You are on page 1of 17

Diare

• Perubahan frekuensi buang air besar menjadi lebih sering dari normal/lebih
dari 3 kali per hari disertai perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer.
• Keluarnya feses lebih dari 200 gram per hari, atau kandungan air pada feses
lebih dari 200 ml per hari.
Epidemiologi

• Diare menjadi salah satu


Jawa Tengah • Terdapat 357.012 kasus
masalah kesehatan diare pada balita di Jawa
masyarakat yang utama • Diare menjadi 5 besar Tengah. Data dari DinKes
karena tingginya angka penyumbang KLB setelah Jawa Tengah tahun 2012 –
kesakitan dan kematian keracunan makanan, 2015, kasus diare pada
terutama pada balita. leptospirosis, demam balita di Jawa Tengah masih
berdarah dan chikungunya. tergolong tinggi.

Indonesia 2015
Cara Penularan

makanan atau minuman yang tercemar kuman

Faecal- kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat
oral

5F = faeces, flies, food, fluid, finger


Faktor Risiko

a.Menyimpan makanan masak


Menggunakan botol susu,
pada suhu kamar, bila
Tidak memberikan ASI secara penggunaan botol ini
makanan disimpan beberapa a.Menggunakan air minum
penuh 4-6 bulan pertama pada memudahkan pencemaran
jam pada suhu kamar, yang tercemar.
kehidupan. oleh kuman karena botol susah
makanan akan tercermar dan
dibersihkan.
kuman akan berkembang biak.

Tidak membuang tinja dengan


a.Tidak mencuci tangan
benar, seringnya beranggapan a.Ketersediaan air bersih yang
sesudah buang air besar dan
bahwa tinja tidak berbahaya, tidak memadai, kurangnya a.Kebersihan lingkungan dan
sesudah membuang tinja anak
padahal sesungguhnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus pribadi yang buruk.
atau sebelum makan dan
mengandung virus atau bakteri (MCK).
menyuapi anak.
dalam jumlah besar.
Mekanisme Penularan

Kontaminasi makanan atau air dari tinja atau muntahan penderita yang
mengandung kuman penyebab.

Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila
melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut atau dipake
untuk memegang makanan.

Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga


kebersihannya, tidak memakai sabun pada saat mencuci alat-alat makan
dan minum, mencuci pakaian penderita di sekitar sungai dan sumber air
lainnya.
Etiologi
Toksin dalam makanan Bakteri (inkubasi 12-72 Virus (inkubasi singkat): Protozoa (inkubasi lama):
(inkubasi < 6 jam): jam):
• Bacillus cereus • Vibrio cholerae • Rotavirus • Giardiasis
• Staph. Aureus • E. colienterotoksigenik • Norovirus • Cryptosporidium
• Clostridium spp. (ETEC) • Microsporidiosis
Enterotoxin • Shiga toxin-producing • Disentri amuba
E. coli (EHEC) • Isosporiasis
• E. colienteroinvasif
(EIEC)
• Salmonella
• Shigella
• Campylobacter
• Clostridium difficilea
Manifestasi Klinis
Sumber yang berpotensi tercemar
Diagnosis Diare

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
Anamnesis

Onset Frekuensi Konsistensi

Gejala
penyerta
Durasi Progresivitas (muntah,
nyeri perut,
demam)
Anamnesis
Riwayat perjalanan, aktivitas
seperti berenang, kontak
Kontak dengan sumber yang Riwayat makanan/minuman
dengan keluarga atau orang
berpotensi tercemar yang dikonsumsi 6-24 jam
disekitarnya dengan gejala
patogen terakhir
serupa, juga pola kehidupan
seksual.

Riwayat pengobatan dan


Kebersihan/kondisi tempat
diketahui penyakit lain
tinggal
seperti HIV.
Pemeriksaan Fisik

Status hidrasi
Keadaan umum
Tanda vital
Status gizi
Tanda anemia
Tanda bahaya (nyeri perut hebat)
Pemeriksaan Penunjang

• darah perifer lengkap (DPL), ureum, kreatinin,

Darah elektrolit (Na+, K+, Cl-). Analisis Gas Darah (bila dicurigai
ada gangguan keseimbangan asam basa), Pemeriksaan
toksin (C. Difficile), antigen (E. Hystolitica)

Feses • analisis feses (rutin: lekosit di feses. Pemeriksaan


parasite: amoeba, hifa. Pemeriksaan kultur)
Tatalaksana Diare

Rehidrasi cairan
Pengaturan asupan makanan
Terapi simptomatik
Terapi definitif
Komplikasi
• Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis (terjadi sekitar 1% pada
diare akut pada wisatawan).
• Bisa timbul komplikasi sistemik: hipovolemia, hiponatremia,
hipoglikemia, sepsis, kejang dan ensefalopati, sindroma uremik
hemolitik (HUS), pneumonia, kurang energi protein.
• Komplikasi saluran cerna: perforasi, toksik megacolon.
Pencegahan
 Menjaga kebersihan air, sanitasi makanan dari vector penyebar kuman
seperti lalat, kebiasaan mencuci tangan sebelum kontak dengan makanan.

 Mengkonsumsi makanan yang dimasak secara matang.

 Vaksinasi (terutama untuk wisatawan), namun belum tersedia untuk semua


pathogen yang ada.
Prognosis
• Pada pasien dewasa yang tidak mengalami keterlambatan penanganan, sebagian
besar kasus memiliki prognosis yang baik. Kebanyakan kasus membaik dalam 2
minggu.
• Faktor-faktor yang memiliki prognosis yang lebih buruk bahkan kematian
diantaranya:
 diare disertai darah
 syok hipovolemik
 malnutrisi
 pasien dengan imunocompromize
 pada usia lanjut (>65 tahun)
 infeksi nosocomial atau wabah diare
 tanda-tanda peritonitis

You might also like