You are on page 1of 44

APLIKASI TEKNOLOGI BIOGAS UNTUK

PENGENDALIAN PENCEMARAN
USAHA SKALA KECIL (USK)

Oleh:
ASDEP PENGENDALIAN PENCEMARAN AGROINDUSTRI
DAN USK

Deputi Pengendalian Pencemaran Lingkungan,


KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
DASAR KEBIJAKAN
 UU. NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNAGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

 UU. NOMOR 20 TAHUN 2008


TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH
UKL-UPL (Pasal 34 – 35 UU PPLH
No. 32 TH 2009)
Setiap
usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
AMDAL wajib memiliki UKL-UPL

Gubernur atau Bupati/Walikota menetapkan jenis


usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL

Bagi usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi


kriteria usaha mikro dan kecil wajib membuat Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan.
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup (Pasal 42
UU PPLH No. 32 TH 2009)

1. Pemerintah & Pemda wajib mengembangkan dan


menerapkan instrumen ekonomi lingkungan
hidup.

2. Instrumen ekonomi lingkungan hidup mencakup:


a. Perencanaan pembangunan dan kegiatan
ekonomi;
b. Pendanaan lingkungan; dan
c. Insentif dan/atau disinsentif.
UU NO 20 TAHUN 2008
TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

ASAS BERWAWASAN LINGKUNGAN

PEMERINTAH DAN PEMDA MEMFASILITASI PENGEMBANGAN


USAHA BIDANG :

 PRODUKSI DAN PENGOLAHAN


 PEMASARAN
 SDM
 DESAIN DAN TEKNOLOGI MELESTARIKAN LH
USAHA KECIL
ADALAH USAHA EKONOMI PRODUKTIF YANG BERDIRI SENDIRI, YANG
DILAKUKAN OLEH ORANG PERORANGAN ATAU BADAN USAHA YANG
BUKAN MERUPAKAN ANAK PERUSAHAAN ATAU BUKAN CABANG
PERUSAHAAN YANG DIMILIKI, DIKUASAI, ATAU MENJADI BAGIAN
BAIK LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG DARI USAHA MENENGAH
ATAU USAHA BESAR YANG MEMENUHI KRITERIA USAHA KECIL

KRITERIA USAHA KECIL ;

1. KEKAYAAN BERSIH RP. 50 JT S/D 500 JT TIDAK TERMASUK


TANAH DAN BANGUNAN
2. HASIL PENJUALAN TAHUNAN LEBIH DARI RP. 300 JT
S/D PALING BANYAK Rp. 2,5 M
USAHA MIKRO :
ADALAH USAHA PRODUKTIF MILIK ORANG PERORANGAN
DAN/ATAU BADAN USAHA PERORANGAN YANG MEMENUHI
KRITERIA USAHA MIKRO

KRITERIA USAHA MIKRO :


1. MEMILIKI KEKAYAAN BERSIH PALING BANYAK
Rp. 50 JT TIDAK TERMASUK TANAH DAN
BANGUNAN
2. MEMILIKI HASIL PENJUALAN TAHUNAN
PALING BANYAK Rp. 300 JT
Sistem
Pengendalian
Pencemaran USK
Kontribusi Sumber Pencemar Air
DAS CILIWUNG
Pilihan Rencana Aksi Penurunan Beban Pencemar Ternak Sapi dI Kab.Bogor
Instansi Cakupan Biaya Pembangunan Penurunan beban Biaya Pembangunan Penurunan beban
(jlh sapi) Biodigester (rupiah) BOD (%) per th Biodigester (rupiah) 10 th BOD (%) stlh 10 th
KLH 100 500.000.000 0,02 5.000.000.000 0,17
Pemda 200 1.000.000.000 0,03 10.000.000.000 0,35
Cakupan
Biodigester
Total 300 1.500.000.000 0,05 15.000.000.000 0,52

Rencana Aksi Penurunan Beban Pencemar Industri Tahu di Kota Bogor


Kapasitas IPAL
Biaya Pembangunan Penurunan beban Biaya Pembangunan Penurunan beban
Instansi
jlh kedelai
(kg/hr) IPAL (rupiah) BOD (%) per thn IPAL (rupiah) 2 th BOD (%) stlh 2 th
KLH 2.759 662.040.000 1,48 1.324.080.000 2,97
Pemda/KKUKM
2.759 662.040.000 1,48 1.324.080.000 2,97
Kapasitas IPAL
Total 5.517 1.324.080.000 2,97 2.648.160.000 5,94
Kewajiban Kota Depok menurunkan beban pencemar 14,91 %

Pilihan Rencana Aksi Penurunan Beban Pencemar Air Limbah Rumah tangga
dan Ternak Sapi
Instansi Cakupan
IPAL Biaya Pembangunan Biaya Pembangunan Penurunan beban Penurunan beban
(jlh org) IPAL per thn (rupiah) IPAL 10 thn (rupiah) BOD (%) per thn BOD (%) per thn setlh 10 th
KLH 1.000 1.000.000.000 10.000.000.000 0,06 0,59
KemPU 15.000 15.000.000.000 150.000.000.000 0,89 8,85
Pemda 7.500 7.500.000.000 75.000.000.000 0,44 4,43
Cakupan IPAL
Total 23.500 23.500.000.000 235.000.000.000 1,39 13,87

Instansi Cakupan
Biodigester
Biaya Pembangunan Penurunan beban Biaya Pembangunan Penurunan beban
(jlh sapi) Biodigester (rupiah) BOD (%) per thn Biodigester (rupiah) 10 th BOD (%) stlh 10 th
KLH 100 500.000.000 0,01 5.000.000.000 0,08
Pemda/ESDM
200 1.000.000.000 0,02 10.000.000.000 0,16
Cakupan
Biodigester
Total 300 1.500.000.000 0,02 15.000.000.000 0,24
TOTAL POTENSI BEBAN PENCEMARAN DI
DAS KAPUAS

BOD COD TSS


Rumah Tangga Peternakan Rumah Tangga Peternakan Rumah Tangga Peternakan
Pertanian Sampah Pertanian Sampah Pertanian Sampah
Industri Industri Industri

3% 4% 2%

27% 39% 27% 39% 33%


47%

18% 14%
13% 16% 16%
2%
Hasil Inventarisasi
dan Identifikasi di
DA S Ayung,
Prov.Bali

14
Estimasi Investasi Biogas Ternak

Investasi Biogas
Segmen Nama Kab/Kota Kecamatan
Ternak (Rupiah)

1 Bangli Kintamani
190,507,500,000

2 Kab.Badung Petang
104,262,500,000

Kab.Gianyar Payangan
145,395,000,000

3 Kab.Gianyar Ubud
39,062,500,000

4 Kab.Badung Abiansenmal
39,062,500,000

5 Kota Denpasar Denpasar Utara


13,307,500,000

Denpasar Timur
22,230,000,000

Total
553,827,500,000
15
Persentase BOD (%) di DAS Jangkok
Penduduk
0% 0%
Sampah
37% Pertanian
51% Peternakan
Hotel
11% Rumah sakit

1%
Estimasi Investasi Biogas Ternak di DAS Jangkok, NTB

17
Sistem Pembinaan Pengelolaan Limbah USK

• Identifikasi jenis dan teknologi best


manajemen practises; mempertimbangkan
aspek: pembiayaan, operasional, pemeliharaan
dan akses lahan
• Pembinaan teknis berkenaan dengan
peningkatan kesadaran, pemahaman dan
penaatan terhadap peraturan perundang-
undangan
• Bantuanteknis; pembangunan infrastruktur
pengelolaan limbah (percontohan)
Teknologi Biogas untuk USK

Kegiatan penurunan beban pencemaran pada


Bidang Usaha skala Kecil (USK) KLH pada tahun
2007-2014 difokuskan pada pemanfaatan
limbah dan pengolahan limbah industri
tahu dan usaha ternak sapi karena pada
kedua kegiatan/usaha tersebut telah tersedia
teknologi tepat guna yang sudah terbukti handal
serta murah dan mudah dalam pengoperasian
dan pemeliharaan. Teknologi pengolahan limbah
yang memenuhi kriteria tersebut adalah
teknologi biogas.
Sistem Pengelolaan Limbah
IndustriTahu
 Bahan baku: kedelai, asam cuka, air
 Teknologi sederhana dgn manajemen
tradisional
 Umumnya lokasi menyatu dengan
permukiman
 Biasanya limbah dibuang kelingkungan
tanpa proses pengolahan
 Muncul permasalahan lingkungan dan
sosial
Estimasi Beban Pencemaran Tahu
 1 kg kedelai diestimasi menghasilkan BOD,
COD dan TSS sebesar 50 gr, 110 gr dan
80 gr (Romli, dan Suprihatin, 2008)

 Efesiensi IPAL biogas untuk menurunkan


konsentrasi zat pencemar sekitar 80%.
Estimasi Gas Rumah Kaca
 1 kg kedelai menghasilkan metan 0.028 kg
(1 kg metan=25 kg CO2), sehingga
potensi emisi gas rumah kaca setara CO2
yang dapat direduksi dengan
memanfaatkannya untuk gas bio bisa
diperkirakan (Romli, 2008)
Manfaat IPAL Biogas
1 kg kedelai menghasilkan 30 liter gas, kemudian
dengan mengetahui kapasitas produksi di setiap
sentra industri tahu, dapat dihitung potensi gas bio
yang dihasilkan (LPTP, 2008).
1 kk membutuhkan 0,5 m3 biogas
Apabila dikonversi dengan LPG, 1 M3 gas bio
setara dengan 0,46 kg LPG, maka potensi
keuntungan ekonomi dari subtitusi atau
penghematan dapat diestimasi dengan mengalikan
harga LPG per kg dengan volume gas bio yang
diperoleh.
Sumber biomas dan biogas yang dihasilkan
Investasi IPAL Biogas Tahu/Tempe
 Biaya kontruksi fisik: 1 m3 air limbah x Rp.
9,5 juta
 Biaya pemipaan: 1 m x Rp.125.000
 Biaya sosialisasi dan pendampingan: 10% x
(Kons.fisik+pemipaan)
Estimasi Beban Pencemar Sapi
◦ Faktor emisi 1 ekor sapi untuk parameter
BOD dan COD adalah 292 dan 716 gr per
hari (Iskandar, 2007)
◦ Efesiensi biodigester untuk menurunkan
konsentrasi zat pencemar sekitar 30%.
Estimasi Gas Rumah Kaca
Menurut IPCC (2006) satu ekor sapi
perah Asia diestimasi menghasilkan gas
metan 68 kg/tahun, sedangkan sapi
potong 47 kg/tahun (1 kg metan=25 kg
CO2), sehingga potensi emisi gas rumah
kaca setara CO2 yang dapat direduksi
dengan memanfaatkannya untuk gas bio
bisa diperkirakan.
Estimasi Manfaat Biodigester Sapi
 Satu ekor sapi rata-rata mengeluarkan kotoran 12 kg
per hari, sedangkan 1 kg kotoran sapi menghasilkan 40
liter gas bio (LPTP, 2008).
 Apabila dikonversi dengan LPG, 1 M3 gas bio setara
dengan 0,46 kg LPG, maka potensi keuntungan ekonomi
dari subtitusi atau penghematan dapat diestimasi dengan
mengalikan harga LPG per kg dengan volume gas bio
yang diperoleh.
 Keuntungan ekonomi tersebut belum memasukan
pemanfaatan ampas (sludge) limbah untuk pupuk
organik.
Perhitungan Potensi Beban Pencemaran, emisi gas rumah kaca
dan manfaat ekonomi dari penggunaan teknologi biogas

Potensi Potensi
penurunan penurunan
beban emisi gas Potensi Manfaat Ekonomi
pencemar (kg rumah kaca (kg
Jenis USK
per hari) per hari)
Subtitusi bahan Rupiah
BOD CO2 bakar (LPG) kg (juta) per
per hari hari
Penggunaa
Penggunaan Penggunaan Penggunaan n kedelai
Industri Tahu kedelai per hari x kedelai per hari x kedelai per hari x per hari x
0,05 x 80% 0,0294 x 25 0,03 x 0,46 0,03 x 0,46
x 5000
Jumlah
Ternak Sapi Jumlah sapi X Jumlah sapi x Jumlah sapi x 12 sapi x 12 X
Perah 0,292 x 30% 0,008 x 25 X 0,04 x 0,46 0,04 x 0,46
x 5000
Jumlah
Ternak Sapi Jumlah sapi X Jumlah sapi x Jumlah sapi x 12 sapi x 12 X
Potong 0,292 x 30% 0,003 x 25 X 0,04 x 0,46 0,04 x 0,46
x 5000
Estimasi Investasi Kontruksi IPAL Biogas
Tahu dan Biodigester Sapi

Tipe Teknologi

IPAL Biogas
Biaya Biodigester ternak per 4,5 m3
Industri Tahu

Semen Ferro Semen Fiber

Jumlah
penggunaan
Estimasi Biaya
kedelai (kg/hr) X 12 juta 10 juta 5 juta
(Rp)
0,02 m3 X 4 hari X
Rp. 9,5 juta
BIO DIGESTER

•Desain kedap udara


•Menghasilkan gas Bio sebagai sumber energi
•Mengolah limbah berkandungan air rendah
PEMBANGUNAN
BIOGAS

32
MODEL – MODEL BIOGAS
MODEL – MODEL BIOGAS

BIO-DIGESTER SAPI –
BIO-DIGESTER SAPI – KARANGANYAR
WONOGIRI
( FIXDOME)
( FIBER)

BIO-DIGESTER SAPI – KLATEN BIO-DIGESTER SAPI – NGAWI


(FIXDOME) (FIXDOME)
IPAL Biogas Industri tahu di Sentra
Pesalakan Selatan, Kab.Tegal
Gambar Teknis IPAL Biogas
Industri Tahu
Gambar Teknis Biodigester Ternak Sapi
Kapasitas 4 m3 dengan bahan ferro semen
Gambar Teknis Biodigester Ternak
Sapi Kapasitas 4 m3 dengan bahan
Fiber
Perencanaan
 Melakukan konsultasi dengan unit kerja yang menangani Usaha Skala Kecil
di KLH
 Melakukan survei lapangan untuk mendapatkan informasi: lokasi, jumlah
industri dan ternak, persebaran industri dan ternak, kapasitas produksi
industri tahu, keberadaan kelembagaan para pengusaha tahu dan peternak
 Mendapatkan lahan dengan kepemilikan yang jelas dan luasan yang
mencukupi untuk lokasi IPAL biogas dan biodigester
 Mereplikasi model IPAL biogas industri tahu dan biodigester ternak yang
dikembangakan KLH
 IPAL biogas komunal industri tahu merupakan pilihan terbaik yang
mempertimbangkan jarak industri dengan IPAL dan kapasitas produksi
serta topografi lahan
 Membangun atau memperkuat kelembagaan yang berfungsi untuk
mengoperasikan dan merawat IPAL biogas industri tahu dan biodigester
ternak
Pelaksanaan Kontruksi

 Melakukan sosialisasi kepada para


pengusaha tahu mengenai cara kerja IPAL
biogas dan cara pengoperasian dan
perawatannya
 Melakukan pengawasan pembangunan
Pasca Kontruksi
 Melakukan pemantauan kinerja IPAL
biogas industri tahu dan biodigester
ternak
 Melakukan pembinaan kepada para
pengusaha tahu dan peternak dalam
pengoperasian dan perawatan IPAL biogas
industri tahu dan biodigester ternak
Percontohan IPAL-biogas Industri
Tahu, KLH 2007-2012
Percontohan Biodigester Ternak
Sapi, KLH 2007-2012
TERIMA KASIH

44

You might also like