You are on page 1of 23

HPK

• Pelayanan kerohanian bagian non muslim


perlu dilakukan kerjasama kepada
kementerian agama / lembaga keagamaan
terkait dimana akan disediakan pembimbing
rohani (dicantumkan nama beserta nomor
telepon yang bisa dihubungi)
Perlindungan barang milik px
• Perlindungan barang milik pasien perlu
dicantumkan di panduan terkait nama barang-
barang yang bisa dititipkan -> dititipkan di
satpam.
• Utk barang yg tidak dititipkan, kebijakannya
maka barang tersebut dijaga oleh keluarga.
Px berisiko kekerasan fisik
• Identifikasi px berisiko terhadap tindakan
kekerasan dilakukan sejak assesmen awal
masuk. Terdapat penandaan khusus baik yg
ada di rekam medis maupun pasien
• Perlindungan terhadap penculikan bayi
diperlukan adanya CCTV di ruang bayi
Rahasia kedokteran
• Terkait menjaga rahasia kedokteran -> perlu
bukti angkat sumpah kerahasiaan kedokteran
bagi petugas keperawatan (bukti dari sumpah
profesi) maupun non keperawatan ( D III RM,
petugas binroh, gizi, pendaftaran, radiologi)
• Ada daftar nama2 petugas yang terkait.
Hak px dlm pelayanan
• Panduan hak pasien dalam pelayanan isinya
mencakup hak-hak pasien selama
mendapatkan pelayanan termasuk hak untuk
second opinion, menerima/menolak
pengobatan
Informed consent
• Persetujuan tindakan kedokteran -> terdapat
evaluasi pelaksanaan informed consent
• Surat pernyataan penolakan pengobatan
diberikan apabila pasien menolak untuk
meneruskan pengobatan yang telah berjalan
sebelumnya
DNR & End of Life
• DNR hanya dilaksanakan di ruang ICU / HCU.
Untuk di RI, RJ, UGD tidak dapat digunakan
• End of life -> dokter yang menentukan EOL tidak
dicantumkan di SPO, tetapi harus ada di panduan
• Terdapat kebijakan penentuan dokter EOL oleh
dokter yang kompeten yg ditentukan oleh komite
medis
• Di SPO / panduan dicantumkan tanda2 kematian
Penanganan komplain
• Terdapat dokumen penjelasan, catatan,
penanganan, serta laporan penyelesaian
komplain
HPK 4
• Identifikasi nilai2 dan kepercayaan px
dilakukan pada saat px awal masuk sudah
harus teridentifikasi -> terdapat di assesment
awal
Informed consent
• Daftar tindakan yg perlu inform consent
disesuaikan dengan tindakan yg ada di RS.
• Terdapat bukti rapat utk menentukan daftar
tindakan tersebut
• Kebijakan pemberi inform consent dilakukan
oleh tenaga yg kompeten melalui pelatihan
serta mencantumkan SPK dan RKK nya
DPJP
• Penetapan DPJP harus ada kebijakannya
dimana dalam kebijakan tsb tercantum nama2
DPJP beserta informasi persyaratannya seperti
SIP, STR
• SPO pemberian informasi termasuk rencana
pengobatan juga dicantumkan pada form
general consent
SKP
• Indikator SKP
ditentukan dari
bagian mana yang
kemungkinan
mengalami masalah
dari setiap sasaran
SKP
• Komunikasi efektif
bukan fokus pada
SBAR tapi
menggunakan tulis,
baca, konfirmasi
ulang. Pd saat
pelaporan kondisi px
menggunakan SBAR
PASTIKAN PASIEN RSIA PKU MUHAMMADIYAH ROGOJAMPI
MEMAKAI GELANG IDENTITAS

• Biru : Pasien laki-laki


• Pink : pasien perempuan
• Kuning : Pasien Resiko Jatuh
• Merah : Pasien Alergi
• Putih : untuk bayi yang belum jelas identitasnya
• Ungu : Pasien DNR/ Do Not Resuscitate (pasien
yang tidak boleh dilakukan resusitasi)
• Pedoman SKP dapat dijadikan satu mencakup
6 sasaran SKP
• Pengkajian risiko jatuh khusus utk rawat jalan
boleh diterapkan/tidak tergantung kebijakan
RS
TELUSUR

• Pendaftaran
– Ditanya petugas bagaimana bila ada
pasien mendaftar mau rawat inap
• Ditanya identitasnya
• Menunjukkan pilihan kamar
• Ditanyakan punya asuransi atau tidak
– Kalau setelah di tanya ternyata bersedia
untuk rawat inap
• Melengkapi form general consent, menjelaskan
hak dan kewajiban pasien
• Bila pasien/keluarga bisa baca—diberikan
kesempatan baca sendiri
• Diberikan kesempatan bertanya untuk hal-hal
yang kurang jelas, dilakukan review tentang poin
yang ada pada general consent dengan
penyampaian lisan,Pemberian informasi dimulai
dari asesmen pasien
– Visualisasi/banner hak dan kewajiban pasien
dipasang sejak diruang pendaftaran
APOTIK
• Dicek resep-resep yang ada untuk dilihat apakah proses
verifikasi (dicek jml,dosis,rute,yang dilakukan pengecekan
oleh tenaga apotik)
• Verifikasi resep
Dilihat dalam bentuk resep asli bukan salinan resep atau
bukan permintaan ruang rawat
• Resep khusus rawat inap harus sesuai dengan 9 kaedah
penulisan resep, baru bisa diverifikasi
• Dilakukan ceking dan labeling (pengkemasan obat yang
dipesan dan diberi label sesuai rencana penggunaan)
• Di cek NORUM/LASA/Hight alert dan cairan konsentrat
• Untuk cairan konsentrat diberi tulisan hati-
hati cairan konsentrat
• Dipisahkan dengan obat lain dengan jarak
yang jelas
• Dicek lemari penyimpanan obat pengukur
suhu dan catatan obat yang ada didalamnya
• Obat narkotik dilabeli dan dipisahkan agak
jauh dengan non narkotik
• Tidak boleh menumpuk obat2 yang berbeda
jenis tanpa dipisah berdasarkan
penggunaan/pengelompokannya
logistik
• Logistik/gudang farmasi
• Obat dengan kriteria sound a like tone a like
harap dijauhkan
• Cairan konsentrat disendirikan sesuai sifat
cairan
• Ruang harus ber Ac
• NORUM/LASA juga diberikan label untuk
seluruh obat yang masuk kategori
Tinjauan Rawat Inap
• Pasien atau keluarga ditanya langsung apa yang dilakukan perawat,dokter
yang dihubungkan dengan Prosedur SKP,HPK,PPI(general consent,inform
consent, ditanya dijelaskan apa tidak)
• Dicek cairan infus yang terpasang apakah ada campuran cairan consentrat,
bila ada diberlakukan pengelolaan hight alert etiket prosedur
• Indikator klinik pemasangan gelang pasien, dilakukan pemilihan dengan
kecenderungan yang sering terjadi kelemahan, dipantau jumlah
pemasangannya atau kualitas pemasangan
• Kebijakan tentang pengambilan sampel darah diruang rawat dilakukan
oleh analis sesuai standart kompetensi undang – undang, bila dilakukan
delegasi oleh perawat harus dicantumkan dalam kebijakan rumah sakit
• Obat-obat dispensing dirawat inap harus disentralisasi dikantor perawat,
bukan ditempatkan di ruang pasien
• Ditanyakan tentang reconsiliasi obat, daftar obat yang
direkap sebelum dikonsumsi pasien sesuai form
dicatatan integritas layanan rawat inap
• Kalau ada reaksi obat tercatat di integrated note
• Form untuk penolakan pengobatan ditanyakan pada
perawat
• Form pasien APS
• Tabung sampel darah pemeriksaan lab tidak boleh
diruang rawat inap, harus di ruang laboratorium
• Packing obat untuk pemberian harian pertanggal di cek
ulang dirawat inap
UGD
• Pasang gelang pasien beresiko jatuh mulai dari UGD
• Ditanya apakah pasien atau keluarga faham mengapa harus di infus,
dan dapat penjelasan dari siapa, general consent
• Stock obat ER di lakukan registrasi oleh farmasi
• Urgency tentang obat-obat dengan kebutuhan khusus
• Floor stock ditata biasa ada daftar masing-masing unit
• Pengendalian obat emergency diruang khusus bila regulasinya
cepat diatur dalam kebijakan
• Yang menggunting regester stok obat emergency dilakukan user
• Tugas ruangan membuat laporan penggunaan direceck oleh farmasi
• Safety box jangan sampai penuh, bila sudah mencapai 2/3 sudah
harus dibuang
Laboratorium
• Pengelolaan sampah medis limbah lab
• Form permintaan lab : nama, TTL, Regester
sesuain dengan kaedah SKP
• Etiket identifikasi ditabung darah harus sama
dengan kaedah SKP
• Bila masih ada identitas yang tak sesuai SKP
dibuatkan sendiri etiketnya

You might also like