Professional Documents
Culture Documents
4. Teori psikodinamik
Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham menghasilkan
pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke
dalam individu tsb sehingga menyatu atau merupakan bagian
dari individu itu. Kemarahan terhadap objek yang hilang
tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi
perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri
tidak berguna, dan sebagainya.
ETIOLOGI DEPRESI PADA LANSIA
5. Teori kognitif dan perilaku
Konsep Seligman tentang learned helplessness
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kehilangan
yang tidak dapat dihindari akibat proses penuaan seperti
keadaan tubuh, fungsi seksual, dan sebagainya dengan
sensasi passive helplessness pada pasien usia lanjut.
6. Teori psikoedukatif
Ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga,
tiadanya sanak saudara ataupun perubahan-perubahan
fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan dapat memicu
terjadinya depresi pada usia lanjut.
C. INSOMNIA
Definisi Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun
ada keinginan untuk melakukannya.
Lansia rentan terhadap insomnia karena adanya
perubahan pola tidur, biasanya menyerang tahap 4 (tidur
dalam).
Keluhan insomnia : ketidakmampuan untuk tertidur,
sering terbangun, ketidakmampuan untuk kembali tidur
dan terbangun pada dini hari‖.
Insomnia terdiri dari 3 jenis :
1. Insomnia primer
Ditandai dengan:
Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau
tetap tidak segar meskipun sudah tidur. Keadaan ini
berlangsung paling sedikit satu bulan.
Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
impairment sosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.
Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada
gangguan mental lainnya.
Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung, kondisi
medik umum atau zat.
2. Insomnia kronik
Disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini
dapat disebabkan oleh kecemasan.
Adanya kecemasan yang berlebihan karena tidak bisa tidur
menyebabkan seseorang berusaha keras untuk tidur tetapi
semakin tidak bisa tidur. Ketidakmampuan menghilangkan
pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha tidur dapat
menyebabkan insomnia psikofisiologik. Selain itu, ketika
berusaha untuk tidur terjadi peningkatan ketegangan motorik
dan keluhan somatik lain sehingga juga menyebabkan tidak
bisa tidur. Penderita bisa tertidur ketika tidak ada usaha untuk
tidur. Insomnia ini juga disebut insomnia terkondisi.
Mispersepsi terhadap tidur dapat pula terjadi.
3. Insomnia idiopatik
Insomnia idiopatik sudah terjadi sejak kehidupan dini.
Kadang-kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan
dapat berlanjut selama hidup. Penyebabnya tidak jelas ,
ada dugaan disebabkan oleh ketidakseimbangan
neurokimia otak diformasio retikularis batang otak atau
disfungsi forebrain. Lansia yang tinggal sendiri atau
adanya rasa ketakutan yang dieksasebasi pada malam
hari dapat menyebabkan tidak bisa tidur
Faktor-faktor penyebab insomnia
1. Stres dan kecemasan yang berlebihan
2. Depresi
3. Penyakit (Adanya suatu penyakit yang diakibatkan oleh
tidak berfungsinya salah satu sistem tubuh)
4. Kurang olahraga
5. Pola makan yang buruk (mengkonsumsi makanan berat
sebelum tidur dapat menyulitkan untuk tidur. Karena
pencernaan harus bekerja ekstra selama makanan berat
ada diperut)
6. Kafein, alkohol, dan nikotin
Dampak Insomnia
1. Biologi/fisik
Penurunan kadar melatonin darah
Kurang cukup tidur REMS akan terjadi hiperaktif dan
makan lebih banyak
Kurang NREM, maka keesokan harinya keadaan fisik
menjadi kurang gesit
2. Psikologi
Bingung, diorientasi dan gangguan memori (pelupa)
Rasa kantuk yang berlebihan
Penurunan motivasi
Dampak Insomnia
3. Sosial
Kurang dapat menjalin hubungan interpersonal dengan
baik
Sering salah dalam hal berkomunikasi (konsentrasi
kurang)
Marah yang tidak diketahui penyebabnya
Kurang dapat bekerja dengan baik
Produktivitas menurun
LO 2:
Menjelaskan gangguan fisik pada lansia
(penyakit degeneratif, infeksi)
INFEKSI PADA LANSIA
Infeksi berarti keberadaan mikro-organisme di dalam
jaringan tubuh “host”, dan mengalami replikasi.
Infeksi merupakan interaksi antara kuman, host, dan
lingkungan yang terdiri dari biologik, fisik, kemikal, sosial,
ekonomik, dan kultural.
Pada usia lanjut, terdapat beberapa faktor predisposisi/ faktor risiko
yang menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi :
Faktor host :
- Keadaan nutrisi
- Keadaan imunitas tubuh
- Penurunan fisiologik berbagai organ
- Berbagai proses patologik (ko-morbid) yang terdapat pada
penderita tersebut.
Faktor kuman:
- Jumlah kuman yang masuk dan ber-replikasi
- Virulensi dari kuman
- Patogenesis
Faktor lingkungan:
- Apakah infeksi didapat dari komunitas atau masyarakat, RS, atau
panti rawat werdha.
LO 3:
Menjelaskan pengaruh aging
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
1. Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya.
b) Lebih besar ukurannya.
c) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
darah, dan hati.
d) Jumlah sel otak menurun.
e) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
f) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
2. Sistem Persarafan.
a) Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang
berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya).
b) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dengan stres.
d) Mengecilnya saraf panca indra.
e) Kurang sensitif terhadap sentuhan
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
3. Sistem Pendengaran.
A. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ).
Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
B. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
C. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia
yang mengalami ketegangan jiwa/stres.
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
4. Sistem Penglihatan.
a) Hilangnya respon terhadap sinar.
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d) Hilangnya daya akomodasi.
e) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
f) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem Kardiovaskuler.
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi,.
e) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
a) Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis
akibat metabolisme yang menurun.
b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun.
7. Sistem Respirasi
a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan & menjadi kaku.
b) ↓nya aktivitas dari silia.
c) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman
bernafas menurun.
d) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya
berkurang.
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
8. Sistem Gastrointestinal.
a) Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan
pahit.
b) Esophagus melebar.
c) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
d) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
e) Daya absorbsi melemah.
9. Sistem Reproduksi.
a) Menciutnya ovari dan uterus.
b) Atrofi payudara.
c) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa
meskipun adanya penurunan secara bertahap.
d) Selaput lendir vagina menurun.
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
10. Sistem Endokrin.
a) Produksi semua hormon menurun.
b) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic
Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
c) Menurunnya produksi aldosteron.
d) Menurunnya sekresi hormon kelamin