Professional Documents
Culture Documents
Bergantung pada:
Umur pasien
Berat badan
Status fisik
Derajat kecemasan
Riwayat hospitalisasi sebelumnya (terutama pada anak)
Riwayat reaksi terhadap obat premedikasi sebelumnya (bila pasien
pernah diberi anestesi sebelumnya)
Riwayat penggunaan obat-obat tertentu yang kemungkinan dapat
berpengaruh pada jalannya anestesi (misalnya pada pemberian
kortikosteroid, antibiotika tertentu)
Perkiraan lamanya operasi
Macam dan jenis operasi (misalnya terencana atau darurat, pasien
rawat inap atau rawat jalan serta rencana obat anestesi yang akan
digunakan.
Obat-obat premedikasi yang umum diberikan
untuk anjing adalah :
a) tranquilliser seperti acepromazin,
diazepam, midazolam, xilazin dan
medetomidin,
b) narkotik seperti morfin, oksimorfon,
meperidin,
c) antikolinergik seperti atropin dan
glikopirolat.
Atropin merupakan agen antimuskarinik yang
menghambat asetilkolin atau stimulan kolinergik
lain.
Dengan dosis yang tinggi atropin dapat memblokir
reseptor nikotin.
Penggunaan dengan dosis rendah atropin akan
menghambat produksi saliva, menghambat sekresi
bronkus serta keringat.
Pada dosis medium atropin menyebabkan dilatasi
pupil mata dan meningkatkan denyut jantung.
Penggunaan dosis tinggi akan mengurangi motilitas
gastrointestinal dan saluran urinaria,
sedangkan untuk dosis yang sangat tinggi atropin
akan menghambat sekresi lambung (FKH IPB, 2012).
Xilazin sering digunakan pada anjing untuk
tujuan sedasi dengan periode analgesia yang
lebih singkat, juga digunakan sebagai obat
premedikasi sebelum anestesi lokal atau
anestesi umum.
Pada anjing xilazin dapat memberikan efek
samping seperti tremor otot, bradikardia
dengan blokade A-V dan mengurangi
frekuensi respirasi (FKH IPB, 2012).
Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berati
tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau sensasi,
sehingga anestesi berarti suatu keadaan hilangnya
rasa atau sensasi tanpa atau disertai dengan
hilangnya kesadaran. Anestesi adalah keadaan tanpa
rasa tetapi bersifat sementara dan dapat kembali
kepada keadaan semula.
Klasifikasi status fisik yang lazim digunakan untuk menilai
kebugaran fisik seseorang ialah yang berasal dari The American
Society of Anesthesiologist (ASA). Klasifikasi ASA antara lain :
ASA I : pasien dalam kondisi sehat