You are on page 1of 24

TUJUAN PREMEDIKASI

Dua tujuan umum premedikasi Tujuan lain dari premedikasi


yang diajukan oleh Beecher anestesi, seperti yang ditemukan
pada tahun 1955 adalah dalam literatur, adalah untuk:
sebagai berikut:  mencegah nyeri pasca operasi,
 untuk memberi kenyamanan  memberikan profilaksis yang
pada pasien saat bedah dan efektif terhadap PONV (Mual
 untuk mencegah terjadinya dan muntah pasca operasi),
masalah-masalah pada saat  mengurangi menggigil
diberi anestesi, membantu perioperatif,
proses anestesi dan  menurunkan pruritus pasca
pembedahan. operasi,
 menurunkan sekresi lambung,
 mencegah reaksi alergi,
 menekan respons refleks
terhadap rangsangan bedah,
dan
 menurunkan kebutuhan
anestesi untuk prosedur
pembedahan (Sheen M. J., et
al. 2014).
FAKTOR-FAKTOR DALAM PEMILIHAN
AGEN PREMEDIKASI

Bergantung pada:
 Umur pasien
 Berat badan
 Status fisik
 Derajat kecemasan
 Riwayat hospitalisasi sebelumnya (terutama pada anak)
 Riwayat reaksi terhadap obat premedikasi sebelumnya (bila pasien
pernah diberi anestesi sebelumnya)
 Riwayat penggunaan obat-obat tertentu yang kemungkinan dapat
berpengaruh pada jalannya anestesi (misalnya pada pemberian
kortikosteroid, antibiotika tertentu)
 Perkiraan lamanya operasi
 Macam dan jenis operasi (misalnya terencana atau darurat, pasien
rawat inap atau rawat jalan serta rencana obat anestesi yang akan
digunakan.
 Obat-obat premedikasi yang umum diberikan
untuk anjing adalah :
a) tranquilliser seperti acepromazin,
diazepam, midazolam, xilazin dan
medetomidin,
b) narkotik seperti morfin, oksimorfon,
meperidin,
c) antikolinergik seperti atropin dan
glikopirolat.
 Atropin merupakan agen antimuskarinik yang
menghambat asetilkolin atau stimulan kolinergik
lain.
 Dengan dosis yang tinggi atropin dapat memblokir
reseptor nikotin.
 Penggunaan dengan dosis rendah atropin akan
menghambat produksi saliva, menghambat sekresi
bronkus serta keringat.
 Pada dosis medium atropin menyebabkan dilatasi
pupil mata dan meningkatkan denyut jantung.
 Penggunaan dosis tinggi akan mengurangi motilitas
gastrointestinal dan saluran urinaria,
 sedangkan untuk dosis yang sangat tinggi atropin
akan menghambat sekresi lambung (FKH IPB, 2012).
 Xilazin sering digunakan pada anjing untuk
tujuan sedasi dengan periode analgesia yang
lebih singkat, juga digunakan sebagai obat
premedikasi sebelum anestesi lokal atau
anestesi umum.
 Pada anjing xilazin dapat memberikan efek
samping seperti tremor otot, bradikardia
dengan blokade A-V dan mengurangi
frekuensi respirasi (FKH IPB, 2012).
Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berati
tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau sensasi,
sehingga anestesi berarti suatu keadaan hilangnya
rasa atau sensasi tanpa atau disertai dengan
hilangnya kesadaran. Anestesi adalah keadaan tanpa
rasa tetapi bersifat sementara dan dapat kembali
kepada keadaan semula.
Klasifikasi status fisik yang lazim digunakan untuk menilai
kebugaran fisik seseorang ialah yang berasal dari The American
Society of Anesthesiologist (ASA). Klasifikasi ASA antara lain :
 ASA I : pasien dalam kondisi sehat

 ASA II : pasien dengan kelainan sistemik ringan – sedang yang


tidak berhubungan dengan pembedahan, dan pasien masih
dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
 ASA III : pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga
aktivitas rutin terbatas. ASA IV : pasien dengan kelainan
sistemik berat tidak dapat melakukan aktivitas rutin dan
penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat
(mengancam jiwa dengan atau tanpa pembedahan).
 ASA V : pasien tidak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun
dioperasi atau tidak.
 ASA VI : brain-dead. Jika akan dilakukan operasi darurat dapat
mencantumkan tanda darurat E.
 Stadium I (Anelgesia)  Stadium II (Eksitasi)
Stadium anelgesia dimulai sejak Stadium ini dimulai sejak hilangnya
pemberian anestetik sampai kesadaran sampai munculnya
hilangnya kesadaran. Pada pernapasan yang teratur yang
stadium ini pasien tidak lagi merupakan tanda dimulainnya stadium
merasakan nyeri (anelgesia), pembedahan.Pernapasan tidak teratur,
tetapi masih sadar. Pernapasan kadang-kadang apnea dan hiperpnea,
masih dipengaruhi kemauan dan tonus otot rangka meningkat, kadang
keras, frekuensi nafas, dan pulsus sampai mengalami inkontinesia, dan
meningkat, pupil melebar, terjadi muntah. Hal ini terjadi karena
urinasi, dan defekasi. hambatan pada pusat inhibisi. Pada
stadium ini dapat terjadi kematian,
maka pada stadium ini harus
diusahakan cepat dilalui. Pada tahap
ini kehilangan kesadaran, respon
terhadap stimulasi meningkat (hewan
masih berteriak di bawah sadar),
gerakan kaki ke belakang masih keras,
nafas singkat dan tidak teratur, reflek
menelan, dan muntah, masih ada dan
reflek batuk masih ada.
 Stadium IV (Depresi medulla
 Stadium III (Pembedahan) oblongata)

Stadium III dimulai dengan tumbulnya Stadium IV ini, dimulai dengan


kembali pernapasan yang teratur dan melemahnya pernapasan perut
berlangsung sampai pernapasan dibanding stadium III tingkat 4.
spontan hilang. Pada stadium ini Tekanan darah tidak dapat diukur
dibagi lagi menjadi 4 tingkat dan tiap karena pembuluh darah kolaps, dan
tingkatan dibedakan dari perubahan jantung berhenti berdenyut.
pada gerakan bola mata, refleks bulu Keadaan ini dapat segera disusul
mata dan konjungtiva, tonus otot dan dengan kematian, kelumpuhan
lebar pupil yang menggambarkan napas di sini hanya dapat diatasi
semakin dalamnya pembiusan dengan alat bantu napas dan
sirkulasi. Stadium ini ditandai
dengan paralisa otot thorak
sempurna, hanya diafragma yang
masih aktif selama inspirasi,
dinding thorak mengempes
kedalam sehingga hewan tersengal-
sengal, pulsus meningkat cepat,
pupil menggembung, bola mata
seperti mata ikan (sekresi air mata
terhenti), pernafasan melemah
akhirnya hewan mati, warna
mukosa mulut, mata, dan lidah
menjadi abu-abu.
PRE-ANESTHETICS AND ANALGESICS
1. Antikolinergik
 Atropin
 Memblock aksi asetilkolin di ujung terminal sistem saraf
parasimpatik, sehingga membalikkan efek parasimpatik.

 Efek Peningkatan denyut jantung, Mengurangi aktivitas GI,


Penurunan sekresi air mata dan saliva. Dapat diberikan IV,
IM atau SC. Durasi efek: 45-90 menit
 Glycopyrrolate
Turunan sintetik atropin dengan efek serupa. Dimana Onset
dan durasi efek lebih lama dari atropin - tidak untuk
digunakan dalam situasi darurat. Mungkin lebih sedikit
menyebabkan takikardia dan aritmia jantung daripada
atropin
2. Opioids
Kelompok obat alami dan sintesis yang digunakan
dalam aktivitas analgesik.
 Butorphanol (Torbugesic®)
Efek Analgesia ringan hingga sedang, obat
penenang sedang-kuat. Metode Penggunaan
Dapat diberikan IV, IM atau SQ. Durasi efeknya
adalah 30-60 menit pada anjing dan 1-3 jam
pada kucing . Tindakan pencegahan Durasi aksi
yang pendek mungkin memerlukan penambalan
ulang tambahan pasca analgesik tambahan.
3. PHENOTHIAZINES
 Acepromazine (Nama lain acetylpromazine)

 Efek penggunaan APZ pada anjing dapat menurunkan tekanan


darah 3 menit setelah pemberian 1 mg/kg melalui injeksi IM,
setelah 2 jam terjadi peningkatan kembali tekanan darah dan
bertahan selama 1.5 jam.
 Penggunaan Klinik , Handling dan restrain hewan dan APZ :
diberikan secara oral, IM dan IV baik dosis tunggal atau
dikombinasikan dengan ketamine, atropin dan kloral hidart .
Tidak dapat dikombinasikan dengan diazepam, glycopirrolate.
 Dosis anjing premedikasi 0.03-0.05 mg/Kg (IM), restraint/
sedasi : 0.025 -0.2 mg/Kg , kucing – restraint 0.05- 0.1 mg/Kg
(IV).
 Toksisitas: pada hewan besar— protrusion penis (memanjangnya
penis pada kuda) dan prolaps pada membran nictitans pada kuda
dan anjing.
 APZ tidak direkomendasikan opda hewan konsumsi karena
berpotensi resiko untuk terjadinya residu dalam danging dan
pruduk susu .
4. NSAIDS (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs)
 Ketoprofen
 Metode Penggunaan dapat diberikan PO, IM atau
IV, durasi efeknya adalah 12-18 jam.
 Tindakan pencegahan hindari pada hewan dengan
penyakit hati atau ginjal dan pada pasien
dehidrasi atau hipotensi.
 Jangan gabungkan dengan obat lain yang
diketahui dapat mengubah hemostasis atau
menyebabkan erosi gastrointestinal (aspirin,
kortikosteroid, dll).
 Umumnya dihindari untuk penggunaan jangka
panjang karena risiko besar efek samping GI
dengan penggunaan jangka.
5. ALPHA-2 AGONISTS
 Dexmedetomidine (DexDomitor®)
 Mode aksi Alpha-2 adrenoreceptor agonists - Stimulasi
dari reseptor-reseptor ini menyebabkan penurunan
level norepinefrin yang dilepaskan di otak sehingga
terjadi sedasi dan analgesia.
 Metode Penggunaan, Dapat diberikan IM atau IV.
Onset aksi setelah injeksi IM adalah 5 menit dan 1
menit setelah dosis IV. Durasi sedasi adalah 30-90
menit.
 Biasanya digunakan pada dosis yang lebih rendah dari
dosis yang direkomendasikan.
 Tindakan pencegahan Dapat berpotensi menyebabkan
komplikasi kardiovaskular
 Standar dosis obat ini hanya diberikan kepada pasien
muda yang sehat
INDUKSI
1. DISSOCIATIVES (Cyclohexamines)
 Ketamin
 Merupakan larutan larutan yang tidak berwarna,
stabil pada suhu kamar dan relatif aman.
 Untuk induksi ketamin secara intravena dengan
dosis 2 mm/kgBB dalam waktu 60 detik, stadium
operasi dicapai dalam 5-10 menit. Untuk
mempertahankan anestesi dapat diberikan dosis
ulangan setengah dari semula. Ketamin
intramuscular untuk induksi diberikan 10
mg/kgBB, stadium operasi terjadi dalam 12-25
menit.
2. BENZODIAZEPINES
Diazepam (Valium®)
 Menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran
yang disertai nistagmus dan bicara lambat, tetapi
tidak berefek analgesik.
 efek anestesi diazepam kurang memuaskan
karena mula kerjanya lambat dan masa
pemulihannya lama.
 Dapat diberikan PO atau IV. Umumnya digunakan
untuk anestesi dalam kombinasi dengan
ketamine, opioid atau propofol. Tidak larut
dalam air. Tindakan pencegahan, gunakan dengan
hati-hati pada hewan dengan penyakit hati atau
ginjal.
3. OTHER INDUCTION / MAINTENANCE AGENTS
Propofol
 Efek pemberian anestesi umum intravena
propofol (2 mg/kg) menginduksi secara cepat
seperti tiopental. Rasa nyeri kadang terjadi
ditempat suntikan, tetapi jarang disertai dengan
thrombosis.
 Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik
kira-kira 80% tetapi efek ini lebih disebabkan
karena vasodilatasi perifer daripada penurunan
curah jantung.
1. Anestesi Lokal
Adalah substansi yang dapat menghilangkan rasa
sakit (sensibilitas) secara lokal dengan penghambatn
impuls saraf perifer secara reversibel tanpa disertai
hilangnya kesadaran. Beberapa teknik yang dilakukan
 Anestesi Topikal , Anestesi topikal salah satunya ialah
LMX4 (Ferndale Healthcare, Ferndale, Mich.) LMX4
ialah krim lidokain 4% membutuhkan waktu sekitar
20-30 menit untuk menghasilkan efek.
 Infiltrasi lokal, ini dilakukan pemblokiran pada
daerah tertentu dan dapat dilakukan sebelum insisi
atau setelahnya penutupan luka insisional. Sebelum
melakukan sayatan bedah makan perlu menyuntikkan
anestesi lokal secara subkutan.
2. Anestesi Regional
Adalah substansi yang dapat menghilangkan rasa sakit (sensibilitas)
pada suatu daerah atau regio tertentu secara reversibel tanpa disertai
hilangnya kesadaran. Anestesi regional berupa epidural anestesi, spinal
anestesi dan para vertebral anestesi.
 Anestesi Epidural Adalah suatu substansi lokal anestesi yang
dideposisikan di antara durameter dan periosteum dari Canalis Spinalis
(Epidural space)

Tampak Dorsal (Modified from Gaynor JS,


Tampilan lateral dari daerah
Muir WW III: Handbook of veterinary pain
lumbosakral anjing.
management, ed 2, St Louis, 2009, Mosby.)
3. Anestesi Umum
 Anestesi umum adalah substansi yang dapat mendepres susunan
saraf pusat (SSP) secara reversibel sehingga hewan kehilangan
rasa sakit (sensibilitas) diseluruh tubuh, reflek otot hilang dan
disertai dengan hilangnya kesadaran.
 Anestesi ini terdiri dari dua jenis yaitu diberikan secara inhlasi
(Volatil) dan Injeksi/parenteral (Nonvolatil).
a.NonVolatileAnestetik, -Barbiturat (Ketamin, Alphaxalone,
Khloralhidrat) dan –NonBarbiturat b.VolatileAnestetik (Halothan,
Metoxyfluran, Trichoroethylen, Enfluran, Choroform, Ether)
 Tanda-tanda anestesi umum telah bekerja adalah hilangnya
koordinasi anggota gerak, hilangnya respon saraf perasa dan
pendengaran, hilangnya tonus otot, terdepresnya medulla
oblongata sebagai pusat respirasi dan vosomotor, bila terjadi
overdosis hewan akan mati.
4. Anestesi Inhalasi
 Anestesi ini diberikan dengan cara memasukkan uap ke dalam
paru-paru hewan, karenanya disebut juga sebagai “Anestesi
Inhalasi”. Terjadi anestesi karena uap yang dihirup masuk dari
alveoli mendifusi membran alveoli dan melarut ke dalam darah
paru-paru yang selanjutnya dari paru-paru mendifusi masuk ke
jaringan tubuh terutama otak.
 Anestesi inhalasi terdiri dari 1) Anestesi Inhalasi mayor
(Methoxyfurance, Halothane, nitous oxide) , 2) anestesi inhalasi
minor (Ether, chloroform, Cyclupropan, Trichloroethyline), 3)
Anestesi inhalasi lain (Ethyl Chloride, Carbon dioxide)
Cara pemberian anestesi inhalasi adalah
1. Auto Inhalasi
Udara dihirupkan melewati permukaan anestetikum atau melewati
suatu bantalan yang dibasahi dengan anestetikum.
2. Metode umpan balik
Udara atau oksigen dicampur dengan 5% CO2 dihembuskan diatas
permukaan anestetika. Campuran gas ini akan dibawa ke masker
atau pipa endotracheal. Metode umpan balik posotof dapat
diterapkan dengan empat cara : 1. Metode terbuka: 2. Metode Semi
terbuka : 3. Metode tertutup dan 4. Metode semi tertutup.

You might also like