You are on page 1of 74

PEMICU 5

VIVIAN SAPUTRA/ 405140126


LO
1. Menjelaskan gangguan mental pada lansia (demensia,
depresi, insomnia)
2. Menjelaskan gangguan fisik pada lansia (penyakit
degeneratif, infeksi)
3. Menjelaskan pengaruh aging
4. Menjelaskan polifarmasi (maksud, efek)
5. Menjelaskan posbindu (fungsi, pengertian)
6. Menjelaskan imunisasi pada lansia
7. Menjelaskan quality of life pada lansia
LO 1:
Menjelaskan gangguan mental pada lansia
(demensia, depresi, insomnia)
A. DEMENSIA
DEMENSIA
 Demensia : suatu sindroma klinik yang meliputi
hilangnya fungsi intelektual & ingatan/ memori
sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi
hidup sehari-hari.

 Definisi demensia menurut WHO :


sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya
kelainan yang bersifat kronis & progesifitas disertai
gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi,
kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
DEMENSIA
 Garis besar manifestasi kliniknya:
 Perjalanan penyakit yang bertahap (biasanya selama
beberapa bulan atau tahun)
 Tidak terdapat gangguan kesadaran (penderita tetap sadar)

 Demensia pada usia lanjut dapat dikategorikan dalam 4


golongan:
- Demensia degeneratif primer 50-60%
- Demensia multi-infark 10-20%
- Demensia yg reversibel/ sebagian reversibel 20-30%
- Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%
Etiologi Demensia
 Penyebab demensia yang paling sering pada individu yang
berusia diatas 65 tahun adalah
1) Penyakit Alzheimer
2) Demensia vaskuler
3) campuran antara keduanya.
 Ada juga penyebab lain yang mencapai ± 10 % diantaranya
adalah demensia Lewy body, penyakit Pick, demensia
frontotemporal, hidrosefalus tekanan normal, demensia
alkoholik, demensia infeksiosa (misalnya human
immunodeficiency virus (HIV) atau sifilis) dan penyakit
Parkinson.
Jenis dan penyebab demensia pada usia
lanjut :
 Jenis dan penyebab demensia pada usia lanjut :
1. Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa
dihentikan, yaitu :
 Intoksikasi (obat, termasuk alcohol, dan lain-lain)
 Infeksi susunan saraf pusat
 Gangguan metaboli
 Gangguan nutrisi
 Gangguan vaskuler (demensia multi-infark, dan lain-lain)
 Lesi desak ruang
 Hidrosefalus
 Depresi
Jenis dan penyebab demensia pada usia lanjut :
2. Penyakit degenerative progresif, yaitu :
- Tanpa gejala neorologik penting lain, seperti :
 Penyakit Alzheimer
 Penyakit Pick
- Dengan gangguan neurologic lain yang prominen, seperti :
 Penyakit Parkinson
 Penyakit Huntington
 Kelumpuhan supranuklear progresif
 Penyakit degenerative lain yang jarang didapat
 Kriteria derajat demensia
a) Ringan : Walaupun terdapat gangguan berat daya kerja
dan aktivitas sosial, kapasitas untuk hidup mandiri tetap
dengan higiene personal cukup dan penilaian umum
yang baik.
b) Sedang : Hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai
tingkat suportivitas.
c) Berat : Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu
sehingga tidak berkesinambungan, inkoheren
Tipe Demensia
1. Demensia Alzheimer
Dikenal juga dengan nama Demensia Degeneratif Primer
yaitu suatu keadaan yang meliputi perubahan dari
jumlah, struktur dan fungsi neuron di daerah tertentu
dari korteks otak.
 Gejala klinik demensia Alzheimer biasanya berlanjut
secara lambat, biasanya dapat dibedakan menjadi 3 fase:\
- Fase I
- Fase II
- Fase III
Fase I Ditandai dengan gangguan memori subyektif, konsentrasi buruk
dan gangguan visuo-spatial. Lingkungan yang biasa menjadi
seperti asing, sukar menemukan jalan pulang yang biasa dilalui.
Penderita mungkin mengeluhkan agnosia kanan-kiri. Bahkan
pada fase dini ini rasa tilikan sering sudah terganggu.
Fase II Terjadi tanda yang mengarah ke kerusakan fokal-kortikal, walau
tidak terlihat pola defisit yang khas. Simtom yang disebabkan oleh
disfungsi lobus parietalis (mis: agnosia, dispraksia, dan akalkulia)
sering terdapat. Gejala neurologik mungkin termasuk antara lain
tanggapan ekstensor plantaris & beberapa kelemahan fasial.
Delusi dan halusinasi mungkin terdapat, walau pembicaraan
mungkin masih terlihat normal.
Fase III Pembicaraan terganggu berat, mungkin sama sekali hilang.
Penderita tampak terus-menerus apatik. Banyak penderita tidak
mengenal dirinya sendiri / orang yang dikenalnya. Penderita sering
hanya berbaring di tempat tidur, inkontinen baik urin maupun alvi
dan sering disertai serangan kejang epileptik grandmal. Gejala
neurologik menunjukkan gangguan berat dari gerak langkah, tonus
otot dan gambaran yang mengarah pada sindrom Kluver-Bucy.
2. Demensia Vaskuler
 demensia tipe Vaskuler disebabkan oleh gangguan
sirkulasi darah di otak.
 Kriteria dari demensia vaskuler mencakup :
1. Gangguan vaskuler yang mengacu pada semua jenis
gangguan peredaran darah otak, stroke.
2. Kemunduran kognitif meliputi semua jenis kemunduran.
3. Faktor risiko yang berperan adalah diabetes, hipertensi,
hiperkolesterolemi, penyakit jantung, obesitas, dan fisik
inaktif.
B. DEPRESI
Depresi pada Lansia
 Depresi ialah suasana perasaan tertekan (depressed
mood) yang dapat merupakan suatu diagnosis
penyakit atau sebagai sebuah gejala atau respons dari
kondisi penyakit lain dan stres terhadap lingkungan.
 Depresi mayor pada lansia adalah didiagnosa ketika lansia
menunjukkan salah 1 atau 2 dari dua gejala inti (mood
terdepresi dan kehilangan minat terhadap suatu hal atau
kesenangan) bersama dengan 4/ > gejala berikut selama min 2
minggu:
- perasaan diri tidak berguna atau perasaan bersalah
- berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi/ membuat
keputusan
- kelelahan, agitasi atau retardasi psikomotor, insomnia atau
hipersomnia
- perubahan signifikan pada BB atau selera makan, & pemikiran
berulang tentang kematian atau gagasan tentang bunuh diri

American Psychiatric Association/APA, 2000


ETIOLOGI DEPRESI PADA LANSIA
1. Polifarmasi
 Terdapat beberapa golongan obat yang dapat
menimbulkan depresi, antara lain: analgetika, obat
antiinflamasi nonsteroid, antihipertensi, antipsikotik,
antikanker, ansiolitika, dll.

2. Kondisi medis umum


 Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan
depresi adalah gangguan endokrin, neoplasma, gangguan
neurologis, dan lain-lain.
ETIOLOGI DEPRESI PADA LANSIA
3. Teori neurobiologi
 Faktor genetik berperan pada depresi lansia. Pada beberapa
penelitian juga ditemukan adanya perubahan neurotransmiter
pada depresi lansia, seperti ↓ konsentrasi serotonin,
norepinefrin, dopamin, asetilkolin, serta meningkatnya
konsentrasi monoamin oksidase otak akibat proses penuaan.
Atrofi otak juga diperkirakan berperan pada depresi lansia.

4. Teori psikodinamik
 Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham menghasilkan
pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke
dalam individu tsb sehingga menyatu atau merupakan bagian
dari individu itu. Kemarahan terhadap objek yang hilang
tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi
perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri
tidak berguna, dan sebagainya.
ETIOLOGI DEPRESI PADA LANSIA
5. Teori kognitif dan perilaku
 Konsep Seligman tentang learned helplessness
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kehilangan
yang tidak dapat dihindari akibat proses penuaan seperti
keadaan tubuh, fungsi seksual, dan sebagainya dengan
sensasi passive helplessness pada pasien usia lanjut.

6. Teori psikoedukatif
 Ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga,
tiadanya sanak saudara ataupun perubahan-perubahan
fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan dapat memicu
terjadinya depresi pada usia lanjut.
C. INSOMNIA
Definisi Insomnia
 Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun
ada keinginan untuk melakukannya.
 Lansia rentan terhadap insomnia karena adanya
perubahan pola tidur, biasanya menyerang tahap 4 (tidur
dalam).
 Keluhan insomnia : ketidakmampuan untuk tertidur,
sering terbangun, ketidakmampuan untuk kembali tidur
dan terbangun pada dini hari‖.
 Insomnia terdiri dari 3 jenis :
1. Insomnia primer
 Ditandai dengan:
 Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau
tetap tidak segar meskipun sudah tidur. Keadaan ini
berlangsung paling sedikit satu bulan.
 Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
impairment sosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.
 Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada
gangguan mental lainnya.
 Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung, kondisi
medik umum atau zat.
2. Insomnia kronik
 Disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini
dapat disebabkan oleh kecemasan.
 Adanya kecemasan yang berlebihan karena tidak bisa tidur
menyebabkan seseorang berusaha keras untuk tidur tetapi
semakin tidak bisa tidur. Ketidakmampuan menghilangkan
pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha tidur dapat
menyebabkan insomnia psikofisiologik. Selain itu, ketika
berusaha untuk tidur terjadi peningkatan ketegangan motorik
dan keluhan somatik lain sehingga juga menyebabkan tidak
bisa tidur. Penderita bisa tertidur ketika tidak ada usaha untuk
tidur. Insomnia ini juga disebut insomnia terkondisi.
Mispersepsi terhadap tidur dapat pula terjadi.
3. Insomnia idiopatik
 Insomnia idiopatik sudah terjadi sejak kehidupan dini.
Kadang-kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan
dapat berlanjut selama hidup. Penyebabnya tidak jelas ,
ada dugaan disebabkan oleh ketidakseimbangan
neurokimia otak diformasio retikularis batang otak atau
disfungsi forebrain. Lansia yang tinggal sendiri atau
adanya rasa ketakutan yang dieksasebasi pada malam
hari dapat menyebabkan tidak bisa tidur
Faktor-faktor penyebab insomnia
1. Stres dan kecemasan yang berlebihan
2. Depresi
3. Penyakit (Adanya suatu penyakit yang diakibatkan oleh
tidak berfungsinya salah satu sistem tubuh)
4. Kurang olahraga
5. Pola makan yang buruk (mengkonsumsi makanan berat
sebelum tidur dapat menyulitkan untuk tidur. Karena
pencernaan harus bekerja ekstra selama makanan berat
ada diperut)
6. Kafein, alkohol, dan nikotin
Dampak Insomnia
1. Biologi/fisik
 Penurunan kadar melatonin darah
 Kurang cukup tidur REMS akan terjadi hiperaktif dan
makan lebih banyak
 Kurang NREM, maka keesokan harinya keadaan fisik
menjadi kurang gesit

2. Psikologi
 Bingung, diorientasi dan gangguan memori (pelupa)
 Rasa kantuk yang berlebihan
 Penurunan motivasi
Dampak Insomnia
3. Sosial
 Kurang dapat menjalin hubungan interpersonal dengan
baik
 Sering salah dalam hal berkomunikasi (konsentrasi
kurang)
 Marah yang tidak diketahui penyebabnya
 Kurang dapat bekerja dengan baik
 Produktivitas menurun
LO 2:
Menjelaskan gangguan fisik pada lansia
(penyakit degeneratif, infeksi)
INFEKSI PADA LANSIA
 Infeksi berarti keberadaan mikro-organisme di dalam
jaringan tubuh “host”, dan mengalami replikasi.
 Infeksi merupakan interaksi antara kuman, host, dan
lingkungan yang terdiri dari biologik, fisik, kemikal, sosial,
ekonomik, dan kultural.
 Pada usia lanjut, terdapat beberapa faktor predisposisi/ faktor risiko
yang menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi :
 Faktor host :
- Keadaan nutrisi
- Keadaan imunitas tubuh
- Penurunan fisiologik berbagai organ
- Berbagai proses patologik (ko-morbid) yang terdapat pada
penderita tersebut.
 Faktor kuman:
- Jumlah kuman yang masuk dan ber-replikasi
- Virulensi dari kuman
- Patogenesis
 Faktor lingkungan:
- Apakah infeksi didapat dari komunitas atau masyarakat, RS, atau
panti rawat werdha.
LO 3:
Menjelaskan pengaruh aging
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
1. Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya.
b) Lebih besar ukurannya.
c) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
darah, dan hati.
d) Jumlah sel otak menurun.
e) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
f) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
 2. Sistem Persarafan.
a) Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang
berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya).
b) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dengan stres.
d) Mengecilnya saraf panca indra.
e) Kurang sensitif terhadap sentuhan
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
3. Sistem Pendengaran.
A. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ).
Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
B. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
C. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia
yang mengalami ketegangan jiwa/stres.
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
4. Sistem Penglihatan.
a) Hilangnya respon terhadap sinar.
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d) Hilangnya daya akomodasi.
e) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
f) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

5. Sistem Kardiovaskuler.
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi,.
e) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
a) Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis
akibat metabolisme yang menurun.
b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun.

7. Sistem Respirasi
a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan & menjadi kaku.
b) ↓nya aktivitas dari silia.
c) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman
bernafas menurun.
d) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya
berkurang.
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
8. Sistem Gastrointestinal.
a) Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan
pahit.
b) Esophagus melebar.
c) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
d) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
e) Daya absorbsi melemah.

9. Sistem Reproduksi.
a) Menciutnya ovari dan uterus.
b) Atrofi payudara.
c) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa
meskipun adanya penurunan secara bertahap.
d) Selaput lendir vagina menurun.
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
10. Sistem Endokrin.
a) Produksi semua hormon menurun.
b) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic
Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
c) Menurunnya produksi aldosteron.
d) Menurunnya sekresi hormon kelamin

11. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )


a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinisasi.
c) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularisasi
PERUBAHAN- PERUBAHAN FISIK
12. Sistem Muskuloskletal
a) Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b) Kifosis
c) Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d) Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
e) Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-
otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak
menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.
f) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh
Aging Dan Sistem Imun
 Aging Dan Sistem Imun Non Spesifik
 Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh
terdepan dalam menghadapi serangan berbagai
mikroorganisme yang telah ada dan siap berfungsi sejak
lahir.
 Sistem imun alamiah ter-diri dari sel dendritik, makrofag,
sel NK (natural killer cells).
 Komponen sistem imun non spesifik tidak mempunyai
kemampuan untuk bereplikasi secara cepat, akan tetapi
selalu siap untuk melawan dan mencerna bahan-bahan
asing dalam waktu yang singkat
 Sel-sel dalam sistem imun non spesifik meliputi granulosit
yang berfungsi memfagosit atau mencerna, natural killer
cells khusus untuk sel kanker, makrofag berfungsi sebagai
pertahanan pertama terhadap adanya infeksi.
 Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa
komponen sistem imun non spesifik relatif tidak
dipengaruhi oleh aging
 Jumlah granulosit, makrofag atau monosit tetap sama
dan kemampuannya melawan bakteri atau virus juga
tetap sama
 Tetapi, terdapat pengaruh aging terhadap sel-sel
dendritik.
 Orang lansia mempunyai jumlah sel-sel dendritik yang
lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih muda
meskipun sel-sel tersebut masih menunjukkan
kemampuannya sebagai antigen presenting cell dan
dalam merangsang aktifasi dan proliferasi sel limfosit T.
 Dengan bertambahnya umur, aktifitas sel NK tidak
dipengaruhi atau meningkat.
Aging Dan Sistem Imun Spesifik
 Sistem imun spesifik diperankan oleh sel limfosit T dan
limfosit B. Ketika suatu antigen merangsang respon imun
spe-sifik, antigen tersebut mula-mula selalu mengaktifasi
sel limfosit T.
 Masalah utama aging pada sistem imun spesifik terletak
pada kemampuan sel limfosit T dan limfosit B untuk
mengada-kan pembelahan sel secara cepat. Akibatnya,
sistem imun spesifik mempunyai masalah untuk
mengimbangi kecepatan pembelahan sel oleh bakteri dan
virus dan tubuh tidak dapat me-ngimbanginya. Dengan
demikian, orang yang tua cenderung lebih sering sakit
dan lebih parah
 Aging menyebabkan adanya gangguan aktifitas sel limfo-
sit T. Terdapat kerusakan fungsi sel T helper yang
ditunjukkan dengan lemahnya respon allogenik pada
orang tua. Dengan bertambahnya usia, produksi sel T
helper juga menurun.
 Pada orang tua, sel T sitotoksik dan respon proliferatif
terhadap antigen dan mitogen juga berkurang. Hal ini
menunjukkan ketidakmampuan sel T untuk mensekresi
dan merespon interleukin-2. Dengan bertambahnya usia,
sel limfosit T menjadi hiporesponsif terhadap rangsangan
yang dimediasi oleh koreseptor tertentu .
LO 4:
Menjelaskan polifarmasi (maksud,
efek)
DEFINISI POLIFARMASI
 Polifarmasi adalah :
1.Penggunaan obat melebihi indikasi klinis
2.Pengobatan yang mencakup paling tidak satu obat yang
tidak perlu
3.Penggunaan empirik 5 obat atau lebih.

 Polifarmasi biasanya terjadi pada pasien geriatri yang


memiliki banyak masalah kesehatan yang memerlukan
terapi obat-obatan yang beragam.
 Penelitian di Quebec menunjukkan bahwa individu” di
atas 75 tahun rata-rata mengonsumsi 6 obat berbeda.
Peresepan Obat Yang Rasional
 Peresepan Obat Yang Rasional
Menurut World Health Organization bahwa yang
termasuk dalam peresepan obat yang rasional adalah jika
penderita yang mendapat obat-obatan sesuai dengan
diagnosis penyakitnya, dosis dan lama pemakaian obat
yang sesuai dengan kebutuhan pasien, serta biaya yang
serendah mungkin yang dikeluarkan pasien maupun
masyarakat untuk memperoleh obat.
 beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional
pada lansia :
1. Meresepkan obat dengan boros (extravagantly drug
prescribing)
meresepkan obat yang mahal, sedangkan masih ada
obat pilihan lain yang lebih murah dengan manfaat dan
keamanan yang sama atau hampir sama. Termasuk
pemberian obat-obat yang hanya mengurangi gejala-
gejala dan tanda-tanda tanpa memperhatikan
penyebab penyakit yang lebih penting.
2. Meresepkan obat secara berlebihan (over drug
prescribing)
hal ini terjadi jika dosis, lama pemberian, jumlah/jenis
obat yang diresepkan melebihi dari yang diperlukan,
termasuk meresepkan obat-obat yang sebenarnya tidak
diperlukan untuk pengobatan penyakitnya.

3. Meresepkan obat yang salah (incorrect drug


prescribing)
hal ini terjadi akibat menggunakan obat untuk hal-hal
yang tidak merupakan indikasi, pemakaian obat tanpa
memperhitungkan keadaan lain yang diderita pasien
secara bersamaan.
4. Meresepkan obat lebih dari satu jenis (multiple drugs
prescribing/polypharmacy)
hal ini dapat terjadi pada pemberian dua jenis atau lebih
kombinasi obat, sedangkan sebenarnya cukup hanya
diperlukan satu jenis obat saja, termasuk pula disini berupa
pemberian obat terhadap segala gejala dan tanda-tanda yang
timbul, tanpa memberikan obat yang dapat mengatasi
penyebab utamanya.

5. Meresepkan obat yang kurang (under drug prescribing)


hal ini dapat terjadi jika obat yang seharusnya diperlukan
tidak diberikan, dosis obat yang diberikan tidak mencukupi
maupun lama pemberian terlalu singkat dibandingkan
dengan yang sebenarnya diperlukan
Penyebab Polifarmasi Sukar Dihindari
 Penyakit yang diderita banyak dan biasanya kronis
 Obat diresepkan oleh beberapa dokter
 Kurang koordinasi dalam pengelolaan
 Gejala yang dirasakan pasien tidak jelas
 Pasien meminta resep
 Untuk menghilangkan efek samping obat justru ditambah
obat baru
PRINSIP PEMBERIAN OBAT YANG BENAR
UNTUK PASIEN LANJUT USIA
 Riwayat pengobatan lengkap
 Jangan memberikan obat sebelum waktunya.
 Jangan menggunakan obat terlalu lama.
 Kenali obat yang digunakan
 Mulai dengan dosis rendah naikkan perlahan-lahan.
 Obati sesuai patokan
 Beri dorongan supaya patuh berobat
 Hati-hati menggunakan obat baru.
LO 5:
Menjelaskan posbindu (fungsi, pengertian)
Pengertian Posyandu Lansia

 Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih


teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat
dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis
untuk pengembangan sumber daya manusia
khususnya lanjut usia.
Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan Posyandu Lansia
 memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai
kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung
 memelihara kemandirian secara maksimal
 melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai
 melaksanakan pengobatan secara tepat
 membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual
 sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia
 meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia
 meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang
menunjang sesuai dengan kebutuhan
 Sasaran
Sasaran penyelenggara posyandu lansia adalah seluruh
penduduk yang berusia 60 tahun keatas.

 Manfaat Posyandu Lansia


Menurut Depkes RI, manfaat dari posyandu lansia :
a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap
bugar
b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara
c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi
waktu luang
Upaya-upaya yang dilakukan dalam posyandu
lansia
1) Upaya meningkatkan / promosi kesehatan
Upaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya
merupakan upaya mencegah primer. Menurut Suyono, ada
beberapa tindakan yang disampaikan dalam bentuk pesan
“BAHAGIA” yaitu :
 BB berlebihan agar dihindari dan dikurangi
 Aturlah makanan hingga seimbang
 Hindari faktor resiko penyakit degeneratif
 Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang
bermanfaat
 Gerak badan teratur agar terus dilakukan
 Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi
yang menegangkan
 Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodik
2) Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
meliputi kegiatan peningkatan keagamaan (kegiatan
doa bersama).
Peningkatan ketakwaan berupa pengajian rutin satu
bulan sekali. Kegiatan ini memberikan kesempatan
mewujudkan keinginan lanjut usia yang selalu berusaha
terus memperkokoh iman dan takwa
3) Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia
meliputi :
 Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik
lanjut usia
 Penyuluhan gizi
 Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga
 Olah raga
 Rekreasi
4) Peningkatan ketrampilan
Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi :
 Demontrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan
 Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan
 Latihan kesenian bagi lansia
5) Upaya pencegahan/prevention
1) Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan
kepada lanjut usia yang sehat, mempunyai resiko akan tetapi
belum menderita penyakit
2) Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention)
ditujukan kepada penderita tanpa gejala, yang mengidap
faktor resiko. Upaya ini dilakukan sejak awal penyakit hingga
awal timbulnya gejala atau keluhan
3) Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan
kepada penderita penyakit dan penderita cacat yang telah
memperlihatkan gejala penyakit
Penyelengaraan posyandu lansia dilakukan dengan sistem 5
meja meliputi :
a. Meja 1 untuk pendaftaran
b. Meja 2 untuk penimbangan
c. Meja 3 untuk pengisian kartu menuju sehat (KMS)
lanjut usia
d. Meja 4 untuk penyuluhan, penyuluhan disini dapat
dilaksanakan secara perorangan maupun secara
kelompok
e. Meja 5 untuk pelayanan kesehatan yang meliputi
pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan fisik.
LO 6:
Menjelaskan imunisasi pada lansia
 Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia telah
membuat Konsensus Nasional Imunisasi untuk Usia
Lanjut.
 Ada dua macam imunisasi yang disarankan bagi usia
lanjut:
 influenza
 pneumonia.
Vaksinasi Influenza
1. Vaksinasi Influenza
 Vaksinasi ini ditujukan pada kelompok risiko tinggi seperti
lansia yang berusia ≥60 tahun, baik pada komunitas di panti
werdha maupun penderita penyakit kronik.
 Manfaat :
- Manfaat medis : dapat dilihat dari menurunnya kejadian
rawat inap karena infeksi saluran napas dan penyakit lain
terkait infeksi saluran napas, serta menurunnya angka
kematian usia lanjut yang masuk rumah sakit akibat penyakit
yang terkait dengan infeksi saluran napas.
- Manfaat ekonomis dapat ditinjau dari penghematan biaya
yang dikeluarkan untuk rawat jalan maupun rawat inap.
 Sedangkan risiko yang mungkin terjadi terdiri dari efek
samping lokal pada <30% meliputi nyeri setempat yang
akan hilang dalam 2-3 hari tanpa pengobatan.
 Efek samping sistemik yang mungkin muncul : demam,
malaise/lemah, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi yang
bisa timbul dalam 6-12 jam pasca vaksinasi dan akan
menghilang dalam 1-2 hari.
 Namun, sebaiknya vaksinasi tidak diberikan pada mereka
yang alergi telur, karena dapat terjadi reaksi
hipersensitivitas.
Vaksinasi Pneumonia
 WHO telah menetapkan bahwa vaksinasi pneumonia pada usia
lanjut cukup efektif terutama untuk melindungi usia lanjut
sehat terhadap penyakit invasif (pneumonia yang berpenyulit
meningitis, septikemia dan pneumococcal pneumonia)
 Vaksinasi dapat diberikan pada usia lanjut (≥60 tahun) sehat,
terutama yang tinggal di panti werdha. Sedangkan yang
memerlukan vaksinasi ulangan hanyalah mereka yang
mengalami penurunan daya tahan tubuh (diabetes, gagal ginjal
kronik, penyakit hati kronik); usia lanjut dengan komorbiditas
atau mereka yang saat divaksinasi pertama kali berusia kurang
dari 60 tahun.
 Efek samping vaksinasi pneumonia terdiri dari lokal
(sekitar 20%-30%) dan sistemik (<1%). Berdasarkan hasil
pengamatan efek samping imunisasi pada usia lanjut
sehat: imunisasi ganda memang lebih besar
kemungkinannya menimbulkan efek samping lokal ringan
dan demam yang tidak tinggi; namun kedua efek samping
tersebut ringan dan hilang tanpa pengobatan. Vaksinasi
pneumonia tidak boleh diberikan pada seseorang yang
alergi terhadap komponen vaksin.
LO 7:
Menjelaskan quality of life pada lansia
Penilaian ADL Barthel

 Indeks Barthel instrument pengkajian yg berfungsi


mengukur kemandirian fungsional dalam hal
perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga
digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan
fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami
gangguan keseimbangan.
INDEKS AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI – HARI BARTHEL (AKS BARTHEL)

No Fungsi Skor Keterangan Nilai


skor
1 Mengontrol BAB 0 Incontinence
1 Kadang – kadang incontinence
2 Continence teratur
2 Mengontrol BAK 0 Incontinence
1 Kadang – kadang incontinence
2 Continence teratur
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain
(lap muka,sisir rambut, 1 Mandiri
sikat gigi)
4 Toileting 0 Tergantung pertolongan orang lain
1 Perlu pertolongan pada beberapa aktivitas
tetapi beberapa aktivitas masih dapat
dikerjakan sendiri
2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan orang lain
2 Mandiri
INDEKS AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI – HARI BARTHEL (AKS BARTHEL)

No Fungsi Skor Keterangan Nilai


skor
6 Berpindah tempat dari 0 Tidak mampu
kursi ke tempat tidur 1 Perlu pertolongan untuk bisa duduk
2 Bantuan minimal 2 orang
3 Mandiri
7 Mobilisasi/berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa berjalan dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan orang lain
3 Mandiri
8 Berpakaian 0 Tergantung pertolongan orang lain
1 Sebagaian dibantu
2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung pertolongan orang lain
1 Mandiri
TOTAL SKOR
 Interpretasi hasil :
 20 : Mandiri
 12-19 : Ketergantungan Ringan
 9-11 : Ketergantungan Sedang
 5-8 : Ketergantungan Berat
 0-4 : Ketergantungan Total
Daftar pustaka
 http://www.researchgate.net/publication/265364568_Pe
ngaruh_Aging_Terhadap_Sistem_Imun
 http://ws.ub.ac.id/selma2010/public/images/UserTemp/2
014/05/07/20140507182222_3073.pdf
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29941/
4/Chapter%20II.pdf
 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-
gdl-sitiaminah-5527-3-babiip-f.pdf

You might also like