You are on page 1of 40

CASE REPORT

PENYAKIT PARU
OBSTRUKSI KRONIS
(PPOK)
P E M B I M B I N G : d r. Dewi Danawati, S P. P

M A R T I A N A FA H R I A H ( 1 1 0 2 0 1 4 1 5 1 )
MUHAMMAD LUTHFI DUNAND (1102014158)
MUTHIA ZAHRA IBENZANI (1102014174)
NABILA (1102014178)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD KABUPATEN BEKASI
PERIODE 19 NOVEMBER 2018 – 26 JANUARI 2019
I D E N T I TA S P A S I E N

Nama Pasien : Ny. R


Usia : 58 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : -
Alamat : Tambun
Tanggal Masuk RS : 06 Januari 2019
ANAMNESIS

Ke l u h a n U t a m a

Sesak nafas.

K e l u h a n Ta m b a h a n
Nyeri dada, batuk, keringat malam, BB
menurun
RPS

Pasien datang ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi pada tanggal 06 Januari 2019 dengan keluhan sesak nafas. Sesak
nafas sejak 4 hari SMRS, keluhan dirasakan semakin lama semakin memberat pada saat terlentang, beraktivitas
seperti berjalan, dan membawa barang-barang. Keluhan ini disertai nyeri dada yang menetap, batuk sejak 3
minggu SMRS berdahak berwarna hijau, keringat pada malam hari, berat badan yang menurun dalam sebulan
dari 75 kg menjadi 65 kg. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun, satu bungkus habis dalam
sehari. Pasien mengatakan masih memiliki kebiasaan merokok sampai sekarang tetapi sudah mengurangi
kebiasaan merokoknya menjadi satu batang habis dalam sehari. Pasien juga memiliki riwayat asma dan kambuh 1-
2 kali dalam setahun dan riwayat diabetes melitus (DM). Keluhan seperti demam, mual, dan muntah disangkal
oleh pasien.
ANAMNESIS

RPD

Pasien tidak pernah mengalami gejala


yang sama sebelumnya.

RPK

Pasien mengatakan bahwa ayah pasien


memiliki riwayat asma.
PE ME R IKS AAN FISIK

Keadaan
131/ 36,8 C
umum
56mmHg
Ta m p a k sakit s e d a n g

Ke s a d a ra n 107x/menit 28x/m

Composmentis
E4 M6 V5 (GCS: 15)
97 %
PE ME R IKS AAN FISIK

KEPALA Mata
• Normocephal, • Konjungtiva anemis -/-
• Rambut tidak mudah dicabut • Sklera ikterik -/-
dan • Refleks cahaya langsung +/+,
• berwarna abu-abu. Pupil Isokor
TELINGA
HIDUNG
• Bentuk : normal simetris antara
kiri dan kanan. • Simetris, deviasi septum (-
• Lubang telinga : normal, secret (- /-)
/-). • Napas cuping hidung (-/-).
• Nyeri tekan (-/-).
• Peradangan pada telinga (-)
• Perdarahan (-/-), secret (-/-
• Pendengaran :normal. ).
• Penciuman normal.
PE ME R IKS AAN FISIK

LEHER MULUT

• Jugular Vein Pressure (JVP) 5 + 2 • Simetris.


• Simetris (-). • Bibir : sianosis (-).
• Kaku kuduk (-). • Gusi :hiperemia (-),perdarahan (-).
• Pemb.KGB (-). • Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-),
• Trakea : di tengah lidah berselaput (-), kemerahan di pingg
• Pembesaran otot ir (-), lidah kotor (-).
sternocleido mastoideus (-). • Gigi : caries (-)
• Pembesaran thyroid (-). • Mukosa :normal.
• Faring dan laring : tidak dapat dievaluasi
PE ME R IKS AAN FISIK
KULIT

• Ikterik (-)
• Sianosis (-)
• Ruam (-)
• Memar (-)
PE ME R IKS AAN FISIK

COR

• Inspeksi: Iktus cordis terlihat.


• Palpasi : Iktus cordis teraba ICS V linea midklavikula sinistra, thriil
(-).
• Perkusi : - batas kanan jantung : ICS II linea parasternal dextra.
batas kiri jantung : ICS V linea midklavikula sinistra.
• Auskultasi :BJ I-II regular,murmur (-),gallop (-).
PE ME R IKS AAN FISIK
PULMO
• Inspeksi : Pergerakan dada simetris dalam keadaan
statis maupun dina mis, bentuk normal,
ginekomastia (-)
• Palpasi :Vocal dan taktil fremitus simetris bilateral
pada seluruh lapang paru, nyeri tekan (-), edema (-),
krepitasi (-).
• Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
• Auskultasi : Lapangan paru kiri vesikuler melemah,
rhonki (-)/(-), whe ezing (-)/(-)
PE ME R IKS AAN FISIK

ABDOMEN

• Inspeksi : Abdomen cembung, sikatrik (+)


• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+),
undulasi (-), hepar dan lien tidak teraba.
• Perkusi: Timpani pada lapang abdomen, shifting
dullnes (-)
PE ME R IKS AAN FISIK

EKSKREMITAS

• Akral hangat
• Eritema palmaris(-)
• Flapping tremor (-)
• Sianosis (-)
• Edema (-)
LABORATORIUM
LABORATORIUM
KOESIONER GERD-Q
KOESIONER GERD-Q
KOESIONER GERD-Q
RESUME

Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 4 hari SMRS disertai batuk 3 minggu SMRS
berdahak berwarna hijau, berat badan menurun (+), riwayat merokok (+), riwayat asma
(+),riwayat DM (+), dan riwayat hipertensi (-).
Dari pemeriksaan fisik thorax terdapat ronkhi (+), wheezing (+), dan pada fremitus vokal
dan taktil melemah.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah leukosit meningkat (15,6 x 103/µL),
jumlah neutrofil meningkat (87%), laju endap darah (LED) meningkat (123 mm/jam), jumlah
glukosa sewaktu meningkat (182 mg/dL), jumlah ureum (71 mg/dL), jumlah kreatinin (1,2
mg/dL), jumlah hematokrit menurun (35%), jumlah eritrosit menurun (4,13 106/µL), jumlah
eosinofil menurun (0%), dan jumlah limfosit menurun (5%).
DIAGNOSIS KLINIS

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)


DIAGNOSIS BANDING

• Asma bronkial
• Gagal jantung kronik
• TB Paru
• Bronkiektasis
• Bronkopneumonia
• Ca Paru
DAFTAR PERMASALAHAN

• Penyakit Paru
Obstruktif Kronik
(PPOK)
• Asma
• TB Paru Klinis
• Diabetes Melitus
PENATALAKSANAAN

1. Rencana Diagnostik
• Spirometri
• Rontgen Thorax
• Elektrokardiografi (EKG)
• Sputum BTA

1. Rencana Terapi
• Oksigen Syr. OBH 3 x Cth I
• IVFD NaCl 0,9% 500 cc/ 8 jam
• Pulmicort + Combivent Nebu
• Asetil sistein 200mg 3x1 P.O
• Amoksisilin 3 x 750 mg P.O
PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik dengan
karakteristik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif
non reversibel atau reversibel parsial, serta adanya respons inflamasi paru
terhadap partikel atau gas yang berbahaya.
EPIDEMIOLOGI

Pada penelitian di RSSA tahun 2014, didapatkan karakteristik pasien PPOK 96,7% adalah mantan perokok,
sedangkan 3,3% masih aktif merokok. Di Indonesia sendiri diperkirakan terdapat 4,8 juta jiwa penderita
PPOK dengan prevalensi lebih tinggi pada pria, dan akan semakin meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Jumlah penderita PPOK di seluruh dunia mengalami peningkatan dari sekitar 227 juta kasus pada
tahun 1990 menjadi 384 juta kasus pada tahun 2010 dengan prevalensi 11,7%, di mana prevalensi tertinggi
terjadi di Amerika dan Asia Tenggara.
KLASIFIKASI

EMPISEMA

BRONKITIS
KRONIS
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab
kausal yang terpenting, jauh lebih penting
dari faktor penyebab lainnya.
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
FAKTOR
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB),
yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok RESIKO
dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat
kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
PATOFISIOLOGIS
DIAGNOSIS
a. Anamnesis

- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa


gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat
badan lahir rendah (BBLR), infeksi
saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan Fisik

PPOK dini umumnya tidak ada kelainan


• Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal
sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis leher dan edema tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
• Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
• Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong
ke bawah
• Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan
dan pernapasan pursed – lips breathing

Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat
edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer

Pursed - lips breathing


adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan
ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme
tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas
kronik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Spirometri (VEP1,VEP1 prediksi, KVP,


VEP1/KVP)
b. Radiologi (foto toraks)
c. Laboratorium darah rutin
d. Analisa gas darah
e. Mikrobiologi sputum
DIAGNOSIS BANDING
PPOK Asma Bronkial Gagal Jantung Kronik
Onset usia > 45 tahun Segala usia Segala usia
Riwayat keluarga Tidak ada Ada Tidak ada
Pola sesak nafas Terus menerus, Hilang timbul Timbul pada waktu
bertambah berat aktivitas
dengan aktivitas
Ronki Kadang-kadang + ++
Mengi Kadang-kadang ++ +
Vesikular Melemah Normal Meningkat
Spirometri Obstruksi ++ Obstruksi ++ Obstruksi +
Restriksi + Restriksi ++
Reversibilitas < ++ +
Pencetus Partikel toksik Partikel sensitif Penyakit jantung
kongestif
TATALAKSANA
KOMPLIKASI

1. Gagal napas kronik


2. Infeksi berulang
3. Cor Pulmonal
PROGNOSIS
Beberapa penelitian menunjukkan predictor mortalitas pasien PPOK adalah
usia tua dan penurunan forced expiratory volume per detik (FEV1). Pasien usia
muda dengan PPOK memiliki tingkat mortalitas lebih rendah kecuali pada
keadaan defisiensi alpha1-antitrypsin, abnormalitas genetic yang
menyebabkan panlobular emfisema pada usia dewasa muda. Defisiensi
alpha1-antitrypsin harus dicurigai ketika PPOK muncul pada lebih muda dari
45 tahun dan tidak ada riwayat bronchitis kronis atau penggunaan tembakau,
atau ada anggota keluarga dengan riwayat penyakit paru obstruktif pada usia
muda.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Thoracic Society and European Respiratory Society. Standart for the
diagnosis and management of patients with COPD; 2001.

2. Baratawidjaja, G.K. Bronchitis kronis, dalam Soeparman Ilmu Penyakit Dalam


jilid II. Jakarta: FK UI ; 1990.

3. Karakteristik Umum Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi Akut


di RSUP H Adam Malik Medan. Medan : Universitas Sumatera Utara ; 2010.

4. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global Strategy for The
Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Barcelona: Medical Communications Resources ; 2009. Available
from: http://www.goldcopd.org

5. Helmersen, D., Ford, G., Bryan, S., Jone, A., and Little, C. Risk Factors. In:
Bourbeau, J., ed. Comprehensive Management of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. London: BC Decker Inc ; 2002.

6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik),


Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia ; 2003.

7. Kasper, D.L., Braunwald, E., Fauci, A., Hauser, A., Longo, D, Harrison
Principles of Internal Medicine, 16th ed, McGraw-Hill Professional, New York;
2004.

You might also like