You are on page 1of 35

LAPORAN KASUS

FISTULA PREAURIKULA

OLEH :
MARETA ANGGUN MS, S.KED
SITI SHAIHANY YUSTIKAWARI, S.KED

PEMBIMBING :
DR. TAUFIK HIDAYAT, SP.THT
BAB I PENDAHULUAN
• Fistula preaurikular terjadi ketika pembentukan daun telinga pada
masa embrio pada arkus brakial 1 dan 2. Fistula preaurikular
merupakan kelainan herediter yang dominan.
• Kelainan ini seringkali ditemukan pada pemeriksaan fisik berupa
lubang kecil yang mengarah ke telinga luar, biasanya pada tepi
anterior dari bagian ascending heliks.
• Kelainan ini sering dilaporkan terjadi pada permukaan lateral crus
heliks dan tepi posterosuperior dari heliks, tragus atau lobulus.
• Fistula dapat ditemukan didepan tragus atau di sekitarnya dan
seringkali mengalami infeksi. Pada keadaan tenang, tampak muara
fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil. Dari
muara fistula sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar
sebasea.2
BAB II TINJUAN PUSTAKA
EMBRIOLOGI
ANATOMI
TELINGA LUAR
FISTULA PERIAURIKULA

DEFINISI
Kelainan herediter yang dominan, dapat ditemukan di depan tragus,
berbentuk bulat atau lonjong, dengan ukuran seujung pensil. Dari
muara fistula sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea.2
ETIOLOGI
• Terbentuk akibat gangguan penyatuan dan penutupan arkus
brakialis pertama dan kedua dari hillocks of His.
• Pada usia janin 4 minggu arkus brakialis tampak di permukaan
janin.
• Setelah minggu ke enam hyoid dan arkus mandibular menyatu dan
melintas di bawah kedudukan kanalis aurikularis eksterna, lalu
kemudian menutup.
• Daerah penyatuan terletak di leher pada region sub mandibular.
• Gangguan penutupan celah tersebut menyebabkan fistula
preaurikular kongenital, sehingga pada umumnya muara fistula
terletak pada crus helicis, sebagian yang lain meluas dari pinggir
bawah heliks ke sudut mulut.1,3,5
EPIDEMIOLOGI
1. Insidensi fistula preaurikular di Amerika Serikat sekitar 0-0.9%,
New York sekitar 0.23%, Taiwan sekitar 1.6-2.5%, Skotlandia sekitar
0.06% dan di Hungaria sekitar 0.47%. Di beberapa bagian Asia dan
Afrika, insidensinya sekitar 4-10%.
2. Insidensi fistula preaurikular pada orang kulit putih adalah 0.0-
0.6% dan insidensinya pada ras Amerika, Afrika dan Asia adalah 1-
10%.
3. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemungkinan yang
sama untuk menderita kelainan ini.
4. Fistula preaurikular muncul pada masa antenatal dan terlihat
pada saat lahir.3
• PATOFISIOLOGI  Selama embriogenesis, daun teliga (aurikula)
muncul dari arkus brakial 1dan 2 pada minggu keenam kehamilan.
Arkus brakial adalah struktur mesoderm yangdibungkus oleh
ektoderm dan mengelilingi endoderm. Arkus-arkus ini terpisah
satudengan lainnya oleh celah brakial ektoderm kearah luar dan
oleh kantong faringealendoderm kearah dalam. Arkus brakial 1 dan
2 brakial masing-masing membetuk 3tonjolan (hillocks); struktur ini
disebuthillocks of His. Tiga hillocks muncul dari tepibawah arkus
brakial 1 dan 3 lagi dari batas atas arkus brakial kedua.Hillocks
iniseharusnya bergabung selama beberapa minggu kemudian pada
masa embriogenesis.Fistula preaurikular terjadi sebagai akibat dari
kegagalan penggabungan tonjolan-tonjolan ini.1,3,5
• Fistula preaurikular biasanya sempit, panjangnya bervariasi
(biasanyapendek) dan salurannya biasanya kecil. Fistula
preaurikular biasanya ditemukan padalateral, superior dan posterior
dari nervus fasialis dan kelenjar parotis. Pada hampirsemua kasus,
salurannya terhubung ke perikondrium dari kartilago daun
telinga.Salurannya dapat mengarah ke kelenjar parotis.5
MANIFESTASI KLINIK
• Kelainan ini biasanya asimptomatik.
• Obstruksi dan infeksi fistel keluhan-keluhan rasa sakit dan
bengkak di depan telinga serta demam.
• Penyebab infeksi tersering adalah manipulasi penderita terhadap
muara fistula karena timbulnya rasa gatal atau keluarnya sekret.
• Sekret yang tidak dapat dikeluarkan juga merupakan media yang
baik untuk perkembangan bakteri sehingga akan timbul suatu
infeksi dan selanjutnya menjadi abses. Dapat pula terjadi pioderma
atau selulitis fasial.1,2,3,5
Gambar 7. Fistula Preaurikular6
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Asimptomatik. Hanya sepertiga orang menyadari adanya kelainan ini.
Dalam sebuah studi terhadap 31 pasien, suatu lesi menjadi jelas,
sekitar 9,2 tahun (rata-rata) sebelum mereka mencari pertolongan
medis.3
Beberapa pasien fistula preaurikular datang dengan drainase kronik
yang intermitten berupa material purulen dari tempatnya yang
terbuka. Drainase fistula ini menjadi mudah mengalami infeksi. Sekali
mengalami infeksi, fistula ini sering berkembang menjadi eksaserbasi
akut yang rekuren. Pasien mungkin datang dengan selulitis fasial atau
ulserasi yang berlokasi pada bagian depan telinga. Ulserasi ini sering
diobati tanpa mengetahui sumber primernya dan fistula preaurikular
menjadi tidak ketahuan. Perkembangan dari adanya infeksi, lesinya
mungkin dapat berkembang menjadi jaringan skar.1,3
2. PEMERIKSAAN FISIK  Fistula preaurikular biasanya muncul
sebagai sebuah celah kecil dekat tepi anterior heliks bagian
ascending. Jika fistula ini mengalami infeksi yang aktif dapat
ditemukan adanya tanda-tanda radang yang biasanya disertai
pengeluaran sekret, dan dapat meninggalkan gejala sisa berupa
jaringan parut (scarring). Pada pemeriksaan fisik dapat pula
ditemukan fistula branchiogenik dan atau penurunan pendengaran.3
• Choi et al, pada tahun 2007, mencatat bahwa apa yang dikenal
sebagai fistula preaurikular dapat terjadi di area postaurikula.
Fistula terjadi pada area postaurikula memperlihatkan angka
kekambuhan yang rendah setelah operasi (0%) daripada area
preaurikular (2.2%).3
3. Pemeriksaan Laboratorium  Pemeriksaan laboratorium yang
biasa dilakukan adalah kultur pus yang berasal dari fistula.
Pemeriksaan kultur ini digunakan mengetahui jenis mikroorganisme
penyebab infeksi pada saluran fistula, sehingga dapat diberikan
terapi antibiotik yang sesuai.3

4.Pemeriksaan Radiologi  Pemeriksaan radiologi dapat digunakan


untuk mengetahui bentuk dari saluran fistula. Fistulografi digunakan
untuk melihat bentuk dan sejauh mana saluran fistula ini. Sedangkan
ultrasonograpi dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
saluran fistula dengan arteri temporal superfsial, krus anterior heliks,
dan tragus.3
• PENATALAKSANAAN  Penatalaksanaan fistula preaurikular kongenital
ini tidak diperlukan kecuali pencegahan terjadinya infeksi yaitu
menghindari manipulasi dan membersihkan muara dari sumbatan dengan
alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin. Pada kasus dengan
infeksi biasanya dapat diberikan antibiotik dan kompres hangat.1,3,5
• Pembedahan fistula adalah dengan diseksi dan eksisi komplit dari fistula
dan salurannya, hanya dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena
sulitnya mengeluarkan fistula secara lengkap. Kesukaran pembedahan
disebabkan oleh adanya percabangan fistula sehingga sulit untuk
menentukan luas keseluruhan saluran tersebut. Selama eksisi
pembedahan, harus diingat bahwa salurannya dapat berkelok-kelok
dengan cabang-cabangnya di subkutaneus. Diseksi sampai ke periosteum
dari tulang temporal biasanya dibutuhkan, dan semua cabang-cabang dari
salurannya harus diangkat untuk mencegah infeksi yang berulang.
Pengangkatan yang tidak lengkap menimbulkan sinus yang mengeluarkan
cairan sehingga membutuhkan pengangkatan yang lebih sulit dan lebih
radikal. Untuk membantu pembedahan dapat disuntikkan larutan
methylen blue ke dalam saluran sebelum operasi sehingga jaringan yang
berwarna bisa digunakan sebagai petunjuk panjang dan luasnya fistula.
Harus diketahui bahwa zat warna tersebut mungkin tidak memasuki
seluruh cabang-cabang yang lebih kecil sehingga diperlukan ketelitian
selama diseksi untuk mencari saluran-saluran kecil yang tidak
berwarna.1,3,5,6,7
Gambar 9. Eksisi Fistula Preaurikular.5
Cara lain adalah dengan fistulografi, yaitu dengan cara memasukkan
zat kontras ke dalam muara fistula, lalu dilakukan pemeriksaan
radiologik. Pada pemeriksaan fistulografi tidak dapat
menggambarkan jalur traktus yang sebenarnya karena infeksi yang
berulang menimbulkan tersumbatnya traktus oleh jaringan fibrosis.
Pembedahan dilakukan apabila inflamasi sudah sembuh.1
Sewaktu pembedahan eksisi komplit harus diingat bahwa bahaya
terkenanya kelenjar parotis atau saraf fasialis. Keduanya harus benar-
benar diidentifikasi. Pada beberapa penderita kelainan ini, salurannya
dapat berjalan di medial atau lateral dari saraf fasialis, oleh karena itu
saraf fasialis harus dikenali pada waktu diseksi. Atau juga salurannya
sering berjalan di antara cabang saraf fasialis dan harus di eksplorasi
dengan sangat hati-hati sewaktu pembedahan. Sebelum melakukan
pembedahan, sangat penting untuk mengetahui letak anatomi
perjalanan saraf fasialis, terutama setelah keluar dari foramen
stilomastoideus.1,8
Gambar 10. Eksisi Fistula Preaurikular Tipe II.5
DIAGNOSIS BANDING
1. Karsinoma sel basal --. keganasan yang berasal dari sel pluripotensial
pada lapisan basal dari epidermis atau folikel. Faktor resiko yang paling
sering menyebabkan basal sel karsinoma adalah paparan sinar matahari.
Daerah Predileksi pada daerah kepala dan leher. Gambaran lesi biasanya
muncul sebagai papul berwarna merah atau pinkyang perlahan membesar.9

Gambar 11. Papul berwarna merah muda translusen disertai telangiektasis


dan erosi krusta. 9
2. Kista inklusi epidermal  kista kutaneus yang paling sering terjadi. Kista
ini dapat terjadi di badan, dan paling sering terjadi di wajah, kepala, leher,
dan punggung. Gambaran umum kista inklusi epidermal berupa benjolan
berwarna kekuningan, berbentuk nodul dengan berbagai ukuran. Dan
memiliki pori di bagian sentralnya.10

Gambar 12. Kista epidermoid yang besar dengan punctum prominen. 10


KOMPLIKASI
1. Pasien dapat mengalami infeksi pada salurannya dengan pembentukan
abses.
2. Infeksi dan ulserasi dapat terjadi pada bagian yang jauh dari tempat
yang terbuka.
3. Kekambuhan postoperasi merupakan komplikasi dari ekstirpasi saluran
fistula.

Beberapa faktor yang berkontribusi untuk terjadinya kekambuhan setelah


operasi adalah usaha pengangkatan sebelumnya pada saat dioperasi,
operasi dengan menggunakan anestesi lokal, pengangkatan yang tidak
sempurna dari saluran fistula, infeksi yang aktif pada saat operasi,
drainase abses sebelum operasi, kurangnya gambaran yang jelas dari
traktus ketika dilakukan operasi, kegagalan mengangkat kartilago aurikula
pada dasar fistula, kegagalan untuk mengidentifikasi nervus fasialis
karena letaknya yangdekat dengan fistula.3
PROGNOSIS  Fistula preaurikular umumnya memiliki prognosis yang baik.
Jika fistula preaurikular ini ditangani dengan tepat maka hasilnya akan
memuaskan dan kecil kemungkinan untuk residif.3
BAB III LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. RFH
Umur : 1 tahun 11 bulan 5 hari
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun III Rt 006 Palem Raya Indralaya Utara Kab
Ogan Ilir Sumatera Selatan
Tanggal datang : Kamis, 6 Desember 2018
No.RM : 56.37.33
II. Anamnesis
Keluhan Utama  Luka ditelinga depan kanan dan kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik THT RSUD Palembang Bari untuk kontrol, saat ini
pasien datang dengan keluhan ada luka di depan telinga kanan dan kiri.
Luka tersebut berwarna merah dan berbentuk bulat lonjong, nyeri ada
namun tidak terlalu mengganggu, gatal disekitar liang telinga ada dan
keluar cairan dari telinga tidak ada. Awalnya di depan daun telinga pasien
terdapat lubang kecil sejak pasien baru lahir. Pada saat usia pasien 1 tahun 3
bulan didepan daun telinga pasien timbul bintik merah seperti jerawat,
lama-kelamaan semakin membesar dan membentuk sebuah bisul yang
berisikan nanah. Sebelum keluhan timbul ibu pasien mengatakan anaknya
demam, batuk dan pilek selama 1 minggu. Karena keluhan tersebut ibu
pasien membawa anaknya ke dokter THT, di dokter dilakukan insisi untuk
bisul di depan telinga kanan dan kiri dan diberikan obat berupa antibiotik
dan kompresan untuk mengeringkan luka setelah dilakukan insisi, serta
pasien disarankan untuk kontrol setiap 1 bulan sekali.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma, alergi, kejang, dan trauma disangkal.

Riwayat Pengobatan
Pasien sebelumnya berobat ke praktik dokter THT dan dilakukan insisi serta
diberikan obat antibiotik (Cefixime dan Gentamicin) dan kompres.

Riwayat Penyakit Keluarga


Ayah pasien juga mengalami kelainan yang serupa sejak kecil namun tidak
terdapat keluhan yang serupa.

Riwayat Alergi
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi makanan,
obat-obatan, gatal-gatal ataupun bersin-bersin saat terkena debu atau
dingin.
III. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign :
Nadi : 98 x/menit
Pernapasan : 29 x/menit
Suhu : 37,3C
Maksilofasial
Bentuk : Simetris
Nyeri tekan :-

Leher
Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran KGB
Massa : Tidak ada

IV. DIAGNOSIS
Fistula Preaurikula dextra et sinistra.
V. PENGELOLAAN DAN TERAPI
Medikamentosa
1. Antibiotik sistemik : Amoxicillin syr 3 x 2 cth (dosis harian 1200mg).
2. Analgetik : Paracetamol syr 3 x 1 cth (dosis harian 450mg).
3. Antibiotik Topikal : Sulfadiazine dioleskan 2 x 1
Pembedahan  Fistulektomi
Non Medikamentosa
1. Kompres hangat
2. Pasien dianjurkan untuk tetap menjaga kebersihan telinga.
3. Antibiotik harus diminum sampai habis walaupun gejala sudah hilang,
dengan tujuan eradikasi kuman penyebab dapat tercapai, dan tidak
sampai menimbulkan resistensi serta komplikasi.
4. Jika keluhan berulang, sehingga mengganggu aktivitas, pertimbangkan
untuk tindakan bedah.
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
BAB IV PEMBAHASAN
Pasien ini didiagnosis dengan fistula preaurikula kongenital
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan. Dari
anamnesis didapatkan keluhan luka di depan telinga kanan dan kiri. Luka
tersebut berwarna merah dan berbentuk bulat lonjong, nyeri ada namun
tidak terlalu mengganggu, gatal disekitar liang telinga ada, dan telinga
keluar cairan tidak ada. Awalnya di depan daun telinga pasien terdapat
lubang kecil sejak pasien baru lahir. Keluhan ini dirasakan sejak pasien
berusia 1 tahun 3 bulan, dimana didepan daun telinga pasien timbul bintik
merah seperti jerawat, lama-kelamaan semakin membesar dan membentuk
sebuah bisul yang berisikan nanah. Sebelum keluhan timbul ibu pasien
mengatakan anaknya demam, batuk dan pilek selama 1 minggu. Menurut
literature, fistula preaurikula, merupakan kelainan kongenital sehingga
tejadi kegagalan pembentukan telinga luar secara sempurna. Biasanya
pasien datang karena terdapat obstruksi atau infeksi fistula sehingga terjadi
pioderma atau selulitis parsial infeksi akut diatas dengan pemberian
antibiotik dan bila sudah terbentuk abses dilakukan insisi untuk drainase
abses.
Terapi yang di berikan pada pada pasien ini adalah selain diberikan
antibiotik, juga diberikan anti piretik analgetik untuk mengurangi keluhan
nyeri. Antibiotik yang diberikan adalah Amoksisilin yang merupakan
golongan beta laktam. Amoksisilin dipilih karena merupakan antibiotik
spectrum luas yang merupakan lini pertama pada kasus-kasus infeksi
bakteri dan dan juga lebih aman untuk pasien-pasien anak. Paracetamol
diberikan untuk gejala nyeri pada pasien, karena derajat nyeri pada pasien
termasuk derajat ringan. Pasien juga diberikan antibiotik topikal golongan
sulfadiazine untuk mencegah dan mengobati infeksi luka dengan
menghentikan perrtumbuhan bakteri yang dapat menginfeksi luka terbuka
sehingga membantu untuk menurunkan risiko bakteri menyebar di kulit di
sekitarnya. Tindakan operasi diperlukan bila cairan keluar berkepanjangan
atau terjadi infeksi berulang sehingga mengganggu aktifitas. Prognosis
pada pasien ini adalah baik, jika dilakukan tindakan operatif, angka
kekambuhan bisa dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardhiah A. Fistula Preaurikular Kongenital. Majalah kedokteran nusantara (serial online).2005.
Desember.( cited 2014 April 30th): volume 38/hal.328-332. Available from
URL:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15598/1/mkn-des2005-%20%2810%29.pdf
2. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan telinga luar. Dalam Soepardi EA, Iskandarb N, Bashiruddin J,
Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta
: Balai penerbit FK UI; 2007.hal.57.
3. ScheinfeldNS. Preauricular Sinuses. 2010 (cited 2014 April 30th); Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1118768-overview.
4. Voll M, Wesker K. Ear and vestibular apparatus.In: Voll M, Wesker K. Atlas of Anatomy Head and
Neuroanatomy. Stuttgart : Thieme publishing group; 2007.p.140-3.
5. Weerda H. Abnormalities. In: Weerda H. Surgery of the Auricle. Stutgart : Thieme publishing group;
2007.p.106-117.
6. Ostrower ST. Preauricular Cysts, Pits, and Fissures. 2010 (cited 2014 April 30th); Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/845288-overview
7. Bluestone CD, RosenfeldRM. Preauricular Pit or Fistula. In: Bluestone CD, RosenfeldRM.Surgical Atlas
of Pediatric Otolaryngology. Ontario : BC decker inc; 2002.p.502-3
8. Skandalakis LJ, Skandalakis JE, Skandalakis PN. Brakial Cleft sinuses and cyst. In: Skandalakis LJ,
Skandalakis JE, Skandalakis PN. Surgical Anatomy and Technique A Pocket Manual. 3rd edition. New
york : Springer science; 2009.p.47-51
9. Ramsey ML. Basal Cell Carcinoma. 2010 (cited 2014April30th); Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1100003-overview
10. Hanson LJ. Epidermal Inclusion Cyst. 2010 (cited 2014April30th); Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1061582-overview

You might also like