Professional Documents
Culture Documents
PENYAKIT PARU
OBSTRUKSI KRONIS
(PPOK)
P E M B I M B I N G : d r. Dewi Danawati, S P. P
M A R T I A N A FA H R I A H ( 1 1 0 2 0 1 4 1 5 1 )
MUHAMMAD LUTHFI DUNAND (1102014158)
MUTHIA ZAHRA IBENZANI (1102014174)
NABILA (1102014178)
Ke l u h a n U t a m a
Sesak nafas.
K e l u h a n Ta m b a h a n
Nyeri dada, batuk, keringat malam, BB
menurun
RPS
Pasien datang ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi pada tanggal 06 Januari 2019 dengan keluhan sesak nafas. Sesak
nafas sejak 4 hari SMRS, keluhan dirasakan semakin lama semakin memberat pada saat terlentang, beraktivitas
seperti berjalan, dan membawa barang-barang. Keluhan ini disertai nyeri dada yang menetap, batuk sejak 3
minggu SMRS berdahak berwarna hijau, keringat pada malam hari, berat badan yang menurun dalam sebulan
dari 75 kg menjadi 65 kg. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun, satu bungkus habis dalam
sehari. Pasien mengatakan masih memiliki kebiasaan merokok sampai sekarang tetapi sudah mengurangi
kebiasaan merokoknya menjadi satu batang habis dalam sehari. Pasien juga memiliki riwayat asma dan kambuh 1-
2 kali dalam setahun dan riwayat diabetes melitus (DM). Keluhan seperti demam, mual, dan muntah disangkal
oleh pasien.
ANAMNESIS
RPD
RPK
Keadaan
131/ 36,8 C
umum
56mmHg
Ta m p a k sakit s e d a n g
Ke s a d a ra n 107x/menit 28x/m
Composmentis
E4 M6 V5 (GCS: 15)
97 %
PE ME R IKS AAN FISIK
KEPALA Mata
• Normocephal, • Konjungtiva anemis -/-
• Rambut tidak mudah dicabut • Sklera ikterik -/-
dan • Refleks cahaya langsung +/+,
• berwarna abu-abu. Pupil Isokor
TELINGA
HIDUNG
• Bentuk : normal simetris antara
kiri dan kanan. • Simetris, deviasi septum (-
• Lubang telinga : normal, secret (- /-)
/-). • Napas cuping hidung (-/-).
• Nyeri tekan (-/-).
• Peradangan pada telinga (-)
• Perdarahan (-/-), secret (-/-
• Pendengaran :normal. ).
• Penciuman normal.
PE ME R IKS AAN FISIK
LEHER MULUT
• Ikterik (-)
• Sianosis (-)
• Ruam (-)
• Memar (-)
PE ME R IKS AAN FISIK
COR
ABDOMEN
EKSKREMITAS
• Akral hangat
• Eritema palmaris(-)
• Flapping tremor (-)
• Sianosis (-)
• Edema (-)
LABORATORIUM
LABORATORIUM
KOESIONER GERD-Q
KOESIONER GERD-Q
KOESIONER GERD-Q
RESUME
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 4 hari SMRS disertai batuk 3 minggu SMRS
berdahak berwarna hijau, berat badan menurun (+), riwayat merokok (+), riwayat asma
(+),riwayat DM (+), dan riwayat hipertensi (-).
Dari pemeriksaan fisik thorax terdapat ronkhi (+), wheezing (+), dan pada fremitus vokal
dan taktil melemah.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah leukosit meningkat (15,6 x 103/µL),
jumlah neutrofil meningkat (87%), laju endap darah (LED) meningkat (123 mm/jam), jumlah
glukosa sewaktu meningkat (182 mg/dL), jumlah ureum (71 mg/dL), jumlah kreatinin (1,2
mg/dL), jumlah hematokrit menurun (35%), jumlah eritrosit menurun (4,13 106/µL), jumlah
eosinofil menurun (0%), dan jumlah limfosit menurun (5%).
DIAGNOSIS KLINIS
• Asma bronkial
• Gagal jantung kronik
• TB Paru
• Bronkiektasis
• Bronkopneumonia
• Ca Paru
DAFTAR PERMASALAHAN
• Penyakit Paru
Obstruktif Kronik
(PPOK)
• Asma
• TB Paru Klinis
• Diabetes Melitus
PENATALAKSANAAN
1. Rencana Diagnostik
• Spirometri
• Rontgen Thorax
• Elektrokardiografi (EKG)
• Sputum BTA
1. Rencana Terapi
• Oksigen Syr. OBH 3 x Cth I
• IVFD NaCl 0,9% 500 cc/ 8 jam
• Pulmicort + Combivent Nebu
• Asetil sistein 200mg 3x1 P.O
• Amoksisilin 3 x 750 mg P.O
PROGNOSIS
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik dengan
karakteristik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif
non reversibel atau reversibel parsial, serta adanya respons inflamasi paru
terhadap partikel atau gas yang berbahaya.
EPIDEMIOLOGI
Pada penelitian di RSSA tahun 2014, didapatkan karakteristik pasien PPOK 96,7% adalah mantan perokok,
sedangkan 3,3% masih aktif merokok. Di Indonesia sendiri diperkirakan terdapat 4,8 juta jiwa penderita
PPOK dengan prevalensi lebih tinggi pada pria, dan akan semakin meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Jumlah penderita PPOK di seluruh dunia mengalami peningkatan dari sekitar 227 juta kasus pada
tahun 1990 menjadi 384 juta kasus pada tahun 2010 dengan prevalensi 11,7%, di mana prevalensi tertinggi
terjadi di Amerika dan Asia Tenggara.
KLASIFIKASI
EMPISEMA
BRONKITIS
KRONIS
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab
kausal yang terpenting, jauh lebih penting
dari faktor penyebab lainnya.
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
FAKTOR
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB),
yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok RESIKO
dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat
kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
PATOFISIOLOGIS
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat
edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
1. American Thoracic Society and European Respiratory Society. Standart for the
diagnosis and management of patients with COPD; 2001.
4. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global Strategy for The
Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Barcelona: Medical Communications Resources ; 2009. Available
from: http://www.goldcopd.org
5. Helmersen, D., Ford, G., Bryan, S., Jone, A., and Little, C. Risk Factors. In:
Bourbeau, J., ed. Comprehensive Management of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. London: BC Decker Inc ; 2002.
7. Kasper, D.L., Braunwald, E., Fauci, A., Hauser, A., Longo, D, Harrison
Principles of Internal Medicine, 16th ed, McGraw-Hill Professional, New York;
2004.