You are on page 1of 32

RHINITIS ALERGI

Dio Pratama
Ghinafahriya Delihafian
Latar Belakang

• Rinitis alergi adalah kelainan berupa inflamasi pada hidung dengan gejala bersin-bersin,
rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantarai oleh IgE

• Rinitis alergi terdapat pada lebih kurang 40 juta penduduk amerika. Rinitis ditemukan di
semua ras manusia, pada anak-anak lebih sering terjadi terutama anak laki-laki.
Memasuki usia dewasa, prevalensi laki-laki dan perempuan sama.

• Insidensi tertinggi terdapat pada anak-anak dan dewasa muda dengan rerata pada usia
8-11 tahun, sekitar 80% kasus rinitis alergi berkembang mulai dari usia 20 tahun.
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI

VIDEO
Rinitis Alergi

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi


alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersentisasi dengan
allergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulangan dengan allergen spesifik tersebut.
Etilogoi Rinitis Alergi

Sumber pencetus
Rhinitis Alergi jenis musiman muncul disebabkan oleh reaksi alergi terhadap partikel udara seperti berikut ini:
 Ragweed – Bulu‐bulu rumput yang paling umum terdapat sebagai pencetus (di musim gugur)
 Serbuk sari rumput (di akhir musim semi dan musim panas)
 Serbuk sari pohon (di musim semi)
 Jamur (berbagai jamur yang tumbuh di daun‐daun kering, umumnya terjadi di musim panas)

Rhinitis Alergi jenis sepanjang tahun muncul disebabkan oleh reaksi alergi terhadap partikel udara seperti berikut ini:
 Bulu binatang peliharaan
 Debu dan tungau rumah
 Kecoa
 Jamur yang tumbuh di dinding, tanaman rumah, karpet, dan kain pelapis
Klasifikasi Rinitis Alergi

• Rhinitis alergi musiman (hay fever) umumnya disebabkan kontak dengan alergendari
luar rumah seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk
penyerbukannya dan spora jamur. Alergi terhadap tepung sariber beda beda bergantung
geografi dan jenis tanaman yang ada, juga jumlah serbuk yang ada di dalam udara.

• Rhinitis alergi terus menerus (perennial), diakibatkan karena kontak dengan allergen
yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, kecoa, tumbuhan kering, jamur,
bulu binatang atau protein yang dikandung pada kelenjar lemak kulit binatang
• Dan berdasarkan tingkat beratnya gejala, rinitis alergi dibagi menjadi :
Ringan (mild), ditemukan dengan tidur normal, aktivitas sehari - hari, saat olah
raga dan saat santai normal, bekerja dan sekolah normal, dan tidak ada keluhan
mengganggu.
Sedang – berat (moderatesevere), ditemukan satu atau lebih gejala berikut ;
tidur terganggu (tidak normal), aktivitas sehari-hari, saat olah raga, dan saat santai
terganggu, masalah saat bekerja dan sekolah, ada keluhan yang menggangu.

• World Health Organization (WHO) merekomendasikan pembagian rhinitis alergi ke


dalam dua klasifikasi :
Intermittents (kadang-kadang), gejala yang ditemukan kurang dari 4 hari per
minggu dan atau kurang dari 4 minggu.
Persistent (menetap), gejala-gejala yang ditemukan lebih dari 4 hari
Patofisiologi Rinitis Alergi
Gejala Rinitis Alergi

Gejala klinis yang khas adalah bersin yang berulang, Bersin lebih dari lima kali sudah
dianggap patologik dan perlu dicurigai adanya rinitis alergi dan ini menandakan reaksi
alergi fase cepat. Gejala lain berupa keluarnya ingus yang encer dan banyak, hidung
tersumbat, mata gatal dan banyak air mata.

Pada anak-anak, akan ditemukan tanda yang khas seperti :


• Allergic salute adalah gerakan pasien menggosok hidung dengan tangannya karena
gatal.
• Allergic crease adalah alur yang melintang di sepertiga bawah dorsum nasi akibat
sering menggosok hidung. Allergic shiner adalah bayangan gelap di bawah mata yang
terjadi akibat stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung.
• Bunny-rabbit sound adalah suara yang dihasilkan karena lidah menggosok palatum
yang gatal dan gerakannya seperti kelinci mengunyah
Diagnosis Rinitis Alergi

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik : rinoskopi
anterior
3. Pemeriksaan sitologi hidung
4. Uji kulit
Tatalaksana

• Antihistamin
adalah pengobatan rinitis alergi yang paling sering diresepkan. Obat ini bekerja secara
kompetitif dengan mediator alergi, histamin, pada reseptor Histamin-1. Efeknya berupa
mengurangi vasodilatasi, hipersekresi kelenjar mukus, dan refleks iritasi untuk bersin.

• Dekongestan oral
berkerja mengurangi edema pada membran mukus hidung karena bersifat
vasokonstriksi (alfa adrenergik), sehingga efek obat ini melengkapi pengobatan gejala
rinitis alergi oleh antihistamin dengan mengurangi edema membran mukus.
• Sodium kromolin
Bekerja pada intraseluler dengan menstabilkan dinding sel mastosit yaitu berupa
mencegah pelepasan mediator-mediator ke luar sel. Obat ini dapat diberikan sebagai pilihan
alternatif apabila antihistamin tidak dapat ditoleransi pada pasien.

 
• Kortikosteroid inhalasi bekerja dengan mengurangi kadar histamin.
Kadar histamin dikurangi dengan mencegah konversi asam amino histidin menjadi
histamin, selain itu kortikosteroid juga meningkatkan produksi c-AMP sel mast. Efek samping
kortikosteroid inhalasi lebih kecil dibanding steroid sistemik kecuali pasien diberikan dalam
dosis sangat tinggi atau sedang menjalani pengobatan penyakit paru.

 
• Imunoterapi.
Cara ini lebih dikenal sebagai desensitisasi atau hiposensitisasi. Caranya adalah dengan
memberikan injeksi berulang dan dosis yang ditingkatkan dari alergen, tujuannya adalah
mengurangi beratnya reaksi tipe I atau bahkan menghilangkan sama sekali.
Diagnosis Banding

• NARES (non-allergic rhinitis with eosinophilic syndrome) dapat disingkirkan bila tes kulit
menunjukkan positif terhadap alergen lingkungan. Penyebab keluhan pada NARES adalah
alergi pada makanan.

• Rinitis vasomotor dapat dibedakan dengan rinitis alergi dengan keluhan bersin pada
perubahan suhu ekstrim, rokok, tidak terdapat gatal pada mata, udara lembab, hidung
tersumbat pada posisi miring dan bergantian tersumbatnya. Selain itu mukosa yang pucat
atau merah gelap, licin, edema juga mendukung rinitis vasomotor.

• Sekresi hidung yang kekuningan dan tampak purulen tetapi eosinofilik sering terjadi pada
rinitis alergi, tetapi pada sekresi yang berbau busuk dan purulen dan terjadi unilateral
perlu dicurigai adanya benda asing
Prognosis

• Secara umum, pasien dengan rinitis alergi tanpa komplikasi yang


respon dengan pengobatan memiliki prognosis baik.

• Prognosis yang terjadi dapat dipengaruhi banyak faktor termasuk


status kekebalan tubuh maupun anomali anatomi
LAPORAN KASUS
Keluhan Utama
Sejak ± 4 tahun yang lalu, pasien mengeluh bersin yang terjadi secara terus menerus.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik THT karena bersin-bersin terus menerus setiap hari sejak 4 tahun yang lalu.
Setiap bersin dapat mencapai 3-5 kali. Bersin didapatkan pada waktu pagi hari. Bersin meningkat apabila
terpapar udara dingin. Bersin didapatkan selama 3-4 hari dalam 1 minggu. Keluhan juga disertai dengan
pilek, hidung tersumbat, dan rasa gatal pada hidung dan mata. Pilek dengan cairan berwarna bening, encer,
dan banyak, namun tidak berbau. terkadang sampai dengan hidung tersumbat. Pasien juga sering merasakan
gatal pada hidung, dan kemudian menggaruk hidung dengan menggunakan punggung tangan. Keluhan pada
pasien tidak mengganggu aktivitas, karena pasien masih dapat bekerja pada siang hari. Keluhan tidak disertai
dengan batuk, nyeri tenggorok, nyeri kepala dan penurunan fungsi pendengaran.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma, alergi, hipertensi, dan diabetes mellitus pada pasien disangkal.

• Riwayat Pengobatan
Tidak ada

• Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluhan yang serupa dalam riwayat keluarga
Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung Luar Bentuk (N), Inflamasi (-), nyeri Bentuk (N), Inflamasi (-),
tekan (-), deformitas (-). nyeri tekan (-), deformitas (-).

Rinoskopi Anterior
Vestibulum N N
Dasar kavum nasi media Bentuk (N), mukosa pucat. Bentuk (N), mukosa pucat.
Meatus nasi media Mukosa merah media (+), Mukosa merah media (+),
lapang, edema (-), sekret (-), lapang, edema (-), sekret (-),
massa (-) massa (-)
Meatus nasi inferior Mukosa merah muda (+), Mukosa merah media (+),
lapang, edema (-), sekret (-), lapang, edema (-), sekret (-),
massa (-) massa (-)
Konka nasi inferior Mukosa edema (-), eutrofi, Mukosa edema (-), eutrofi,
berwarna pucat, sekret (-), berwarna pucat, sekret (-),
massa (-) massa (-)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-). perdarahan (-).
 Maksilofasial
Bentuk : Simetris
Nyeri tekan :-
 
 Leher
Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran KGB
Massa : Tidak ada
 
• DIAGNOSIS
Suspect Rinitis Alergi
 

• PENGELOLAAN DAN TERAPI


 Non- Medikamentosa
• Menghindari allergen penyebab, dengan menggunakan masker saat
bekerja dan berkendara
 Medikamentosa
• Antihistamin H2 : Cetirizin 1x1
• Dekongestan : Pseudoefedrin 3x1
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Berdasarkan teori, gejala rinitis alergik adalah bersin yang berulang. Bersin biasanya
pada pagi hari dan karena debu. Bersin lebih dari lima kali sudah dianggap patologik dan
perlu dicurigai adanya rinitis alergi dan ini menandakan reaksi alergi fase cepat. Gejala
lain berupa keluarnya ingus yang encer dan banyak, hidung tersumbat, mata gatal dan
banyak air mata. Pada kasus ini terdapat gejala rinitis yaitu bersin yang berulang, hidung
tersumbat, dan keluar ingus.

Diagnosis rinitis alergi di tegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan


sitologi hidung dan uji kulit. Pada rinoskopi anterior sering didapatkan mukosa berwarna
keunguan (livid) atau pucat, edema, dan basah serta adanya sekret encer, bening yang
banyak.
Pengobatan paling efektif dari rinitis alergi adalah menyingkirkan faktor
penyebab yang dicurigai (avoidance). Bila faktor penyebab tidak mampu
disingkirkan maka terapi selanjutnya adalah pemberian farmakoterapi berupa
antihistamin, dekongestan oral, sodium kromolin, dan kortikosteroid inhalasi. Pada
kasus pasien di berikan obat antihistamin berupa cetirizin 2x1 dan dekongestan
berupa pseudoefedrin.

Antihistamin generasi kedua memiliki keuntungan tidak menyebabkan sedasi,


namun efek samping lain ternyata dilaporkan suatu kasus kecil berupa anemia
aplastik dan golongan tertentu tidak boleh diberikan pada penderita dengan
gangguan jantung karena menyebabkan aritmia.

Dekongestan oral berkerja mengurangi edema pada membran mukus hidung


karena bersifat vasokonstriksi (alfa adrenergik), sehingga efek obat ini melengkapi
pengobatan gejala rinitis alergi oleh antihistamin dengan mengurangi edema
membran mukus.
• Secara umum, pasien dengan rinitis alergi
tanpa komplikasi yang respon dengan
pengobatan memiliki prognosis baik. Pada
pasien yang diketahui alergi terhadap serbuk
sari, maka kemungkinan rinitis pasien ini dapat
terjadi musiman.

• Pada kasus prognosis pasien yaitu quo ad vitam


dan fungsionam adalah bonam sedangkan
sanationamnya dubia ad bonam karena risiko
berulang.
KESIMPULAN

Dari laporan kasus ini, dapat disimpulkan bahwa:


1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat. Diagnosis ini ditegakan berdasarkan
anamnesis pada pasien. Namun pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang seperti uji gores.
2. Penatalaksaan pada pasien ini sudah tepat yaitu, farmakoterapi berupa
antihistamin dan dekongestan.
TERIMA KASIH

SEKIAN…….

You might also like