You are on page 1of 22

LP DAN ASKEP WAHAM

KELOMPOK 2
Nama Anggota:
1. Defindra Yudha Pramana
2. Tria Oktaviana Rahajeng
3. Syahrul Hardiyanto
4. Arfi Nur ‘Afifah
PENGERTIAN
 Waham merupakan keyakinan seseorang
berdasarkan penelitian realistis yang
salah, keyakinan klien tidak konsisten
dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya (Keliat, BA, 1998).
 Waham adalah kepercayaan yang salah
terhadap objek dan tidak konsisten
dengan latar belakang intelektual dan
budaya (Rawlins, 1993).
FAKTOR PENYEBAB
 Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan
timbulnya waham (Stuart adn Sundeen,
1995.dikutip oleh Keliat, B.A.1998) adalah:
1. Biologis
 Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSP

2. Psikososial
 Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
3. Sosial Budaya
 Kehidupan sosial budaya dapat pula
mempengaruhi timbulnya waham seperti
kemiskinan.
 Adapun faktor presipitasinya antara lain:
1. Faktor social budaya
 Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan
dengan orang yang berarti atau diasingkan dari
kelompok.
2. Faktor biokimia
 Dopamine, norepineprine, dan zat halusinogen
lainnya diduga dapat menjadi penyebab waham
pada seseorang.
3. Faktor psikologis
 Kecemasan yang memandang dan terbatasnya
kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga
klien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang menyenangkan.
TANDA DAN GEJALA
 Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan
waham (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa RSJP
Bogor di kutip oleh RSJP Banjarmasin, 2001) yaitu:
 a. Waham dengan perawatan minimal seperti:
berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita,
bersosialisasi dengan orang lain, mau makan dan
minum, dll
 b. Waham dengan perawatan parsial seperti:
iritable, cenderung menghindari orang lain.
mendominasi pembicaraan, dll
 c. Waham dengan perawatan total seperti: melukai
diri dan orang lain, menolak makan / minum obat
karena takut diracuni, gerakan tidak terkontrol, dll
JENIS-JENIS WAHAM
a. Waham Kebesaran
 Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi,
orang yang pandai sekali, orang kaya.
b. Waham Berdosa
 Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan
suatu dosa yang besar.
c. Waham Dikejar
 Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh
orang lain atau kelompok orang yang bermaksud berbuat
jahat padanya.
d. Waham Curiga
 Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya.
Individu curiga terhadap sekitarnya.
e. Waham Cemburu
 Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
 Keyakinan tentang berbagai penyakit yang
berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang
membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
 Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu
tentang agama.
h. Waham Nihilistik
 Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau
dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
 Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi
atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.
FASE TERJADINYA WAHAM
1. Fase Lack of Human need
 Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-
kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis.
2. Fase lack of self esteem
 Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan
tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (kenyataan dengan
harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
 Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang
ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah
kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan kenyataan.
4. Fase environment support
 Adanya beberapa orang yang mempercayai klien
dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa
didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
5. Fase comforting
 Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan
kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya.
6. Fase improving
 Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-
upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat.
RENTANG RESPON
 Rentangperilaku klien dapat diidentifikasi
sepanjang rentang respon sehingga perawat
dapat menilai apakah repson klien adaptif atau
maladaptive.
MEKANISME KOPING

 Tidakmemiliki kelainan dalam orientasi


kecuali klien waham spesifik terhadap
orang, tempat, waktu. Daya ingat atau
kognisi lainnya biasanya akurat.
Pengendalian implus pada klien waham
perlu diperhatikan bila terlihat adanya
rencana bunuh diri, membunuh, atau
melakukan kekerasan pada orang lain.
KOMPLIKASI

 Kliendengan waham dapat berakibat


terjadinya resiko mencederai diri, orang
lain dan lingkungan. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi
farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti:
terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi
somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi
keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang
semuanya bertujuan untuk memperbaiki
perilaku klien dengan waham pada gangguan
skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir
adalah rehabilitasi sebagai suatu proses
refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien
agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar dalam kehidupan masyarakat
ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM

 1.PENGKAJIAN
 Isi pengkajiannya meliputi:

 Identifikasi klien

 Keluhan utama / alasan masuk


 Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga
faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan:
1. Psikologis
2. Biologis
3. Sosial Budaya
4. Aspek fisik / biologis
5. Aspek psikososial
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Masalah keperawatan yang sering muncul yang
dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah:
b. Gangguan proses pikir; waham.
c. Kerusakan komunikasi verbal.
d. Resiko menciderai orang lain.
e. Gangguan interaksi sosial: menarik diri.
f. Gangguan konsep diri; harga diri rendah.
g. Tidak efektifnya koping individu.
POHON MASALAH
3. INTERVENSI
 Tujuan umum : Klien tidak terjadi
kerusakan komunikasi verbal
 Tujuan khusus :
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat.
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang

dimiliki.
 Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang
tidak terpenuhi.
 Klien dapat berhubungan dengan realitas.

 Klien dapat menggunakan obat dengan benar

 Klien dapat dukungan dari keluarga


NOC NIC ASKEP WAHAM

1. Dx 1
 NOC: Distorted thought control
 NIC: Management delusi

2. Dx 2
 NOC: -Anxiety self control
-Coping
-Sensory function (hearing and vision)
-Fear self control
 NIC: Communication enhancement (speech)
3. Dx 3
 NOC: -Abuse protection

-Impuls self control


 NIC: Behavior management

4. Dx 4

 NOC: -Self estem situasional

-Communication impaired verbal


NIC: Modifikasi perilaku (ketrampilan sosial)
Dx 5
 NOC: Harga diri meningkat

 NIC: Self estem enhancement (peningkatan


harga diri)
Dx 6
 NOC: -Decision making

-Role inhasment
-Social support
 NIC: -Dicision making

You might also like