You are on page 1of 26

ABSES PERITONSIL

(QUINSY)

Verdita Mustika Happy


30101507345

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGUNG
SEMARANG
Definisi

• Penyakit infeksi yang paling sering terjadi


pada bagian kepala dan leher.
• Tempat yang bisa berpotensi terjadinya
abses adalah di daerah pillar tonsil
anteroposterior, fossa piriform inferior, dan
palatum superior.
• Abses peritonsil terbentuk oleh karena
penyebaran organisme bakteri penginfeksi
tenggorokan ke salah satu ruangan
areolar yang longgar disekitar faring,
dimana infeksi telah menembus kapsul
tonsil tetapi tetap dalam batas otot
konstriktor faring.
Anatomi dan Fisiologi

• Faring merupakan jalan masuk udara dari


hidung ke laring dan makanan dari mulut
ke esofagus. Faring dibagi menjadi 3
bagian yaitu:
– Nasofaring
– Orofaring
– Laringofaring
• Pada faring, terdapat jaringan imfoid yang
terdiri dari:
– Tonsila palatina
– Tonsila faringealis (adenoid)
– Tonsila lingualis
– Lateral band di kanan dan kiri dinding faring
– Nodul – nodul limfoid
Keseluruhan inilah yang disebut cincin waldeyer
• Fungsi jaringan
limfoid ini adalah
sebagai benteng
pertahanan antibodi
• Persarafan N.IX
• Vaskularisasi dari a.
Maxilaris externa-
interna, a.faringeal
ascenden,
a.lingualis
Tonsila Palatina

• Terletak di dalam fosa tonsil pada kedua


sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar
anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior (otot palatofaringeus)
• Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5
cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-
30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan
tonsil
Adenoid

• Adenoid merupakan masa limfoid yang


berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid
yang sama dengan yang terdapat pada
tonsil
• Adenoid tidak mempunyai kriptus.
• Adenoid terletak di dinding belakang
nasofaring
Etiologi
 Komplikasi tonsilitis akut
 Kuman penyebab :
 Aerob :Streptococcus pyogenes (Group A Beta-
hemolitik streptoccus), Staphylococcus aureus, dan
Haemophilus influenzae
 Anaerob :Fusobacterium. Prevotella,
Porphyromonas, Fusobacterium, dan
Peptostreptococcus spp
 Virus : eipsten-barr, adenovirus, influenza A dan
B, herpes simplex, dan parainfluenza.
Tonsila Lingualis

• Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan


dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika.
Patofisiologi

Daerah sup & lat fossa tonsilaris (ruang


potensial peritonsil) adalah jar ikat longgar
 infiltrasi pus
Pada stad awal (stad infiltrat)  oedem ,
hiperemis  bila proses berlanjut
(terbentuk pus) fluktuasi (+) tonsil
terdorong ke medial, depan, bawah
• Uvula bengkak & terdorong ke sisi kontra
lateral
 Bila proses berlangsung terus  iritasi m.
pterigoid interna  trismus
 Abses bisa pecah spontan  aspirasi
 Biasanya unilateral, banyak pada orang
dewasa
Gejala Klinis

• Nyeri menelan (odinofagi)


• Nyeri telinga (otalgia)
• Muntah, foeter ex ore
• Ptyalismus
• Suara sengau (hot
potatoes voice) atau
Rhinolalia
• Kadang2 trismus
• Pembesaran kelenjar
submandibula & nyeri
tekan
• Nyeri dan kaku di leher
(ok limfadenopathy)
• Palatum mole
bombans, uvula
terdorong ke sisi
sehat
• Minum keluar lewat
hidung
Diagnosis
• Anx: riwayat nyeri kerongkongan, faringitis akut
disertai tonsilitis dan rasa kurang nyaman pada
pharingeal unilateral.
• Pemeriksaan fisik: palatum molle tampak
membengkak dan menonjol ke depan, dapat
teraba fluktuasi. Uvula bengkak dan terdorong
ke sisi kontralateral. Tonsil bengkak, hiperemis,
terdapat detritus dan terdorong ke arah tengah,
depan dan bawah.
• Prosedur diagnosis dilakukan dengan
aspirasi jarum. Aspirasi material yang
bernanah (purulent) merupakan tanda
khas, dan material dapat dikirim untuk
dibiakkan.
tonsillitis akut (sebelah kiri) dan abses
peritonsil (sebelah kanan).
Pemeriksaan Penunjang

1. Hitung darah lengkap (complete blood count),


pengukuran kadar elektrolit (electrolyte level
measurement), dan kultur darah (blood
cultures).
2. Tes Monospot (antibodi heterophile).
3. “Throat culture” atau “throat swab and culture”.
4. Plain radiographs.
5. Computerized tomography (CT scan).
6. “Peripheral Rim Enhancement” Ultrasound.
Diagnosis Banding
• Infiltrat peritonsil  pungsi tidak
didapatkan pus.
• Karsinoma tonsil  permukaan tonsil tidak
rata/permukaan bunga kubis dan ada
jaringan nekrotik/ulkus.
• Abses retrofaring dan abses parafaring.
• Infeksi ruang submaksila  biasanya
terjadi akibat karies atau infeksi pada gigi
molar.
Penatalaksanaan

 Stad infiltrasi : AB dosis tinggi, simptomatik,


kumur dgn cairan hangat, kompres dingin pada
leher.
 Bila abses (+) : pungsi  teknik aspirasi jarum
atau teknik insisi dan drainase.
 Tonsilektomi :
• a chaud : segera (bersama drainase abses)
• a tiede : 3 – 4 hr setelah drainase abses
• a froid : 4 – 6 minggu sesudah drainase abses
Tonslektomi
Komplikasi

1. Abses pecah: perdarahan, aspirasi paru,


piemia
2. Abses parafaring
3. Mediastinitis
4. Penjalaran intrakranial: trombosis sinus
kavernosus, meningitis, abses otak
Pencegahan
• Abses peritonsil cenderung untuk berulang,
maka dua/tiga minggu setelah serangan
pertama dilakukan tonsilektomi.
• Jika abses berada di belakang tonsil plika
anterior, dapat dilakukan tonsilektomi segera
diikuti dengan pemberian antibiotika (mencegah
septicemia). Tindakan ini juga dilakukan
bilamana keadaan abses pecah ke dalam
ruang parafaring.
Prognosis

• Abses peritonsiler hampir selalu berulang


bila tidak diikuti dengan tonsilektomi. Di
Amerika Serikat angka kekambuhan 10%.
• Abses peritonsiler yang tidak
berkomplikasi dan mendapat perawatan
yang baik akan sembuh 94%.
Terima Kasih

You might also like