You are on page 1of 45

Benjolan di

Payudara
Oleh :
dr. Andi Pradana
Insidensi dan Epidemiologi
 Karsinoma payudara pada wanita menduduki
menduduki tempat nomor dua setelah
karsinoma serviks uterus

 Di Amerika Serikat, karsinoma payudara


merupakan 28 % kanker pada wanita kulit putih,
dan 25 % pada wanita kulit hitam
 Kurva insidensi-usia bergerak naik terus sejak
usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali
ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun

 Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun.


Insidensi karsinoma mamma pada lelaki hanya
1 % dari kejadian pada perempuan
Etiologi

 Penyebab tumor payudara tampaknya


multifaktorial, tetapi faktor penting yang
memulai hiperplasia adalah hiperestrinisme

 Juga faktor genetika dan hormonal


Faktor Resiko

a. Umur wanita lebih dari 40 tahun


b. Riwayat keluarga
c. Riwayat kanker payudara sebelumnya
d. Penyakit payudara jinak.
e. Diit tinggi lemak.
f. Primigravida / multipara lebih dari 30 tahun.
g. Menopause lebih dari 55 tahun
Klasifikasi
1. Penyakit Bawaan
2. Penyakit Peradangan (Mastitis)
3. Penumbuhan jinak : Fibroadenoma
Kelainan fibrokistik
Kistosarkoma filloides
Nekrosis lemak
Papiloma intraductus,
terdiri dari :
Ekstasia ductus mamma
/mastitis sel plasma
Mioblastoma sel granuler
4. Penumbuhan ganas : Adenocarsinoma
Sarcoma
Tingkat Penyebaran
 Kanker payudara sebagian besar mulai berkembang di
duktus, setelah itu baru menembus ke parenkim. Sekitar
15-40 % karsinoma payudara bersifat multisentris

 Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran


dan potensi metastasis. Bila tidak diobati, ketahanan
hidup lima tahun adalah 16 – 22 %, sedangkan
ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1 – 5 %.
 Ketahanan hidup tergantung pada tingkat penyakit, saat
mulai pengobatan, gambaran histopatologik, dan uji
reseptor estrogen yang bila positif lebih baik

 Prosentase ketahanan hidup lima tahun ditentukan pada


penderita yang diobati lengkap. Pada tingkat I ternyata
15 % meninggal dunia karena penentuan TNM
dilakukan secara klinik, yang berarti metastasis kecil dan
metastasis mikro tidak dapat ditemukan.
Klasifikasi penyebaran TNM
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan
Tis Karsinoma in situ dan penyakit paget pada
papila tanpa teraba tumor
To Tidak ada bukti adanya tumor primer
T1 Tumor < 2 cm
T2 Tumor 2 – 5 cm
T3 Tumor > 5 cm
T4 Tumor dengan penyebaran langsung ke dinding
thoraks atau ke kulit dengan tanda udem, tukak, atau
peau d’orange
Nx Kelenjar regional tidak dapat ditentukan
No Tidak teraba kelenjar aksila
N1 Teraba kelenjar aksila homolateral
yang tidak melekat
N2 Teraba kelenjar aksila homolateral yang melekat
satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya
N3 Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

Mx Tidak dapat ditentukan metastasis jauh


Mo Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh termasuk
ke kelenjar supraklavikuler
Prognosis dan tingkat penyebaran
tumor
 I. T1 N0 M0 (kecil, terbatas pada mammae) → 85 %
 II. T2 N1 M0
(tumor lebih besar; kelenjar terkena tetapi terbebas dari
sekitarnya) → 65 %
 III. T0-2 N2 M0, T3 N1-2 M0
(kanker lanjut dan penyebaran ke kelenjar lanjut, tetapi semuanya
terbatas di lokoregional) → 40 %
 IV. T1-4 N1-3 M1 (di luar lokoregional) →10 %
Lokoregional dimaksudkan untuk daerah yang meliputi struktur
dan organ tumor primer, serta pembuluh limfe, daerah saluran
limfe dan kelenjar limfe dari struktur atau organ yang
bersangkutan
Gambaran Klinis dan Diagnosis
 Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke
dokter. Benjolan ganas yang kecil sukar dibedakan dengan
benjolan tumor jinak, tetapi kadang dapat diraba benjolan yang
melekat pada jaringan sekitarnya

 Bila tumor telah besar, perlekatan lebih jelas. Konsistensi


kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan dari puting
biasanya mengarah ke papiloma atau karsinoma intraduktal,
sedangkan nyeri lebih mengarah ke kelainan fibrokistik
Tanda atau Gejala
 a. Nyeri
- Berubah dengan daur menstruasi →Penyebab fisiologi seperti
pada pramenstruasi atau penyakit fibrokistik
- Tidak tergantung daur menstruasi → Tumor jinak, tumor ganas
atau infeksi.

b. Benjolan di payudara
- Keras permukaan licin → fibroadenoma atau kista
Permukaan keras, berbenjol atau melekat pada kanker atau
inflamasi non-infektif
- Kenyal → Kelainan fibrokistik
- Lunak → Lipoma
c. Perubahan kulit
- Bercak → Sangat mencurigakan karsinoma
- Benjolan kelihatan → Kista, karsinoma,
fibroadenoma besar
- Kulit jeruk → Di atas benjolan : kanker (tanda
khas)
- Kemerahan → Infeksi (jika panas)
- Tukak Kanker lama (terutama pada orang tua)
 d. Kelainan puting atau aerola
- Retraksi Fibrosis karena kanker
- Infeksi (fibrosis terjadi pelebaran duktus)
- Eksema Unilateral : penyakit paget (tanda khas Ca)

 e. Keadaan cairan
- Seperti susu → kehamilan atau laktasi
- Jernih → Normal
- Hijau → Perimenopause
→ Pelebaran duktus
→ kelainan fibrolitik
f. Hemoragik → Karsinoma
→ Papiloma Intraduktus
Gambaran Klinik
a. Terdapat benjolan keras yang lebih melekat/terfiksir
b. Tarikan pada kulit di atas tumor
c. Ulserasi atau koreng
d. Peau de’orange
e. Discharge dari puting susu
f. Asimetris payudara
g. Retraksi puting susu
h. Elevasi dari puting susu.
i. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak.
j. Satelit tumor di kulit.
k. Eksim puting susu dan edema
Anamnesis
 Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan utama dari
penderita. Pada mulanya tidak merasa sakit, akan tetapi pada
pertumbuhan selanjutnya akan timbul keluhan sakit.
Pertumbuhan cepat tumor merupakan kemungkinan tumor
ganas
 Batuk atau sesak nafas dapat terjadi pada keadaan dimana tumor
metastasis pada paru
 Tumor ganas pada payudara disertai dengan rasa sakit di
pinggang perlu dipikirkan kemungkinan metastasis pada tulang
vertebra
 Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau
sesudah haid dan dirasakan pada kedua payudara

 Tumor-tumor jinak seperti kista retensi atau tumor


jinak lain, hampir tidak menimbulkan nyeri

 Bahkan kanker payudara dalam tahap permulaanpun


tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau
infiltrasi ke sekitar sudah mulai
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan dengan cara gentle
dan tidak boleh kasar dan keras. Tidak jarang yang keras
menimbulkan radang dibawah kulit
 Orang sakit dengan lesi ganas tidak boleh berulang-ulang
diperiksa oleh dokter atau mahasiswa karena kemungkinan
penyebaran
 Harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah
itu dengan tangan ke atas, dengan posisi pasien duduk. Pada
inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah
kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit
 Dapat dilihat :
- Puting susu tertarik ke dalam
- Eksem pada puting susu
- Edema
- Peau d’orange
- Ulserasi, satelit tumor di kulit
- Nodul pada axilla
Palpasi
 Palpasi harus meliputi seluruh payudara, dari
parasternal kearah garis aksila ke belakang, dari
subklavikular ke arah paling distal

 Palpasi dilakukan dengan memakai 3-4 telapak


jari. Palpasi lembut dimulai dari bagian perifer
sampai daerah areola dan puting susu
Pemeriksaan Sitologi Ca Payudara

 Dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa


kanker payudara melalui tiga cara :
- Pemeriksan sekret dari puting susu
- Pemeriksaan sedian tekan (Sitologi Imprint)
- Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration )
Biopsi
 Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik
yang sering dipergunakan untuk diagnosis berbagai
tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan anestesi lokal
ataupun umum tergantung pada kondisi pasien

 Apabila pemeriksaan histopatologi positif karsinoma,


maka pada pasien kembali ke kamar bedah untuk
tindakan bedah terapetik
Pemeriksaan Penunjang
 Dengan mammografi dapat ditemukan benjolan yang kecil
sekalipun. Tanda berupa mikrokalsifikasi tidak khas untuk
kanker. Bila secara klinis dicurigai ada tumor dan pada
mamografi tidak ditemukan apa-apa, pemerikasaan harus
dilanjutkan dengan biopsi sebab sering karsinoma tidak tampak
pada mammogram
 Sebaliknya, bila mamografi (+) dan secara klinis tidak
teraba tumor, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan
biopsi di tempat yang ditunjukkan oleh foto tersebut.
Mammografi pada masa pramenopause umumnya tidak
bermanfaat karena gambaran Ca di antara jaringan
kelenjar kurang tampak
 Ultrasonografi berguna terutama untuk menentukan
adanya kista, kadang tampak kista sebesar 1-2 cm
 Pemeriksaan sitologi pada sediaan yang diperoleh dari
pungsi dengan jarum halus (FNA=fine needle
aspiration biopsy) dapat dipakai untuk menentukan
apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan
sediaan beku atau akan dilanjutkan dengan pemeriksaan
lain atau langsung akan dilakukan ekstirpasi

 Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi


untuk bedah radikal karena hasil positif palsu selalu
dapat terjadi, sementara hasil negatif palsu sering terjadi
 Sediaan jaringan untuk pemeriksaan histologik dapat
diperoleh secara pungsi jarum besar yang menghasilkan
suatu silinder jaringan yang cukup untuk pemeriksaan
termasuk teknik biokimia

 Core biopsi, dapat digunakan untuk biopsi kelainan


yang tidak dapat diraba seperti temuan pada foto
mamma

 Digunakan pendekatan secara stereofaksi USG atau


pencitraan lain yang juga digunakan pada FNA
Terapi
 Sebelum merencanakan terapi karsinoma mamma, diagnosis
klinis dan histopatologik serta tingkat penyebarannya harus
dipastikan dahulu
 Diagnosis klinis harus sama dengan diagnosis histopatologik.
Bila keduanya berbeda, harus ditentukan yang mana yang keliru.
Atas dasar diagnosis tersebut, termasuk tingkat penyebaran
penyakit, disusunlah rencana terapi dengan mempertimbangkan
manfaat setiap tindakan yang akan diambil
 Bila bertujuan kuratif, tindakan radikal yang berkonsekuensi
mutilasi harus dikerjakan demi kesembuhan. Akan tetapi, bila
tindakannya paliatif, alasan nonkuratif menentukan terapi yang
akan dipilih
Pembedahan
 Untuk mendapat diagnosis histology, biasanya dilakukan biopsy
sehingga tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan pertama
pada pembedahan mamma. Dengan sediaan beku, hasil
pemeriksaan histopatologi dapat diperoleh dalam waktu 15 menit
 Bila pemeriksaan menunjukkan tanda tumor jinak, operasi
diselesaikan. Akan terapi, pada hasil yang menunjukkan tumor
ganas, operasi dapat dilanjutkan dengan bedah kuratif
 Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal,
dan bedah konservatif merupakan eksisi tumor luas
 Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada
payudara dan tidak ada infiltrasi ke dinding dada dan
kulit mamma, atau infiltrasi dari kelenjar limfe ke
struktur sekitarnya. Tumor disebut mampu angkat
(operable) jika dengan tindak bedah radikal seluruh
tumor dan penyebarannya di kelenjar limfe dapat
dikeluarkan
 Bedah radikal meliputi pengangkatan payudara
dengan sebagian besar kulitnya, m. pektoralis
mayor, m. pektoralis minor, dan semua kelenjar
ketiak sekaligus. Pembedahan ini merupakan
pembedahan baku sejak permulaan abad ke-20
hingga tahun lima puluhan
 Setelah tahun 60-an biasanya dilakukan operasi radikal yang
dimodifikasi oleh Patey. Pada operasi ini, m. pektoralis mayor dan
minor dipertahankan jika tumor mamma jelas bebas dari otot
tersebut

 Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan


mempertahankan payudara. Bedah konservatif ini selalu
ditambah diseksi kelejar aksila dan radioterapi pada (sisa)
payudara tersebut

 Syarat mutlak untuk operasi ini adalah tumor merupakan tumor


kecil dan tersedia sarana radioterapi yang khusus (megavolt)
untuk penyinaran
 Penyinaran dilakukan untuk mencegah kambuhnya
tumor di payudara dari jaringan tumor yang tertinggal
atau dari sarang tumor lain (karsinoma multisentrik)

 Bila ada kemungkinan dan tersedia sarana penyinaran


pascabedah, dianjurkan terapi yang mempertahankan
payudara, yaitu berupa lumpektomi luas,
segmentektomi, atau kuadrantektomi dengan diseksi
kelenjar aksila, yaitu terapi kuratif dengan
mempertahankan payudara
 Bila dilakukan pengangkatan mamma, pertimbangkan
kemungkinan rekonstruksi mamma dengan implantasi
protesis atau cangkok flap muskulokutan. Implantasi
protesis atau rekontruksi mamma secara cangkok dapat
dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa
waktu setelah penyinaran, kemoterapi ajuvan, atau
rehabilitasi penderita selesai
Radioterapi
 Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai
terapi kuratif dengan mempertahankan mamma, dan sebagai
terapi tambahan atau terapi paliatif.
Radioterapi kuratif sebagai terapi tunggal lokoregional tidak
begitu efektif, tetapi sebagai terapi tambahan untuk tujuan
kuratif pada tumor yang relatif besar berguna
 Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk
waktu terbatas bila tumor sudah tak mampu-angkat bila
mencapai tingkat T4, misalnya ada perlekatan pada dinding
thoraks atau kulit
 Pada penyebaran di luar daerah lokoregional, yaitu di luar
kawasan payudara dan ketiak, bedah payudara tidak berguna
karena penderita tidak dapat sembuh.
Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supraklavikula
diradiasi. Akan tetapi, penyulitnya adalah pembengkakan lengan
karena limfudem akibat rusaknya kelenjar ketiak supraklavikula

 Jadi, radiasi harus dipertimbangkan pada karsinoma mamma


yang tidak mampu angkat jika ada metastasis. Kadang masih
dapat dipikirkan amputasi mamma setelah tumor mengecil oleh
radiasi.
Kemoterapi
 Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada
penyebaran sistemik, dan sebagai terapi ajuvan.
Kemoterapi ajuvan diberikan kepada pasien yang pada
pemeriksaan histopatologik pascabedah mastektomi ditemukan
metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar

 Tujuannya adalah menghancurkan mikrometastasis yang biasanya


terdapat pada pasien yang kelenjar aksilanya sudah mengandung
metastasis
 Obat yang diberikan adalah kombinasi siklofodfamid,
metotreksat, dan 5-fluorourasil (CMF) selama enam
bulan pada perempuan usia pramenopause, sedangkan
kepada yang pasca menopause diberikan terapi ajuvan
hormonal berupa pil antiestrogen.

 Kemoterapi paliatif dapat diberikan kepada pasien yang


telah menderita metastasis sistemik. Obat yang dipakai
secara kombinasi, antara lain CMF atau vinkristin dan
adriamisin (VA), atau 5 fluorourasil, adriamisin
(adriablastin), dan siklofosfamid (FAC)
Terapi hormonal
 Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila
penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh. Terapi
hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum
kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek
sampingnya kurang, tetapi tidak semua karsinoma
mamma peka terhadap terapi hormonal
 Hanya kurang lebih 60 % yang bereaksi baik dan
penderita mana yang ada harapan memberi respons
dapat diketahui dari “uji reseptor estrogen” pada
jaringan tumor
 Terapi hormonal paliatif dapat dilakukan pada
penderita yang pramenopause dengan cara ovarektomi
bilateral atau dengan pemberian antiestrogen, seperti
tamoksifen atau aminoglutetimid
 Terapi hormon diberikan sebagai ajuvan kepada pasien
pascamenopause yang uji reseptor estrogennya positif
dan pada pemeriksaan histopatologik ditemukan
kelenjar aksila yang berisi metastasis. Obat yang dipakai
adalah sediaan anti estrogen tamoksifen, kadang
menghasilkan remisi selama beberapa tahun
Prognosis
 Prognosis tumor payudara tergantung dari :
a. Besarnya tumor primer.
b. Banyaknya/besarnya kelenjar axilla
yang positf.
c. Fiksasi ke dasar dari tumor primer.
d. Tipe histologis tumor/invasi
ke pembuluh darah.
e. Tingkatan tumor anaplastik.
f. Umur/keadaan menstruasi.
g. Kehamilan
 Terima kasih

You might also like