- Mata cekung
- Cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat

Pada kasus tidak terjadi diare tanpa dehidrasi


Rencana Terapi A
Lima Pilar Penatalaksanaan Diare:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua
• Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau
minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau belum
membaik dalam 3 hari
Zinc
• ↓ lama dan beratnya diare dan dapat
mengembalikan nafsu makan anak
• ↑ absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus
• ↑ kecepatan regenerasi epitel usus
• ↑ jumlah brush border apical
• ↑ respon imun yang mempercepat pembersihan
patogen dari usus
Zinc
Dosis zinc untuk anak:
- Di bawah 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
- Di atas 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak
telah sembuh dari diare.

Bayi : larutkan dengan air matang, ASI, atau oralit.


Anak : dikunyah atau dilarutkan dalam air matang
atau oralit
Antibiotik selektif
• Antibiotik diberikan atas indikasi diare berdarah
atau kolera.
• Pemberian antibiotik yang tidak rasional
• memperpanjang lamanya diare
• mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium
difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit
disembuhkan
• mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik
• menambah biaya pengobatan yang tidak perlu
Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif
Kolera Tetrasiklin Eritromisin
12.5 mg/kgBB 12.5 mg/kgBB
4x/hari selama 3 hari 4x/hari selama 3 hari
Disentri Siprofloksasin Pivmesilinam
Shigella 15 mg/kgBB 20 mg/kgBB
2x/hari selama 3 hari 4x/hari selama 5 hari
Seftriakson
50-100 mg/kgBB
1x/hari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazol
10 mg/kgBB
3x/hari selama 5 hari
(10 hari pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazol
5 mg/kgBB
3x/hari selama 5 hari

Pada kasus, diberikan antibiotik ceftriaxone 1 x 700 mg selama 4 hari dikarenakan adanya infeksi
bakteri akut.
Komplikasi
• Gangguan elektrolit:
• hipernatremia (Na >150 mmol/L)
• hiponatremia (Na <130 mmol/L)
• hiperkalemia (K >5 mEq/L)
• hipokalemia (K <3.5 mEq/L)
• kejang

Pada kasus, tidak terdapat komplikasi.


Pencegahan
• Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab
diare
• pemberian ASI yang benar
• memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI
• penggunaan air bersih yang cukup
• membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun sesudah BAB dan sebelum makan
• penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh
seluruh anggota keluarga
• membuang tinja bayi dengan benar
Pencegahan
• Memperbaiki daya tahan tubuh host
• memberi ASI setidaknya sampai usia 2 tahun
• meningkatkan nilai gizi MP-ASI
• imunisasi campak
• Probiotik ↓ angka kejadian diare (31%  7%)
• Prebiotik masih perlu menunggu penelitian-
penelitian selanjutnya.
PEMBAHASAN KASUS
ASKARIASIS
Definisi & Epidemiologi
• Infeksi oleh Ascaris lumbricoides (nematoda)
• Prevalensi A. lumbricoides masih cukup tinggi,
terutama pada anak umur 5-9 tahun  60-90%.
• Parasit ini ditemukan kosmopolit (tersebar luas).
Daerah beriklim tropis dan panas dengan kelembaban
tinggi.
• Pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di
bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan
sampah.
• Tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu 25-30oC merupakan
kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya telur A.
lumbricoides menjadi bentuk infektif

Pasien berusia 11 bulan, sehingga kurang cocok dengan epidemiologi yang ada.
Morfologi
• Stadium dewasa hidup di
rongga usus kecil.
• Seekor cacing betina dapat
bertelur sebanyak 100.000-
200.000 butir sehari; terdiri
atas telur yang dibuahi dan
yang tidak dibuahi.
• Ascaris lumbricoides
merupakan parasit Betina dewasa: 20-35 cm; jantan dewasa: 15-30 cm
nematoda terbesar pada
usus manusia
Ibu pasien mengatakan panjang cacing ±7 cm saat riwayat muntah. Saat pasien sudah akan
pulang pada tanggal 12 November 2017, BAB pasien pada pampers terdapat feses disertai dua
buah cacing berwarna putih berukuran panjang ±20 cm.
Daur
Hidup
Gejala
• Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat
berada di paru.
• Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil di
dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang
disertai batuk, demam dan eosinophilia.
• Pada foto toraks tampak inflitrat yang menghilang dalam
waktu 3 minggu. Keadaan tersebut disebut sindrom
Loeffler (pneumonitis eosinofilik).
• Kadang-kadang penderita mengalami gangguan usus
ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau
konstipasi
Terdapat batuk dan diare
Tidak terdapat demam, mual, konstipasi, eosinophilia, ataupun sindrom Loeffler.
Diagnosis
• pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur
dalam tinja memastikan diagnosis askariasis. Selain
itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar
sendiri baik melalui mulut atau hidung karena
muntah maupun melalui tinja.

tidak ditemukan adanya telur cacing. Namun, cacing dewasa keluar sendiri melalui muntah pada
saat 1 hari SMRS dan saat pasien akan dipulangkan, maka diagnosis dapat dipastikan
Tatalaksana
• Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan
atau secara masal.
• Untuk perorangan dapat digunakan bermacam-
macam obat misalnya piperasin, pirantel pamoat 10
mg/kgBB, dosis tunggal mebendazol 500 mg atau
albendazol 400 mg. Oksantel-pirantel pamoat
adalah obat yang dapat digunakan untuk infeksi
campuran Ascaris lumbricoides dan Trichuris
trichiura.

diberikan pirantel pamoat sebanyak 100 mg single dose


Prognosis
• Pada umumnya askariasis mempunyai prognosis
baik.
• Tanpa pengobatan, penyakit dapat sembuh sendiri
dalam waktu 1.5 tahun.
• Dengan pengobatan, angka kesembuhan mencapai
70-99%.
TERIMA KASIH

You might also like