You are on page 1of 167

PEMICU 2 BLOK REPRODUKSI

Vivian Saputra
405140126
LI
• Fisiologi & tatalaksana persalinan normal
• Fisiologi & tatalaksana masa nifas normal
– Definisi masa nifas
– Reflek neuroendokrin saat menyusui
– Pemberian obat”an
– KIE asupan nutrisi pada ibu yg akan menyusui
– Asuhan ibu dan bayi selama nifas
– Masalah yg mungkin timbul baik fisik dan psikologis
• Perinatologi
• Konseling KB
FASE PARTUS
• Partusmasa pelahiran bayi (memerlukan perubahan dlm
fungsi uterus & serviks)

• Persalinan dpt terbagi menjadi fase :


– Fase 1 pendahuluan (ketiaktifan uterus & pelunakan
seviks)
– Fase 2persiapan (perisiapan uterus untuk
persalinan,pematangan serviks)
– Fase 3proses (kontraksi uterus,pembukaan
serviks,pngeluaran janin & plasenta )
– Fase 4pemulihan (involusi uterus,perbaikan
serviks,menyusui)

Williams Obsetric 23rd


edition
Fase 1 partus :Penenangan Uterus &
Pelunakan serviks
• Ketiaktifan Uterus
 Periode ketidaktifan miometrium sdh dimulai sblm implantasi
 Pd fase ini ditandai o/ketenangan otot polos uterus &
dipertahankannya integritas struktur serviks.
 Uterus jg hrs memulai perubahan ekstensif dlm ukuran &
vaskularisasi untuk mengakomodasi kehamilan & mempersiapkan
kontraksi uterus pd fase 3 .
 Pd fase tenang dpt terjadi kontraksi miometrium (dlm keadaan
normal tdk sampai menyebabkan pmbukaan serviks.
 Kontraksi ini ditandai :sifat yg tdk dpt diduga,intensitas yg rendah &
berlangsung singkat,rasa tdk nyaman biasanya terbatas di abdomen
bawah & perineum.
 Mnjelang akhir kehamilankontraksi mnjadi lbh sering (khusus pd
wnita multipara) kontraksi ini disbut Braxton Hicks
• Pelunakan serviks
 Slama kehamilan ,serviks memiliki bnyak fungsi yg mencakup:
a) Mempertahanknan fungsi sawar untuk melindungi sal reproduksi dari infeksi
b) Memelihara kompetensi serviks meskipun gaya gravitasi yg ditimbulkan o/
uterus yg membesar smakin kuat
c) Memadukan perubahan matriks ekstrasel yg memungkinkan kelenturan
jaringan mningkat scara progresif sbg persiapan u/ pelahiran.
 Pd wnita tdk hamilserviks trtutp dan padat
 Pd akhir kehamilanserviks mudah diregangkan
 Tahap awal remodeling ini disebut pelunakan ditandai oleh peningkatan
kelenturan (compliance)jaringan,tp serviks ttp padat dan tdk membuka

PERUBAHAN STRUKTURAL PD PELUNAKAN


 Pelunakan serviks terjadi krna:peningkatan vaskularitas,hipertrofi stroma
,hipertrofi & hiperplasia kelenjar & perubahan komposisi /struktur matriks
ekstrasel.
 Selama fase 1 persalinan ,serviks mulai melakukan peningkatan turnover
komponen matriks scara progresif-lambat
Fase 2 Partus :Persiapan Persalinan
• Fase 1 partus hrs dihentikan u/ mmpersiapkan persalinandinamakan
pengaktifan uterus membentuk fase 2 & mencerminkan
perkembangan perubahan uterus slama 6-8 minggu terakhir kehamilan.
PERUBAHAN MIOMETRIUM SLAMA FASE 2
 Perubahan miometrium slama fase 2 merupakan persiapan u/kontraksi
persalinan.
 Pergeseran dari fase 1 ke fase 2 disebabkan o/ prubahan ekspresi protein
yg mngontrol kontraktilitas.
 Contraction-associated protein mncakup reseptor oksitosin,reseptor
prostaglandin F & Koneksin 43
 Reseptor oksitosin miometrium meningkat seiring dgn pningkatan
jmlh & luas permukaan protein taut celah peningkatan iritabilitas
uterus & kepekaan uterotonin (bhan yg merangsang kontraksi)
 Perubahan lain pd fase 2 :p’mbentukan segmen bwh uterus dri isthmus
(dgn terbentuknya segmen ini ,kepala janin sering turun mnuju/melewati
apertura pelvis superior )
PEMATANGAN SERVIKS SELAMA FASE 2
 Sblm kontraksi dimulai,serviks hrs mnjalani remodelling yg lbh ekstensif
,menyebabkan serviks melemas & membuka (berdilatasi)ketika inisiasi
kontraksi uterus kuat pada fase 3.
 Modifikasi serviks pd fase 2 berkaitan dgn perubahan jaringan ikat cervical
ripening.
 Transisi dari pelunakan jdi pematangan dimulai bbrp minggu/hari sblm
kontraksi dimulai (slama transformasi,jmlh & komposisi proteoglikan &
glikosaminoglikan berubah)
 Proses yg membantu remodelling serviks dikontrol o/ hormon

a) EPITEL ENDOSERVIKS
 Slama hamil,sel epitel endoserviks berproliferasi
 Kanalis endoserviks dilapisi o/ epitel skuamosa berlapis & kolumnar pnghasil
mukus melindungi serviks dari invasi mikroba
 Epitel mukosa berfungsi sbg struktur yg mengenali antigen & memberi sinyak
ke sel imun dibwhnya jika patogen mengalahkan kemampuan protektif ny.
b) JARINGAN IKAT SERVIKS
 Serviks terdiri dri 10-15% otot polos & jar I sisanya dibentuk o/ jar ikat
ekstrasel
 Terdiri dari :kolagen tipe 1,3,4 ,glikosaminoglikan ,proteoglikan & elastin
c) KOLAGEN
 Merupakan komponen utama serviks & berperan dlm menentukan
disposisi struktur serviks.
 Kolagen terdiri dari 3 rantai alfa (yg saling mengelilingi u/ mmbentuk
prokolagen.
d)GLIKOSAMINOGLIKAN
 Polisakarida yg mngandung gula amino & dpt membentuk kompleks dgn
protein u/ membentuk proteoglikan
 Slh 1 GAGshialuronan
 Kandungan hialuronan meningkat di serviks slama fase pematangan
e) PROTEOGLIKAN
 Glikoprotein ini bnyak ditemukan di serviks & prubahan komposisi
proteoglikan didlm matriks serviks jg mnyertai pematangan serviks
 Diserviks terjadi ekspresi 2 proteoglikan kecil :leusin-dekorin & biglikan
f) PERADANGAN
 Perubahan pd matriks ekstrasel selama fase 2 pematangan serviks disertai
o/ invasi sel radang ke dlm stroma
 Adanya kemotraktan serviks yg menarik sel radang mbebaskan protease
(mbantu proses pengurainan kolagen & komponen matriks lain)
Fase 3 Partus:Persalinan
• Fase 3 = persalinan aktif,kontraksi uterus yg menyebabkan dilatasi
progresif serviks & pelahiran
• Fase 3 biasanya dibagi menjadi 3 stadium (kala)persalinan

Stadium klinis persalinan:


a) Kala 1: berawal ktika terjadi kontraksi uterus yg frekuensi,intensitas &
durasinya mampu mnyebabkan penipisan serviks
pendataran/pnipisan (effacement),stad persalinan ini berakhhir
ketika serviks berdilatasi smpurna -10cm shingga kpala janin dpt lewat
b) Kala 2: berawal ktika pmbukaan serviks tlh lengkap & berakhir dgn
pelahiran bayi
c) Kala 3 : dimulai segera stlh bayi lahir & berakhir dgn lahirnya plasenta
KALA 1
• Partus dimulai bila timbul his & keluar lendir bersemu darah (bloody show)
• Lendir +darah berasal dari lendir kanalis servikalis krn serviks mulai
membuka/mendatar ,sedangkan darahnya berasal pmbuluh kapiler yg berada
disekitar kanalis servikalis pecah krn pergeseran ketika serviks membuka.

• Pd primigravida ostium uteri internum akan mbuka lebih dahulu,shingga serviks


akan mendatar dan menipis ,baru diikuti ostium uteri eksternum sdikit
membuka.
• Pd multigravida ostium uteri internum & eksternum sdh sdikit trbuka.
• Saat pmbukaan ,penipisan & pendataran serviks trjd dlm saat yg sama.
• Ketuban akan pecah sendiri ktika pmbukaan hampir/telah lengkap,(jika ketuban
tlh pecah sblm mncapai pmbukaan 5 cm ketuban pecah dini)

Proses mmbuka nya serviks sbgai akibat his dibagi dlm 2 fase:
1) Fase laten:berlangsung slama 8 jam ,pmbukaan terjadi sgt lambat smpai
mncapai ukuran diameter 3 cm
2) Fase aktif: dibagi dlm 3 fase ,yakni:
a)Fase akselerasi:dlm wktu 2 jam pmbukaan 3 cm mnjdi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal:dlm waktu 2 jam pmbukaan brlangsung sgt cpt ,dari 4 cm
mnjadi 9 cm
c) Fase deselerasi:pmbukaan mnjdi lambat kembali,dlm wktu 2 jam pmbukaan dari
9 cm mnjadi lengkap
William Obsetric 24th edition
Kontraksi Uterus pd persalinan
• Kontraksi otot polos uterus slma persalinan menimbulkan nyeri
• Pnyebab nyeri msh belum diketahui scara pasti,ttp bbrp
kemungkinan:
a) Hipoksia miometrium yg berkontraksi
b) Penekanan ganglion saraf diserviks & uterus bag bawah o/
berkas otot yg berkontraksi & saling mngunci.
c) Peregangan serviks akibat dilatasi
d) Peregangan peritoneum yg terdapat di atas fundus
 Pemisahan selaput ketuban dpt mbantu pematangan serviks &
dpt jg mningkatkan persalinan
 Interval antar 2 kontraksi akan ber- scara bertahap dri skitar 10
mnt pd permulaan kala 1 persalinan mnjadi hanya 1 mnt pd kala
2.
 Kontraksi yg terus menerus akan mnggangu aliran darah
uteroplasenta hipoksemia jnin
 Pd persalinan fase aktif durasi stiap kontraksi berkisar 30-90
dtk rerata 1 mnt.
 Tekanan cairan amnion yg dihasilkan o/ kontraksi pd persalinan
spontan rerata :40mmHg
Perubahan bentuk uterus slama persalinan &
Gaya tambahan slama persalinan
• Stiap kontraksi mnyebabkan bentuk uterus yg ovoid mnjadi
memanjang
• Perubahan bentuk mnimbulkan efek penting pd proses persalinan
1) Trjdi pningkatan tekanan sumbu janin (pnurunan diameter
horizontal berfungsi meluruskan kolumna vertebra
janin)hal ini menekan kutub atas janin shingga janin
menempel erat ke fundus ,kutub bwh smakin terdorong ke
bwh
2) Dgn memendeknya uterus serat longitudinal trtarik lbh
kencang akibatnya segmen bwh & servik mnjadi bagian yg
lentur & ke2 nya tertarik ke atas & mengelilingi kutub bwh
janin
 Gaya terpenting u/ mngeluarkan janin:gaya yg dihasilkan oleh
tekanan intraabdomen ibu
 Kontraksi otot abdomen scara bersamaan dgn upaya ekspirasi
paksa dgn glotis trtutup mengejan (pushing)
Perubahan Serviks slama KALA 1
• Karena gaya kontraksiterjdi 2 perubahan dasar pd serviks :pendataran &
dilatasi pd serviks
• Agar kepala janin dpt melewati serviks maka kanalis servisis uteri harus
melebar hingga garis tengah mncapai 10 cm (serviks telah membuka lengkap)
• Pendataran servikspemendekan kanalis servisis uteri dari pnjang skitar 2 cm
mnjd lubang dgn tepi yg sgt tipis.
– Pendataran serviks diibaratkan sbg p’tukan saluran dimana yg tadinya panjang & sempit
diubah mnjadi saluran yg melebar dan tumpul .
– Krn mningkatnya aktivitas miometrium slama persiapan uterus untuk persalinan maka
pendataran serviks yg telah melunak kdang terjdi sblm persalinan dimulai.
– Pendataran serviks mnyebabkan ekspulsi sumbat mukus ktika kanalis servisis uteri
memendek.
• Terbentuklah suatu tarikan sentrifugal yg mengenai serviks dan menyebabkan
terjadinya :peregangan/pmbukaan serviks.
• Kontraksi uterus mnyebabkan tekanan pd membrantimbul efek hidrostatik
kantong amnion mnyebabkan dilatasi kanalis servisis uteri.
• Jk terjd ketuban pecah dini tdk mmprlambat pmbukaan serviks slama bag
presentasi janin berada dlm posisi memberikan tekana pd serviks & segmen
bwh uterus.
• Trbentuknya forebag cairan amnionbag terdepan dari kantong & cairan
amnion yg trletak dibag dpn presentasi
KALA 2
1) His menjadi lbh kuat & lbh cpt ,kira2 2-3 mnt skali,krn dlm hal ini kepala
janin sdh msk diruang panggul,maka pd his dirasakan tekanan pd otot
dasar panggul yg secara reflektoris mnimbulkan rasa mengedan.
 Wnita merasa pula tekanan kepada rektum & hendak BAB
 Perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dgn anus membuka
 Labia mulai membuka dan tdk lama kmudian kepala janin tmpak dlm
vulva pd wktu his.
 Bila dasar panggul sdh lbh berelaksasi ,kpala janin tdk masuk lgi diluar
his dan dgn his & kekuatan mengedan maks kepala janin dilahirkan dgn
suboksiput dibwh simfisis dan dahi ,muka dan dagu melewati
perineum.
2) Stlh istirahat sbentar,his mulai lagi untuk mengeluarkan badan & anggota
bayi
Pd primigravida Kala II brlangsung rata2 1 ½ dan pada multi gravida rata-rata ½
jam
KALA 2 :Perurunan Janin
Perubahan dasar panggul slama
persalinan
• Jalan lahir ditopang & scara fungsional trtutp o/ bbrp lap jaringan membentuk
dasar panggul.
• Struktur terpenting :otot levator ani & jaringan ikat fibromuskulus yg
mmbungkus prmukaan atas & bawahnya.
• Levator ani :terdiri dari puboviseral,puborektal,dan iliokoksigeus yg mnutup bag
bwh rongga pelvis sbg suatu diafragma.
• Bag lateral & posterior dasar panggul:ditempati oleh otot piriformis & koksigeus.
• Otot levator ani memiliki ketebalan bervariasi (3-5mm) ,slama hamil ,levator ani
biasanya mengalami hipertrofi ,membentuk pita tebal yg meluas ke blakang dari
pubis & mengelilingi vagina skitar 2 cm diatas bidang himen.
• Ketika berkontraksilevator ani menarik rektum & vagina ke dpn & keatas dalam
arah simfisis pubis.

• Pd kala 1,membran,jika masih utuh & bag presentasi janin


berfungsimelebarkan vagina bag atas
• Perubahan paling mencolok:peregangan serat –serat otot levator ani(hal ini
dicapai o/ pnipisan bag sentral perineum ,yg berubah dari massa jaringan tebal
mnjadi membran tipis )

• Jika perineum diregangkan scara maks ,maka anus akan melebar scara maks
KALA 3
• Stlh bayi lahir,uterus teraba keras dgn fundus uteri sdikit diatas pusat
• Bbrp menit kemudian uterus berkontraksi lagi u/ melepaskan plasenta dari
dindingnya.Biasanya plasenta lepas dlam 6-15 mnt stlh bayi lahir & keluar
spontan /dgn tekanan pd fundus uteri.
PELAHIRAN PLASENTA & MEMBRAN
 Kala ini dimulai segera stlh keluarnya janin & terdiri dari pemisahan dan
pengeluaran plasenta.
 Stlh janin lahir,uterus scara berkontraksi.
 Fundus uteri kini trltak tpt dibwh ktinggian umbilkus.
 Pengecilan mendadak ukuran uterus diikuti oleh pnurunan luas tmpt
implantasi plasenta.
 Agar dpt mnyesuaikan plasenta mningkatkan ketebalan,ttp karena
elastisitasnya rendahakhirnya lepas.
 Tegangan yg terbentuk menarik lap terlemah desidua (desidua spongiosa)
 Ketidakseimbangan antara ukuran plasenta yg tetap & tmpt implantasi yg
mnciutplasenta lepas
 Dgn berlanjutnya proses pemisahan ,trbentuk hematoma (yg merupakan
hasil pelepasan plasenta) diantara plasenta yg terlepas & desidua
Pemisahan membran janin & pengeluaran
plasenta
• Ber-nya luas permukaan rongga uterus mnybabkan membran
janin (amniokorion)& desidua parietalis mbentuk bnyak
lipatan.
• Membran ini terkelupas dari dinding uterus ,akibat kontraksi
miometrium & krn traksi yg ditimbulkan oleh plasenta yg
terlepas ,yg trletak di segmen bwh uterus/vagina bag atas
• Stlh proses pemisahankorpus uteri biasanya mmbntuk massa
otot yg hampir pdat,dgn dinding anterior & posterior
(ketebalan 4-5 cm).

PENGELUARAN PLASENTA
 Plasenta dpt dikeluarkan o/ pningkatan tekanan intra-abdomen
 Slama pelahiran plasenta terbentuuk hematom retroplasenta
yg mendorong bag tengah maju & mnyebabkan terlepas mnuju
ke rongga uterus
 Akibat hematomaplasenta turun,menyeret membran &
mengelupaskannya dari perlekatannya ke uterus.
FASE 4 PARTUS:MASA NIFAS
• Slama skitar 1 jam stlh pelahiran,miometrium ttp berada dlm
status berkontraksi kaku & persisten srta teretraksi menekan
pmbuluh darah uterus & mmungkinkan trbntuknya trombosis
didlm lumen pmbuluhperdarahan pasca persalinan dpt
dicegah.

• Slama awal masa nifas,terbentuk pola perilaku tipe ibu &


dimulailah (maternal –neonatal bonding)

• Permulaan laktogenesis dan milk letdown pnting dlm


melahirkan dan membesarkan bayi.
Proses Fisiologis & Biokimiawi yg mengatur Partus
• REGULASI KONTRAKSI & RELAKSASI MIOMETRIUM
Kontraksi miometrium dikendalikan oleh transkripsi gen ,yg menghasilkan
berbagai protein yg menekan/mningkatkan kontraktilitas sel.
Protein ini berfungsi u/:
a) mningkatkan interaksi antara protein aktin & miosin yg menyebabkan
kontraksi otot.
b)Mningkatkan eksitabilitas sel miometrium
c) Mndorong interaksi intasel yg memungkinkan terjadinya kontraksi yg
sinkron.

 Interaksi Aktin & Miosin


 Interaksi ke2 protein ini esensial bagi kontraksi otot.
 Interaksi mnsyaratkan diubahnya aktin (dari bntuk globulus)mnjadi
filamen
 Aktin hrs melekat ke sitoskeleton di mmbran sel agar tegangan dapat
terbentuk
 Aktin hrs berpasangan dgn miosin pengaktifan adenosin
trifosfatase,hidrolisis adenosin trifosfat & dihasilkannya gaya.
 Interaksi ini dilakukan o/ fosforilasi enzimatik (dikatalis o/ enzim rantai
ringan kinase miosin yg diaktifkan oleh kalsium)
 Kalsium
 Bahan yg mendorong kontraksi bekerja di sel miometrium u/
mningkatkan konsentrasi kalsium sitosol intasel –Ca 2+ atau
memungkinkan influks kalsium ekstrasel melalui sal kalsium yg diatur
o/ ligan.
 Ct/:prostaglandin F2alfa & oksitosin berikatan dgn reseptor slama
persalinan membuka saluran kalsiumca intrasel tinggi
depolarisasi sel
 Pengaktifan reseptor jg membebaskan kalsium dri simpanan internal di
retikulum sarkoplasma.
 Keadaan yg mnurunkan kadar Ca ,& mningkatkan konsentrasi adenosin
monofosfat (cAMP),cGMP (guanosin monofosfat siklik) biasanya
menyebabkan relaksasi uterus.
 Bahan2 misal CRH (corticotropin releasing hormone) & prostaglandin
E2 mningkatkan cAMP intrasel
 Perlunya miosit u/ bekerja scara terpadu u/ mnghasilkan glmbang
kontraksi miometrium yg kuat
Fase 1
• Fase 1 pd persalinan & keadaan tenang ditimbulkan oleh bnyak faktor yg
mncakup:
– Kerja estrogen & progesteron melalui reseptor intrasel
– Peningkatan cAMP yg diperantarai o/ reseptor mbran plasma sel miometrium
– Pmbentukan cGMP
– Modifikasi di saluran ion sel miometrium
• KONTRIBUSI PROGESTERON & ESTROGEN PD FASE 1
 Slama awal gestasi ,kadar estrogen ibu relatif rendah,ttp seiring dng
kemajuan kehamilan,sekresi estrogen terus mningkat
 Pd hari mnjelang persalinantrjd lonjakan kadar estrogen yg
mnyebabkan perubahan pd uterus & serviks u/ mmpersiapakn ke 2
struktur untuk persalinan & pelahiran
 Estrogen kadar tinggi mendorong sintesis konekson didlm sel otot
polos uterus konekson disisipkan di mbrn plasma miometrium u/
mmbntk taut celah yg menyatukan sel otot polos uterus agar mampu
berkontraksi secara terkoordinasi

 Estrogen jg mningkatkan konsentrasi reseptor oksitosin di miometrium


 Estrogen dgn kadar tinggi jg mnedorong p’tukan prostaglandin lokal yg
berperan dlm pematangan serviks dgn mrangsang enzim serviks yg
mnguraikan serat kolagen
Reseptor terkait –protein G yg
mendorong relaksasi uterus
• Di miometrium trdpt reseptro terkait protein G yg scara normal berhub dgn
pengaktifan adenil siklase yg diperantarai oleh Galfas & Pningkatan kadar cAMP
• Reseptor ini bersma dgn ligan bkrja bersma dgn hormon steroid seks (sistem
pengamanan untuk mempertahankan keadaan tenang.
 Adrenoreseptor beta reseptor beta adrenergik (prototipe pmbtukan sinyal
cAMP yg mnyebabkan relaksasi miometrium.

Reseptor LH & hCG


- Reseptor terkait protein G u/ LH & hCG trdpt di sel otot polos miometrium &
p.d.Kadar reseptor LH-hCG miometrium slama kehamilan jauh lbh besar drpd sblm
per
-salinan.
- Gonadotropin korionbekerja dgn mengaktifkan adenil siklase melalui sistem
terkait
Reseptor G alfaS di mmbran plasma mnrunkan frekuensi & kekuatn kontraksi srta
mnurunkan
Jmlh taut celah
• Relaksin
- F: memperantarai pemanjangan lig pubis,pelunakan serviks,relaksasi vagina &
inhibisi kontraksi miometrium
- 2 gen relaksin manusia: H1 & H2
- Gen H1: diekspresikan di desidua,trofoblas & prostat
- Gen H2: diekspresikan di korpus luteum
- Kadar plasma memuncak hingga 1 ng/ml antara 8-12 mnggu & mnurun ke kdar yg
rndah menetap hingga aterm
- Reseptor di membran plasma untuk relaksin: relaxin family peptide receptor 1
(RXFP1) mmeperantari pengaktifan adenil siklase
- Relaksin jg berperan dlm remodelling komponen matriks ekstrasel (kolagen &
hialuronan)

 Corticotropin Releasing Hormone (CRH)


a) hormon ini disintesis di plasenta & hipotalamus ,kadar hormon ini mningkat slama
6-8 minggu terakhir kehamilan.
b) Peran ganda CRH slama kehamilan & persalinan diperantarai oleh varian spesifik
reseptor CRH
a) CRH berikatan dgn reseptor CRH-R1 pembentukan cAMP & inhibisi aktivitas
miometriuk
b) Pd aterm ,CRH dpt mengaktifkan jalur protein Gqalfa mndorong kontaksi
miometrium
• Prostaglandin
 Dibentuk dgn mnggunakan asam
arakidonat (asal membran plasma)yg
dibebaskan o/ fosfolipase A & C pd
fosfolipid membran.
 PGE2 /PGI 2 (prostaglandin bentuk aktif)
bekerja memperthankan keadaan
tenang uterus dgn mningkatkan sinyal
cAMP ,namun PGE2 dpt mendorong
kontraktilitas uterus melalui pengikatan
dgn reseptor EP 1,EP3,PGE2,PGD2,PGI2 jg.

 Peptida natriuretik atrium & otak & cGMP


 Pngaktifa guanil siklase meningkatkan
kadar cGMP intraselmndrong relaksasi
otot polos .
 Aktivitas guanilat siklase & kandungan
cGMP mningkat pd miometrium sblm
persalinan dimulai
 Kadar cGMP dpt dirangsang oleh reseptor
ANP & BNP (peptida natriuretik otak)& ke
2 nya terdapat dimiometrium slama
kehamilan.
FASE 2 :PENGAKTIFAN UTERUS & PEMATANGAN SERVIKS
• Withdrawal fungsional Progesteron
- Diperantarai melalui bbrp mekanisme:
a) Perubahan ekspresi relatif berbagai isoform protein reseptor progesteron di nukleus
,PR-A ,PR-B,PR-C
b) Perubahan ekspresi relatif reseptor progesteron yg melekat di membran.
c) Modifikasi pascatranslasi reseptor preogesteron
d) Prubahan aktivitas reseptor progesteron melalui perubahan pd ekspresi ko-
aktivator/ko-reseptor yg scara lgsg mempengaruhi fungsi reseptor
e) Inaktivasi lokal progesteron oleh enzim yg memetabolisasi steroid

 Reseptor Oksitosin
pengaktifan reseptor ini menyebabkan peningkatan aktivitas fosfolipase C yg diikuti
oleh peningkatan kalsium sitosol & kontraktilitas uterus.
progesteron & estradiol: regulator utama ekspresi reseptor oksitosin
a) Pmberian estradiol: mningkatkan reseptor oksitosin
b) Progesteron bekerja di dlm sel miometrium u/ mningkatkan pnguraian reseptor
oksitsoin

 Relaksin
 Peran ini mencakup remodeling matriks ekstrasel di uterus,serviks,vagina ,payudara &
simfisis pubis serta mendorong proliferasi sel & menghambat apoptosis
 Efek relakssin pd proliferasi & apoptosis sel diperantarai melalui reseptor terkait
protein G,RXFP1
Kerja CRH pd kelenjar adrenal janin
• Produksi steroid harian oleh kelenjar adrenal janin menjelang aterm : 100-200mg/hari
• Fungsi & zona steroidogenik berbeda dr pd org dewasa
– Kelenjar janin blm mnghasilkan kortisol smpai trimester terakhir krn itu kadar kortisol janin
mningkat slama minggu terakhir kehamilan
– Kadar DHEA jg mningkatmnyebabkan peningkatan estrogen ibu (trutama estriol)
• Diduga rangsangan untuk tumbuh berasal dari plasenta
• CRH yg berasal dari plasenta berperan penting dlm hipertrofi adrenal janin &
peningkatan steroidogenesis pd akhir kehamilan.
• Mnurut penelitian:CRH mrangsang DHEA s adrenal & biosintesis kortisol janin

Produksi CRH plasenta


:hormon yg identik dgn CRH hipotalamus janin & ibu diproduksi dlm jmlh relatif besar
Kortisol dibuktikan merangsang produksi CRH plasenta ,kemampuan ini memungkinkan
terciptanya jenjang endokrin
Feed-forward yg tdk berakhir smpai janin terlepas dari plasenta pd pelahiran.
• Pd trimester per 1 kehamilan kadar CRH plasma ibu rendah & mningkat mulai
pertengahan gestasi hingga aterm .
• Spanjang kehamilan,CRH didarah ibu terikat ke protein pengikat (CRH-BP) shiingga
mnghambat aktivitas CRH plasenta dlm merangsang ACTH
• Pd kehamilan lanjut kadar CRH BP dalam plasma ibu mnurun dgn mningkatnya kadar
CRH
Sistem pd FASE 3 Partus
• Fase 3 partus =kontraksi uterus yg menyebabkan pembukaan progresif
serviks & pelahiran .
• Produksi uterotonin akan mningkat
• Uterotonin :penginduksi persalinan antara
lain;oksitosin,prostaglandin,sertonin,histamin,PAF ,angiotensin II
a) Oksitosin & FASE 3 Partus
mnjelang akhir kehamilan ,terjadi peningkatan reseptor oksitosin
dimiometrium ,lalu disertai dgn meningkatnya responsivitas kontraktil
uterus trhdp oksitosin.
Peran Oksitosindpt menginduksi persalinan ,suatu uterotonin poten
a) Jmlh reseptor oksitosin meningkat scara mencolok di jar miometrium
& desidua menjelang akhir gestasi
b) Oksitosin bekerja pd jar desidua untuk mendorong pelepasan
prostaglandin
c) Oksitosin disintesis scara lgsg di desidua & jaringan janin
ekstramudigah srta di plasenta

TERJDI peningkatan kadar oksitosin serum ibu


1) Slama kala 2 persalinan –akhir fase 3 partus
2) Pd awal masa nifas
PROSTAGLANDIN & FASE 3 PARTUS
• Slama persalinan,produksi prostaglandin di miometrium &
desidua mengaktifkan kontraksi
• Sintesis PG didesidua meningkat & tdk berubah slama fase 2 dan
3 partus
• Reseptor untuk PGF 2alfa didesidua mningkat pd aterm
• Membran janin & plasenta jg mnhgasilkan prostaglandin.
• Seiring prtumbuhan janin,kadar prostaglandin didlm cairan
amnion mningkat ,ttp pningkatan besar dicairan amnion terjadi
stlh persalinan dimulai,slain itu kadar nya dpt lbh tinggi lagi yg
mngkin disebabkan oleh dilatasi serviks
Platelet Activating Factor (PAF)& Endotelin 1
Platelet Activating Factor
• Terjadi sjumlah respon alergi & inflamasi melibatkan peran PAF
• Mediator ini diproduksi o/: basofil,neutrofil,eosinofil ,monosit & sel
endotel
• Reseptor: famili reseptor transmembran terkait protein G
• Stimulasi reseptormeningkatkan kadar kalsium sel miometrium &
mendorong kontraksi uterus.
• Kadar PAF dlm cairan amnion meningkat slama persalinan
• Faktor ini diinaktifkan o/: PAF-asetilhidrolase (yg ada di makrofag)

Endotelin-1
 Penginduksi kuat kontraksi miometrium
 Diproduksi oleh miometrium
 Endotelin 1 jg disintesis di amnion,tp bahan ini akan diurai jika diangkut
dari amnion ke miometrium.
 Enkefalinmngkatalis penguraian endotelin 1 ,sgt aktif di chorion laeve.
Angiotensin II & Corticotropin

Releasing Hormone
Angiotensin 2
• Ada 2 reseptor angiotensin 2 di uterusAT 1 & AT 2
• Pd wanita tdk hamil: reseptor AT2 lbh dominan ttp pd wnita
hamil reseptor AT 1 lbh bnyak diekspresikan
• Pngikatan Ang 2 ke reseptor di membran plasmammicu
kontraksi

• Corticotropin Releasing Hormone (CRH)


• Pd akhir kehamilan fase 2 /fase 3 persalinan-modifikasi
reseptor CRH mendorong prubahan dari p’mbntukan cAMP
mnjadi pningkatan kadar Ca sel miometrium (melalui
pngaktifan protein kinase C)
• CRH jg bekerjau/ meningkatkan gaya kontraksi miometrium
sbg respon trhdp PGF2alfa
MEKANISME PERSALINAN
• LETAK ,PRESENTASI,SIKAP & POSISI JANIN
a) Letak Janin mnunjukan hubungan antara aksis pnjang janin terhdp ibu
-letak janin dpt :memanjang /melintang
Letak memanjang :terjadi pd lebih dari 99% persalinan aterm
Faktor predisposisi letak melintang: multiparitas,plasenta previa,hidramnion& anomali
uterus.

b) Presentasi Janinbag tubuh janin yg terendah didlm maupun dibag terdekat jalan lahir
• Bag tsb dpt dirasakan melalui serviks pd px vagina
• Pd letak memanjang :bag yg terpresentasi: kepala/bokong
• Jika letak janin :transversal mrupakan bag yg terpresentasi & dirasakan melalui
serviks.

 Presentasi Kepala
-secara umum,kepala terfleksi maks shingga dagu mnyentuh dada
-fontanel posterior (ubun2 kecil)bag yg terpresentasi & presentasi ini disebut:presentasi
verteks /oksiput
-yg lbh jarang: leher janin dpt terekstensi maks (shingga oksiput dan punggung
bersentuhan)& wajah (bag terendah pd
jalan lahir)presentasi wajah
-Presentasi sinsiput & dahihmpir slalu berubah mnjadi presentasi verteks /presentasi
wajah melalu fleksi/ekstensi leher
- Janin atermbiasanya terdapat pd presentasi verteks
 Presentasi Bokong
presentasi bokong ,3 konfigurasi yg umum:presentasi frank,total & footling
presentasi bokong dpt terjadi akibat keadaan yg menghambat terjadinya versi
normal (ms septum yg menonjol ke dlm rongga uterus)
kekhasan sikap janin: ekstensi kolumna vertebralis yg terlihat pd presentasi
bokong frank(jg dpt mencegah perputaran janin)
jika plasenta terletak di segman uterus bag bwhmnggangu anatomi intrauterus
yg normal & mnyebabkan presentasi bokong

c) Postur /Sikap janin


pd bbrp bulan terakhir,janin mmbentuk postur :sikap /habitus
normaljanin mnjadi telipat /mmbungkup kearah dirinya sndiri shingga bag
punggung menjadi berbentuk cmbung (kepala mengalami fleksi maks shingga
dagu hampir mnyentuh dada ,paha terflleksi didpn abdomen & tungkai tertekuk
pd lutut)

Pd presentasi kepalalengan biasanya mnyilang didpn dada/sjajar pd masing2


sisi
d) Posisi Janin
mengacu pd hub antara bag yg dianggap sbagai
bag presentasi janin terhdp sisi kanan/kiri jalan
lahir
masing2 presentasi dpt memiliki 2 posisi :
kiri/kanan
oksiput,dagu ,dan sakrum :titik penentu pd
presentasi verteks,wajah/bokong
Diagnosis Presentasi & Posisi Janin
• Palpasi Abdomen-Manuver Leopold
• PX vagina
• Sonografi & Radiografi
TINDAKAN YG SERING DILAKUKAN TP DPT BERSIFAT MERUGIKAN:
• Kateterisasi kandung kemih rutin: dapat meningkatkan risiko infeksi saluran
kemih. Lakukan hanya jika ada indikasi.
• Posisi terlentang: dapat mengurangi detak jantung dan penurunan aliran darah
uterus sehingga kontraksi melemah
• Mendorong abdomen: menyakitkan bagi ibu, meningkatkan risiko ruptura uteri
• Mengedan sebelum pembukaan serviks lengkap: dapat menyebabkan edema
dan/atau laserasi serviks
• Enema
• Pencukuran rambut pubis
• Membersihkan vagina dengan antiseptik selama persalinan
Tatalaksana KALA II,III,IV
Mengenali tanda dan gejala kala dua
• 1. Memeriksa tanda berikut:
• Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
• Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/ atau
vaginanya.
• Perineum menonjol dan menipis.
• Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
• Mnyiapkan pertolongan persalinan
• Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
• Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses
Bimbingan Meneran
– Segera hubungi dokter spesialis obstetri dan ginekologi jika bayi
belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam)
meneran (untuk primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (untuk
multigravida).
• Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
 Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu.
• Membantu Lahirnya Kepala
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan
kering, sementara tangan yang lain menahan kepala bayi
untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
• Anjurkan ibu meneran sambil bernapas cepat dan dangkal.
 Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi.
• Membantu Lahirnya Bahu
– Setelah kepala melakukan putaran paksi
luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi.
• Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai
– Setelah kedua bahu lahir, geser tangan
yang berada di bawah ke arah perineum
ibu untuk menyangga kepala, lengan dan
siku sebelah bawah.
– Setelah tubuh dan lengan bayi lahir,
lanjutkan penelusuran tangan yang
berada di atas ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki bayi.

• Lakukan penilaian cepat penanganan


bayi baru lahir

 Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi


baru lahir normal. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas
perut ibu
• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya KECUALI BAGIAN TANGAN TANPA MEMBERSIHKAN
VERNIKS.
• Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
• Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut
ibu

Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada


bayi lain dalam uterus (hamil tunggal).
Manajemen aktif kala III
• Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan
oksitosin 10 unitIM di sepertiga paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin!).

•Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada sekitar 3
cm dari pusat (umbilikus) bayi .

•Potong dan ikat tali pusat.


•Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
• Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
• Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas simfisis
dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
• Uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati, seperti gambar berikut,
untuk mencegah terjadinya inversio uteri.

Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta


dengan menggunakan kedua tangan.

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
Tanda –tanda pelepasan plasenta
• Uterus menjadi globular & lbh kaku
• Umumnya sering keluar sjumlah darah yg bnyak dan tiba2
• Uterus naik didlm abdomen krn plasenta,saat terlepas
,berjalan turun mnuju ke segman bag bawah & vagina
.disini massa besar tsb mendorong uterus kearah atas
• Tali pusat mnonjol lbh jauh keluar vaginamnunjukan
bhwa plasenta tlh berjalan turun

Tanda tsb kadang muncul dlm 1 mnt stlh pelahiran neonatus &
biasanya 5 mnt
MENILAI PERDARAHAN
• Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan
utuh.
• Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif.
Melakukan Asuhan Pasca Persalinan
(Kala IV)
• Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
• Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-
bayi (di dada ibu minimal 1 jam).
– Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu
– Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 60-90
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke-45-60, dan berlangsung
selama 10-20 menit.
– Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih
dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit
berikutnya.

• Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke
ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu Lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1,
salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai:
• Timbang dan ukur bayi.
• Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau antibiotika lain).
• Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 mL untuk sediaan 2 mg/mL) IM di paha kiri anterolateral
bayi.
• Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5 – 37,5oC).
• Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu, waktu lahir, jenis
kelamin, dan tanda lahir jika ada.
• Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibir sumbing/langitan
sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-tanda bahaya pada bayi.

Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anterolateral bayi.
• Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
• Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu .

Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pecegahan perdarahan pervaginam:


• Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.
• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.
• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.
Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30
menit selama jam kedua pascasalin.
• Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pascasalin.
• Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi


bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5 – 37,5 C).
Perawatan Neonatal esensial pd saat lahir
• Pencegahan kehilangan panas
• Pemotongan & perawatan tali pusat
• IMD  Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6
bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6
bulan.

• Pencegahan Perdarahan pada semua bayi baru lahir, apalagi Bayi Berat Lahir
Rendah diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis
tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri,Suntikan Vitamin K1
dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B.
• Pencegahan infeksi mata menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%
• Pmberian imunisasi  Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam
setelah pemberian Vitamin K1 secara intramuskular
Tanda bahaya yang harus diperhatikan adalah:
• Tidak mau minum atau memuntahkan semua ATAU
• Kejang ATAU
• Bergerak hanya jika dirangsang ATAU
• Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit ) ATAU
• Napas lambat ( < 30 kali /menit ) ATAU
• Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat ATAU
• Merintih ATAU
• Teraba demam (suhu aksila > 37.5 °C) ATAU
• Teraba dingin (suhu aksila < 36 °C ) ATAU
• Nanah yang banyak di mata ATAU
• Pusar kemerahan meluas ke dinding perut ATAU
• Diare ATAU
• Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki
Gawat Janin
Definisi
• Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen sehingga
terjadi hipoksia. Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila:
• Persalinan berlangsung lama
• Induksi persalinan dengan oksitosin (kontraksi hipertonik)
• Terjadi perdarahan atau infeksi
• Insufisiensi plasenta: post term atau preeklampsia

Diagnosis
• Denyut jantung janin (DJJ) abnormal
– DJJ < 100x/menit DI LUAR kontraksi
– DJJ > 180x/menit dan ibu tidak mengalami takikardi
– DJJ ireguler: kadang-kadang ditemukan DJJ > 180x/menit tetapi disertai
takikardi ibu. Hal ini merupakan reaksi terhadap:
• • Demam pada ibu
• • Obat-obatan yang menyebabkan takikardi (misal: tokolitik)
• • Amnionitis
• Mekonium
Mekonium kental merupakan indikasi perlunya percepatan persalinan dan penanganan mekonium
pada saluran napas atas neonatus.
Mekonium yang dikeluarkan pada saat persalinan sungsang bukan merupakan tanda kegawatan
kecuali bila dikeluarkan pada awal persalinan.

• a. Talaksana Umum
Bila sedang dalam infus oksitosin: segera hentikan infus.
• Posisikan ibu berbaring miring ke kiri.
• Berikan oksigen.
• Rujuk ibu ke rumah sakit.
• Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai.
• Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan DJJ tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi,
lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin:
• Jika terdapat perdarahan dengan nyeri hilang timbul atau menetap, pikirkan kemungkinan
solusio plasenta
• Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau tajam) berikan antibiotika
untuk amnionitis
• Jika tali pusat terletak di bagian bawah janin atau dalam vagina, lakukan penanganan prolaps
tali pusat

• Jika DJJ tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin (mekonium kental pada
cairan amnion) rencanakan persalinan dengan ekstraksi vakum atau cunam, ATAU seksio
sesarea.
• Siapkan segera resusitasi neonatus
RESUSITASI
BAYI BARU
LAHIR

• Buku Saku Kesehatan Anak Indonesia


,WHO
RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
Definisi
• Suatu intervensi yang dilangsungkan saat lahir untuk
menyokong penetapan pernafasan dan sirkulasi bayi baru
lahir.
Faktor Predisposisi
• Resusitasi neonatus dapat dibutuhkan saat:
Kehamilan tidak cukup bulan
Air ketuban bercampur mekonium
Persalinan seksio
Diagnosis
Setelah bayi lahir, nilailah hal-hal berikut ini:
Apakah kehamilan cukup bulan?
Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Resusitasi bayi baru lahir
Langkah Awal  Pada saat bayi lahir harus dilakukan penilaian untuk menjawab
pertanyaan
• Jika semua pertanyaan dijawab YA, cukup dilakukan perawatan rutin, tetapi jika
pada penilaian didapatkan satu jawaban TIDAK, maka dilakukan LANGKAH
AWAL resusitasi,:
1. Berikan kehangatan dengan menempatkan bayi di bawah pemancar panas.
2. Posisikan kepala bayi sedikit tengadah agar jalan napas terbuka kemudian
jika perlu bersihkan jalan napas dengan melakukan pengisapan pada mulut
hingga orofaring kemudian hidung.
3. Keringkan bayi dan rangsang taktil, kemudian reposisi kepala agar sedikit
tengadah.

B. Ventilasi Tekanan Positif (VTP)


• VTP dilakukan apabila pada penilaian pasca langkah awal didapatkan salah satu
keadaan berikut:
a. Apnu
b. Frekuensi jantung < 100 kali/menit
c. Tetap sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen aliran bebas.
Sebelum VTP diberikan pastikan posisi kepala dalam keadaan
setengah tengadah.
• Pilihlah ukuran sungkup. Ukuran 1 untuk bayi berat
normal, ukuran 0 untuk bayi berat lahir rendah (BBLR).
• Sungkup harus menutupi hidung dan mulut, tidak
menekan mata dan tidak menggantung di dagu (
• Tekan sungkup dengan jari tangan . Jika terdengar udara
keluar dari sungkup, perbaiki perlekatan sungkup.
• Kebocoran yang paling umum adalah antara hidung dan
pipi
• VTP menggunakan balon_sungkup diberikan selama 30
detik dengan kecepatan 40- 60 kali/menit ~ 20-30 kali/30
detik.
• Pastikanlah bahwa dada bergerak naik turun tidak terlalu
tinggi secara simetris.
• Lakukan penilaian setelah VTP 30 detik
c) VTP + Kompresi dada
 setelah tindakan VTP selama 30 detik, frekuensi jantung < 60 detik maka lakukan
kompresi dada yang terkoordinasi dengan ventilasi selama 30 detik dengan
kecepatan 3 kompresi:
• 1 ventilasi selama 2 detik. Kompresi dilakukan dengan dua ibu jari atau jari
tengah_telunjuk / tengah_manis.
• Lokasi kompresi ditentukan dengan menggerakkan jari sepanjang tepi iga terbawah
menyusur ke atas sampai mendapatkan sifoid, letakkan ibu jari atau jari-jari pada
tulang dada sedikit di atas sifoid.
• Tekan sedalam 1/3 diameter anteroposterior dada.

D. Intubasi
Intubasi Endotrakea dilakukan pada keadaan berikut:
1. Ketuban tercampur mekonium & bayi tidak bugar
2. Jika VTP dengan balon & sungkup tidak efektif
3. Membantu koordinasi VTP & kompresi dada
4. Pemberian epinefrin untuk stimulasi jantung
5. Indikasi lain: sangat prematur & hernia diafragmatika.
E. Obat-obatan
Obat-obatan yang harus disediakan untuk resusitasi bayi baru lahir adalah epinefrin
dan cairan penambah volume plasma.

Epinefrin
Indikasi : Setelah pemberian VTP selama 30 detik dan pemberian secara
terkoordinasi VTP + kompresi dada selama 30 detik, frekuensi jantung tetap < 60
kali/menit.

Cara pemberian & dosis :


o Persiapan: 1 mL cairan 1:10 000 (semprit yang lebih besar diperlukan untuk
pemberian melalui pipa endotrakea)
o Melalui vena umbilikalis (dianjurkan) : 0.1-0.3 mL/kgBB
o Melalui pipa endotrakea : 0.3-1.0 mL/kgBB
Cairan penambah volume plasma
Indikasi : Apabila bayi pucat, terbukti ada kehilangan darah dan atau bayi tidak
memberikan respons yang memuaskan terhadap resusitasi.

Cairan yang dipakai :


• Garam normal (dianjurkan)
• Ringer laktat
• Darah O – negatif

Persiapan : dalam semprit besar (50 mL)


Dosis : 10 mL/kgBB
Jalur : vena umbilikalis
Kecepatan : 5-10 menit (hati-hati bayi kurang bulan)

F. Penghentian Resusitasi
•Jika sesudah 10 menit resusitasi yang benar, bayi tidak bernapas dan tidak ada denyut
jantung, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi.
•Orang tua perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan, jelaskan keadaan bayi.
•Persilakan ibu memegang bayinya jika ia menginginkan.
Lanjutan manajemen bayi
asfiksia
KOMPLIKASI PARTUS LAMA
• Komplikasi bagi ibu
korioamnionitis intraparatum & infeksi
panggul pascapartum lbh sering terjadi
pd persalinan yg tdk menentu /lama .
ruptur uterus
pembentukan fistula
cedera dasar panggul
cedera saraf pascapartum pd
ekstremitas bawah
PARTOGRAF
• Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm. Kemudian, petugas harus
mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut:
• Denyut jantung janin
• Air ketuban:
- U: selaput ketuban utuh
- J: air ketuban jernih
- M: bercampur mekonium
- D: bercampur darah
- K: kering
• Perubahan bentuk kepala janin (molase)
- 0: sutura masih terpisah
- 1: sutura menempel
- 2: sutura tumpang tindih tapi masih dapat diperbaiki
- 3: sutura tumpang tindih tak dapat diperbaiki
• Pembukaan serviks: dinilai tiap 4 jam dan ditandai dengan tanda silang
• Penurunan kepala bayi: menggunakan sistem perlimaan, catat dengan
tanda lingkaran (O). Pada posisi 0/5, sinsiput (S), atau paruh atas kepala
berada di simfisis pubis.
• Waktu: menyatakan berapa lama penanganan sejak pasien diterima
• Jam: catat jam sesungguhnya
• Kontraksi: lakukan palpasi untuk hitung banyaknya kontraksi dalam 10
menit dan lamanya. Lama kontraksi dibagI dalam hitungan detik: <20 detik,
20-40 detik, dan >40 detik
• Oksitosin: catat jumlah oksitosin pervolum cairan infus serta jumlah tetes
permenit.
• Obat yang diberikan
• Nadi: tandai dengan titik besar.
• Tekanan darah: tandai dengan anak panah
• Suhu tubuh
• Protein, aseton, volum urin: catat setiap ibu berkemih
MEKANISME
PERSALINAN
NORMAL
Tahap Peristiwa
1. Kepala terfiksir (engagement) Sinklitismus
2. Turun (descent) • Asinklitismus posterior
• Asinklistismus anterior
3. Fleksi Janin memasuki ruang panggul
4. Fleksi maksimal Posisi bayi di dasar panggul
5. Rotasi internal • Putaran paksi dalam di dasar panggul
• Terjadi :
• Ubun- ubun kecil berputar ke arah depan sehingga
berada di bawah simfisis (Hipomochilion ubun-ubun kecil
di bawah simfisis)
• Kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan
6. Ekspulsi kepala janin Berturut-turut lahirlah :
ubun-ubun besar --- dahi --- muka --- dagu

7. Rotasi eksterna Putaran paksi luar (resitusi)  untuk menyesuaikan kedudukan


kepala dengan punggung
8. Ekspulsi total • Bahu melintasi PAP dalam keadaan miring
• Setelah kepala dilahirkan  posisi bahu adalah depan-
belakang
• Cara melahirkan :
• Bahu depan
• Bahu belakang
• Seluruh badan & ekstremitas
Keterangan :
• Sinklitismus : arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan
bidang PAP

• Asinklitismus : arah sumbu kepala janin miring dengan bidang


PAP
– Asinklitismus Anterior (Naegele) : arah sumbu kepala
membuat sudut lancip ke depan dengan PAP
– Asinklitismus Posterior (Litzman) : keadaan sebaliknya
dari asinklitismus anterior
MASA NIFAS
Masa Nifas
DEFINISI
• Masa nifas (puerperium)  masa yg dimulai setelah plasenta
lahir & berakhir ketika alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil, berlangsung ± 6 minggu.

• Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas


min 4 kali yaitu:
– 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
– 6 hari setelah persalinan
– 2 minggu setelah persalinan
– 6 minggu setelah persalinan
Asuhan Ibu selama Masa Nifas
• Periksa TD , perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda
infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara
rutin
• Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit
kepala, rasa lelah, dan nyeri punggung.
• Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana
dukungan yang didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan
masyarakat untuk perawatan bayinya
• Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah
• Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan
Asuhan Ibu selama Masa Nifas
• Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu
menemukan salah satu tanda berikut:
– Perdarahan berlebihan
– Sekret vagina berbau
– Demam
– Nyeri perut berat
– Kelelahan atau sesak
– Bengkak di tangan, wajah, tungkai, atau sakit kepala atau
pandangan kabur
– Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau
perdarahan puting
Gizi selama Masa Nifas
• Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
• Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
• Minum minimal 3 liter/hari
• Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan
pascasalin, terutama di daerah dengan prevalensi anemia
tinggi
• Suplemen vitamin A: 1 kapsul 200.000 IU diminum segera
setelah persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24 jam
kemudian
KIE
• Kebersihan diri
– Bersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah BAK/BAB
dengan sabun dan air
– Mengganti pembalut 2x sehari
– Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin
– Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
• Istirahat
– Beristirahat yang cukup
– Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap
• Latihan
– Menjelaskan pentingnya otot perut dan panggul
– Mengajarkan latihan untuk otot perut dan panggul:
– Menarik otot perut bagian bawah selagi menarik napas dalam posisi
tidur terlentang dengan lengan di samping, tahan napas sampai
hitungan 5, angkat dagu ke dada, ulangi sebanyak 10 kali
– Berdiri dengan kedua tungkai dirapatkan. Tahan dan kencangkan otot
pantat, pinggul sampai hitungan 5, ulangi sebanyak 5 kali
Asuhan Bayi Selama Masa Nifas
Asuhan bayi baru lahir di fasilitas kesehatan :
• Pastikan bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi hingga 24 jam
setelah persalinan. Jaga kontak kulit antara ibu dan bayi serta tutupi
kepala bayi dengan topi.
• Tanyakan pada ibu & keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu:
– Keluhan tentang bayinya
– Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi
– Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang diberikan pada
bayi jika ada.
– Warna air ketuban
– Riwayat bayi buang air kecil dan besar
– Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap
• Lakukan pemeriksaan fisik
Asuhan Bayi Selama Masa Nifas
• Nasihat dalam merawat tali pusat bayi dengan benar:
– Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
– Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke puntung tali pusat.
– Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
– Sebelum meninggalkan bayi, lipat popok di bawah puntung tali pusat.
– Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
– Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan dengan air DTT dan sabun dan
segera keringkan dengan kain bersih.
– Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit sekitar
tali pusat, tampak nanah atau berbau.
Perawatan khusus bayi berat lahir rendah (BBLR) atau
bayi dengan kondisi rentan lainnya

• Identifikasi BBLR dengan benar


• Nilai adanya tanda bahaya dan rujuk segera bila perlu
• Berikan dukungan lebih dalam pemberian ASI, gunakan
pompa atau cangkir bila perlu
• Berikan perhatian lebih dalam menjaga kehangatan bayi,
misalnya dengan kontak kulit ibu dan bayi atau perawatan
kanguru
• Segera identifikasi dan rujuk bayi yang tidak dapat menyusu
• Berikan perhatian lebih pada bayi dari ibu yang HIV positif,
Asuhan Bayi Selama Masa Nifas
Kunjungan ulang :
Terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru lahir:
– Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
– Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
– Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)
Asuhan Bayi Selama Masa Nifas
Kunjungan ulang :
• Lakukan pemeriksaan fisik, timbang berat, periksa suhu, dan
kebiasaan makan bayi.
• Periksa tanda bahaya
• Periksa tanda-tanda infeksi kulit superfisial
• Bila terdapat tanda bahaya atau infeksi, rujuk bayi ke fasilitas
kesehatan.
• Pastikan ibu memberikan ASI eksklusif.
• Tingkatkan kebersihan dan rawat kulit, mata, serta tali pusat dengan
baik.
• Rujuk bayi untuk mendapatkan imunisasi pada waktunya.
• Jelaskan kepada orang tua untuk waspada terhadap tanda bahaya
pada bayinya.
Masalah Nifas
Metritis
Definisi Faktor Predisposisi
• Metritis ialah infeksi pada • kurangnya tindakan aseptik saat
uterus setelah persalinan. melakukan tindakan
• kurangnya higien pasien
• Kurangnya nutrisi
• Tanda dan Gejala
– Demam >380C dapat
disertai menggigil Tatalaksana
– Nyeri perut bawah • Berikan antibiotika sampai dengan 48 jam
– Lokia berbau dan bebas demam:
purulen – Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
– Nyeri tekan uterus – Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV
– Subinvolusi uterus tiap 24 jam
– Dapat disertai – Ditambah metronidazol 500 mg IV
perdarahan pervaginam tiap 8 jam
dan syok
• Jika masih demam 72 jam setelah terapi,
kaji ulang diagnosis dan tatalaksana
Abses Pelvis
• Definisi • Tatalaksana
Abses pelvis adalah abses pada regio Berikan antibiotika kombinasi
pelvis sebelum pungsi dan drain
abses sampai 48 jam bebas
• Faktor Predisposisi demam:
Metritis (infeksi dinding uterus) pasca – Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
kehamilan – Ditambah gentamisin 5
mg/kgBB IV tiap 24 jam
• Diagnosis – Ditambah metronidazol 500
– Nyeri perut bawah dan kembung mg IV tiap 8 jam
– Demam tinggi-menggigil – Jika kavum Douglas
menonjol, lakukan drain
– Nyeri tekan uterus
abses, jika demam tetap
– Respon buruk terhadap antibiotika tinggi, lakukan laparotomi.
– Pembengkakan pada adneksa atau
kavum Douglas
– Pungsi kavum Douglas berupa pus
Tetanus
• Definisi • Faktor Predisposisi
Tetanus merupakan penyakit – Imuniasasi tidak lengkap /
yang langka dan fatal yang tidak imunisasi
mempengaruhi susunan saraf
pusat dan menyebabkan – Luka tusuk
kontraksi otot yang nyeri. – Sisa paku atau kayu yang
menusuk tertinggal di
• Diagnosis dalam
– Trismus – Adanya infeksi bakteri
– Kaku kuduk, wajah lainnya
– Punggung melengkung
– Perut kaku seperti papan
– Spasme spontan
Mastitis
• Definisi Tatalaksana
Inflamasi atau infeksi payudara • Tatalaksana Umum
– Ibu sebaiknya tirah baring dan
• Diagnosis mendapat asupan cairan yang
– Payudara keras, memerah, dan nyeri lebih banyak.
– Dapat disertai demam >380 C – Sampel ASI sebaiknya dikultur
– Paling sering terjadi di minggu ke-3 dan dan diuji sensitivitas.
ke-4 postpartum, namun dapat terjadi • Tatalaksana Khusus
kapan saja selama menyusui • Berikan antibiotika :
– Kloksasilin 500 mg per oral
• Faktor Predisposisi per 6 jam selama 10-14 hari
– Puting yang lecet – ATAU eritromisin 250 mg per
– Menyusui hanya pada satu posisi, oral 3 kali sehari selama 10-
sehingga drainase payudara tidak 14 hari
sempurna
– Menggunakan bra yang ketat dan
menghambat aliran ASI
Perinatologi
Bayi Baru Lahir
• Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dari kehamilan 37 minggu - 42 minggu &
berat badan lahir 2500 gram – 4000 gram.

• Kriteria bayi baru lahir normal :


– Bayi lahir langsung menangis.
– Tubuh bayi kemerahan.
– Bayi bergerak aktif.
– Berat lahir 2500 sampai 4000 gram
– Bayi menyusu dari payudara ibu dengan
kuat
– Rambut lanugo sudah tidak terlihat,
sebaliknya rambut kepala sudah muncul.
– Kuku agak panjang dan lemas
Kriteria bayi baru lahir normal
– Reflek menghisap dan menelan sudah baik ketika
diberikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
– Reflek gerak memeluk saat dikagetkan sudah baik.
– Reflek tangan menggenggam sudah baik.
– Buang air besar (BAB) pertama / disebut mekonium
akan keluar dalam waktu 24 jam setelah lahir.  indikasi
apakah pencernaan bayi normal atau tidak.
– BAB anak bayi baru lahir yang normal berwarna hitam
kehijau-hijauan dan lengket seperti aspal.
– Pada anak laki-laki testis sudah turun, sementara pada
anak perempuan labia mayora (bibir yang menutupi
kemaluan) sudah menutupi/melindungi labia minora.
Ciri – ciri bayi baru lahir normal
• Berat badan bayi normal antara 2500 – 4000 gr.
• Tinggi badan bayi normal antara 48-52 cm.
• Lingkar kepala bayi 33 – 35 cm.
• Lingkar dada bayi 30 – 38 cm.
• Detak jantung 120 – 140x/menit.
• Frekuensi pernafasan 40 – 60x/menit.
TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU
LAHIR:
a. Tidak mau menyusu f. Tali pusar kemerahan
b. Kejang-kejang sampai dinding perut,
c. Lemah berbau atau bernanah
d. Sesak nafas (> atau = 60 g. Demam/panas tinggi
kali/menit), tarikan h. Mata bayi bernanah
dinding dada bagian i. Diare/buang air besar cair
bawah ke dalam lebih dari 3 kali sehari
e. Bayi merintih atau j. Kulit dan mata bayi kuning
menangis terus menerus k. Tinja bayi saat buang air
besar berwarna pucat
SKOR APGAR
NILAI
TANDA
0 1 2
APPEARANCE Seluruh tubuh Badan merah kaki Seluruh tubuh
(warna kulit) biru/putih biru kemerahan
PULSE (denyut
Tidak ada < 100/menit > 100/menit
nadi)
GRIMACE (refleks),
masukkan kateter Tidak ada Perubahan mimik Bersin/menangis
ke hidung
ACTIVITY (tonus Ekstremitas sedikit Gerakan aktif
Lumpuh
otot) (fleksi) ekstremitas fleksi
RESPIRATION
Menangis
EFFORT (usaha Tidak ada Lemah
kuat/keras
bernapas)
Penilaian APGAR score
• 0-3 : Asfiksia berat
• 4-6 : Asfiksia ringan sedang
• 7-9 : Asfiksia ringan
• 10 : Normal
ASI
• Mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah
dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar,
bersih, dan siap diminum.

• Dibedakan dalam 3 stadium:


– Kolostrum  pertama keluar
– ASI transisi / peralihan
– ASI matur
Disekresi pada hari 1 – 4 pasca persalinan
K Kental , lengket, berwarna kekuningan
O
Kandungan protein (t.u imunoglobulin IgG, IgA, IgM),
L mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih lebih
O tinggi daripada ASI matur

S Rendah lemak dan laktosa

T
Volume yang ada dalam payudara (150-300 ml/hari)
R mendekati kapasitas lambung bayi usia 1 – 2 hari
U Pencahar ideal (membersihkan zat yang tidak terpakai
dari usus BBL, mempersiapkan GIT bayi)
M
ASI Transisi/ Peralihan
• Keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang (hari 4-10)

• Selama 2 minggu, volume ASI bertambah banyak, berubah warna


serta komposisinya

• Kadar imunoglobulin dan protein meningkat

• Kadar lemak dan laktosa menurun


ASI Matur
• Disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya

• Berwarna putih

• Kandungannya relatif konstan

• Tidak menggumpal bila dipanaskan


Kandungan Kolustrum, ASI transisi, & ASI matur

Kandungan Kolostrum ASI Transisi ASI Matur


Energi (kg kal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglobulin :
•Ig A (mg/100ml) 335,9 - 119,6
•Ig G (mg/100ml) 5,9 - 2,9
•Ig M (mg/100ml) 17,1 - 2,9

Lisosin (mg/100 ml) 14,2 – 16,4 - 24,3 – 27,5


Laktoferin 420 – 520 - 250 – 270
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
• ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur 0-6 bulan.
Keadaan khusus untuk pertimbangan pemberian ASI

1. Bayi terdiagnosis galaktosemia


– Idealnya bayi diberikan susu formula bebas galaktosa
2. Ibu positif terinfeksi HIV
• Bayi diberi ASI ekslusif jika:
– Bayi juga positif terinfeksi HIV, atau
– Ibu sudah minum antiretroviral selama min 4 minggu,atau
– Status HIV bayi (-) / belum diketahui namun susu formula
atau fasilitas untuk pemberiannya (air bersih dan sanitasi)
tidak tersedia
• Bayi diberi susu formula jika:
– Jika status HIV bayi negatif atau belum diketahui dan susu
formula dan fasilitas untuk pemberian (air bersih dan
sanitasi) tersedia
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika
menyusui :
• Posisi bayi yang benar: • Tanda bayi melekat
– Kepala, leher, dan tubuh dengan baik:
bayi dalam satu garis – Dagu bayi menempel
lurus pada payudara ibu
– Badan bayi menghadap – Mulut bayi terbuka lebar
ke dada ibu – Bibir bawah membuka
– Badan bayi melekat ke lebar, lidah terlihat di
dalamnya
ibu
– Areola juga masuk ke
– Seluruh badan bayi mulut bayi, tidak hanya
tersangga dengan baik, puting susu.
tidak hanya leher &
bahu saja
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika
menyusui :
• Tanda bayi menghisap • Setelah selesai:
dengan efektif: – Bayi melepas payudara
– Menghisap secara secara spontan
mendalam dan teratur – Bayi tampak tenang dan
– Kadang diselingi istirahat mengantuk
– Hanya terdengar suara – Bayi tampak tidak
menelan berminat lagi pada ASI
– Tidak terdengar suara
mengecap
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika
menyusui :
• Tanda bayi mendapat ASI cukup:
– Buang air kecil sebanyak 6x/24 jam
– Buang air besar bewarna kekuningan “berbiji”
– Bayi tampak puas setelah minum ASI
– Tidak ada aturan ketat mengenai frekuensi bayi menyusu
(biasanya sebanyak 10-12 kali/24 jam)
– Payudara terasa lembut dan kosong setelah menyusui
– BB bayi bertambah
Anjuran untuk meningkatkan produksi
ASI
– Menyusui dengan cara” yang benar
– Menyusui bayi setiap 2 jam
– Bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik,
terdapat suara menelan aktif
– Menyusui bayi di tempat yang tenang dan nyaman
– Minum setiap kali menyusui
– Tidur bersebelahan dengan bayi
Gambar berbagai posisi menyusui
Perawatan Payudara
– Menjaga payudara (terutama puting susu) tetap kering dan
bersih
– Memakai bra yang menyokong payudara
– Mengoleskan kolostrum atau ASI pada puting susu yang
lecet
– Apabila lecet sangat berat, ASI dikeluarkan dan ditampung
dengan menggunakan sendok
– Menghilangkan nyeri dengan minum parasetamol 1 500
mg, dapat diulang tiap 6 jam
Tatalaksana Payudara Bengkak Akibat
Pembendungan ASI
• Kompres payudara dengan kain basah/hangat selama 5 menit
• Urut payudara dari arah pangkal menuju putting
• Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting
menjadi lunak
• Susukan bayi setiap 2-3 jam
• Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
IMUNISASI
Jadwal Imunisasi Menurut DepKes
Waktu pemberian vaksin Jenis vaksin yang diberikan
0-7 hari HB0
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 Bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 Bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 Bulan Campak
18 Bulan DPT-HB-Hib
24 Bulan Campak
Manfaat Imunisasi Menurut DepKes
VAKSIN MENCEGAH PENULARAN PENYAKIT
HEPATITIS B HEPATITIS B dan kerusakan hati
BCG TBC (Tuberkolusis) yang berat
POLIO, IPV Polio yang dapat menyebabkan
lumpuh layuh pada tungkai dan atau
lengan.
DPT HB HIB - Difteri yang menyebabkan
penyumbatan jalan nafas
- Batuk Rejan (batuk 100 hari)
- Tetanus
- Hepatitis B yang menyebabkan
kerusakan hati
- Infeksi HIB menyebabkan
meningitis (radang selaput
otak)
CAMPAK Campak yang dapat mengakibatkan
komplikasi radang
paru, radang otak dan kebutaan
Kontrasepsi
• Non hormonal
– Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat
• Senggama terputus (kiotus interruptus)
• Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)
• Perpanjangan masa menyusui anak (prolonged
lactation)
– Kontrasepsi sederhana untuk laki-laki : kondom
– Kontrasepsi sederhana untuk perempuan :
pessarium

Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Pessarium
• Diafragma vaginal
– Terdiri atas kantong karet yg berbentuk mangkuk dengan
per elastis pada pinggirnya.
– Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus
untuk menjaga jgn sampai sperma masuk ke dalam uterus.
• Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida
dimasukkan ke dalam mangkok dan dioleskan pada pinggirnya.
– KI pemasangan diafragma:
• Sistokel berat
• Prolaps uteri
• Fistula vagina
– Efek samping  reaksi alergi thd obat spermatisida yg
digunakan; terjadi perkembang biakan bakteri yg
berlebihan di dlm vagina jika diafragma dibiarkan terlalu
lama terpasang
Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Pessarium
Keuntungan Kelemahan
• Hampir tdk ada efek • Diperlukan motivasi yg
samping cukup kuat
• Dgn motivasi yg baik dan • Pemakaian yg tdk teratur
pemakaian yg betul, dpt menimbulkan kegagalan
hasilnya cukup memuaskan • Tingkat kegagalan lbh tinggi
• Dpt dipakai sebagai dibanding pil atau IUD
pengganti pil, IUD, atau pd
perempuan yg tdk blh
menggunakan pil / IUD oleh
krn suatu sebab
Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Kontrasepsi hormonal
• Pil kontrasepsi
– Pil kontrasepsi kombinasi  skrg tdk berisi estrogen
dan progesteron alamiah lg, tp menggunakan sintetik
• Progesteron sintetik:
– Yg berasal dr 19 nor-testoteron  yg banyak digunakan:
noretinodrel, norethindron asetat, etinodiol diasetat, dan
norgestrel.
– Yg berasal dr 17 alfa-asetoksi-progesteron  di amerika tdk
digunakan lg  percobaan pd anjing, penggunaan yg lama
menimbulkan kanker mamma
• Estrogen  yg banyak dipakai: etinil estradiol dan mestranol

Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Mekanisme kerja
• Komponen estrogen dalam pil menekan sekresi FSH 
menghalangi maturasi folikel dalam ovarium.
• Krn pengaruh estrogen pd hipofisis tdk ada, maka tdk ada
pengeluaran LH.
• Pd pertengahan siklus haid kadar FSH rendah dan tsk terjadi
peningkatan kadar LH sehingga menyebabkan ovulasi terganggu
• Komponen progesteron dalam pil memperkuat khasiat estrogen
estrogen sehingga mencegah ovulasi
• Khasiat lain dr progestagen:
– Lendir serviks uteri menjadi lbh kental  menghalangi penetrasi
spermatozoon untuk msk ke uterus
– Kapasitasi spermatozoon yg perlu untuk memasuki ovum terganggu
– Bbrp progestagen tertentu (cth: noretinodrel) mempunyai efek
antiestrogenik thd endometrium  menyulitkan implantasi ovum yg
telah dibuahi.

Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Efek samping
• Kelebihan estrogen:
– Mual
– Retensi cairan  krn kurangnya pengeluaran air dan natrium
– Sakit kepala  dpt disebabkan krn retensi cairan
– Nyeri pada mamma
– Konsumsi estrogen dosis tinggi dalam jangka waktu lama pembesaran
mioma uteri
• Kelebihan progesteron
– Pendarahan tidak teratur
– Bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnnya BB
– Acne  efek androgenic dr jenis progestagen yg dipakai dlm pil
– Alopesia  efek androgenic dr jenis progestagen yg dipakai dlm pil
– Kadang2 mammae bisa mengecil
– Fluor albus  ditemukan pd pil dengan progestagen dosis tinggi 
memungkinkan infeksi kandida albicans
• Efek samping berat  fenomena thromboembolisme
– Ada peningkatan pd faktor 7, 8, 9, 10 dan penurunan antitrombin 3
Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Katzung Basic and clinical pharmacology. 12th ed.
Kontraindikasi
Mutlak: Relatif:
• Adanya tumor2 yg • Depresi
dipengaruh estrogen • Migrain
• Penyakit hati yg aktif (akut • Mioma uteri
& kronik) • Hipertensi
• Pernah mengalami trombo- • Oligomenorhea
flebitis, trombo-emboli
• amenorhea
• Kelainan serebro-vaskuler
• DM
• Kehamilan

Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Memilih pil kombinasi
• Untuk pertama kali  pakai pil yg
mengandung 50mcg mestranol dan 1 mg
norethindrone
• Jika psn mengalami banyak efek samping krn
estrogen (mual, muntah, dll)  ganti pil
dengan pil yg mengandung estrogen < 50mcg

Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Cara pemakaian pil kombinasi
• Pil yg berjumlah 21 – 22 diminum mulai dari hari ke
5 haid tiap hari terus menerus, dan kemudian
berhenti jika bungkus habis.
– Bbrp hr setelah berhenti  terjadi withdrawal bleeding
 pil bungkus kedua diminum pada hari ke5 setelah dari
permulaan perdarahan
– Jika tdk terjadi withdrawal bleeding  bungkus kedua
diminum 7 hari setelah bungkus pertama habis.
• Jika lupa minum sehari  keesokan harinya minum
2 pil
• Jika lupa minum 2 hari berturut2  dpt diminum 2
pil bsknya dan 2 pil lusanya
Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Post-coital contraception (morning after pill)
• Estrogen dalam dosis tinggi dpt mencegah kehamilan
jika diberikan segera setelah koitus yg tdk dilindungi
• Jika terapi mulai dalam 72 jam  99% effektif
• Efek samping  mual, muntah, sakit kepala, dizziness,
breast tenderness, dan abdominal and leg cramp

Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta:


PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.

Katzung Basic and clinical


pharmacology. 12th ed.
Mini pil (pil progestin)
• Mekanisme:
– Minipil menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarium, endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks
sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas
tuba sehingga transportasi sperma terganggu. Pil diminum setiap
hari.
• Efek samping:
– Perubahan pola haid (menunda haid lebih lama pada ibu
menyusui, haid tidak teratur, haid memanjang atau sering, haid
jarang, atau tidak haid),
– sakit kepala,
– pusing,
– perubahan suasana perasaan,
– nyeri payudara,
– nyeri perut, dan mual.
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Edisi pertama. 2013
Amenorea pascapil
• 98% perempuan yg minum pil dpt haid lg dlm
waktu 3 bln setelah pil dihentikan
• Butuh progesteron withdrawal test
– Hasil (+)  prognosis baik; th/ dgn klomifen
biasanya amenorea dpt diatasi
– Hasil (-)  masalah dpt terletak di hipotalamus -
hipofisis

Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Kontrasepsi suntikan (depo provera)
• Suntikan setiap 3 bulan
– Mekanisme kerja: – Keuntungan:
• Menghalangi terjadinya • Efektivitas tinggi
ovulasi dgn cara menekan • Pemakaian sederhana
pembentukan GnRH dr • Menyenangkan akseptor krn injeksi
hipotalamus hanya 4x setahun
• Lendir serviks bertambah • Reversibel
kental  menghambat
penetrasi sperma melalui • Cocok untuk ibu yg menyusui
serviks uteri – Waktu pemberian:
• Implantasi ovum dan • post partum, sebelum ibu
endometrium dihalangi meninggalkan RS.
• Mempengaruhi trasnpor • Sebaiknya diberikan setelah ASI
ovum di tuba terbentuk. Kira2 hari ke 3 – 5
– Kekurangan : • Disuntikkan 1x dlm 3 bln, dosis 150
• Menimbulkan pendarahan yg mg/cc
tdk teratur (spotting)
• Menimbulkan amenorea
Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Kontrasepsi suntikan (depo provera)

• Suntikan setiap bulan


– Tdp progestin dan estrogen
– Disebut jg suntukan hormon kombinasi
– Mekanisme kerja:
• Mencegah keluarnya ovum dari ovarium

Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Alat kontrasepsi dalam rahim
• Mekanisme:
– IUD dimasukkan ke dalam uterus.
– AKDR menghambat kemampuan sperma untuk
masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi
sebelum ovum mencapai kavum uteri, mencegah
sperma dan ovum bertemu, mencegah implantasi
telur dalam uterus.

Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Edisi pertama. 2013
Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
• Keuntungan :
– Hanya memerlukan 1x pasang
– Tidak menimbulkan efek sistemik
– Ekonomis  cocok u/ penggunaan massal
– Efektivitas cukup tinggi
– Reversibel
• Efek samping:
– Perdarahan
– Rasa nyeri dan kejang perut
– Gangguan pada suami  suami merasakan ada benang
IUD sewaktu senggama
– Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
IUD
• Komplikasi
– Infeksi
– Perforasi
– Kehamilan
• Waktu pemasangan IUD:
– Sewaktu haid sedang berlangsung
• Dpt dilakukan pd hr pertama haid/ hari terakhir haid
– Sewaktu post partum
– Sewaktu postabortum  kecuali jika ditemukan
septic abortion
– Sewaktu melakukan seksio sesarea
Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Medikamentosa
 Syarat pemberian oksitosin
 Pada keadaan HIS mundur, tidak boleh diberikan pada
HIS normal
 Janin dalam keadaan baik
 Sebaiknya janin dalam letak kepala
 Jangan diberikan pada multipara, bekas seksio sesarea
atau bekas miomektomi

 ES oksitosin
 Hipoksia janin
 Ruptur uterus
 Intoksinasi air
142
Oksitosin
• Cara pemberian
– 5 IU dimasukkan ke dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan IV
dengan kecepatan 8 tetes per menit
– Bila dalam 30 menit tidak ada peningkatan HIS, tambahkan
kecepatan menjadi 12 tetes
– Harus diberikan pengawasan yang ketat
– Setelah partus, infus masih diteruskan 30-60 menit untuk
menghindari atonia uteri dan pendarahan pasca persalinan

143
• Dosis pemberian oksitosin dengan janin
hidup :
1. 5 IU oksitosin dalam 500 ml dekstrose
5%. Ini berarti 2 tetesan
mengandung 1 mIU.
2. Dosis awal 1-2 mIU (2-4 tetes) per
menit.
3. Dosis dinaikkan 2 mIU (4 tetes) per
menit setiap 30 menit.
4. Dosis maksimal 20-40 mIU (40-80 tetes)
per menit.

144
Ritodrin, Terbutalin, Fenoterol
• Ritodrin, terbutalin, fenoterol digunakan (sebagai
infus) untuk menunda kelahiran prematur
• Efek samping: takikardia, hiperglikemia, hipokalemia,
edema paru (bila hidrasi berlebihan) pada sang ibu,
sedangkan bayinya dapat mengalami hipoglikemia

145
UTEROTONIK
• Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus

• Indikasi :
– Induksi persalinan
– pencegahan & penanganan perdarahan post partum
– Pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus
– penanganan aktif pada Kala III persalinan

• Uterotonik yang bisa digunakan ada 3 macam, yaitu :


– Methegrin
– Oksitosin
– misoprostol

146
METERGIN
 Merupakan alkaloid ergot
 Mekanisme Kerja
 Mempengaruhi otot uterus => berkontraksi terus-menerus
=> memperpendek kalaIII
 Menstimulasi otot-otot polos terutama dari p.d. perifer dan
uterus
 P.d. => vasokonstriksi => TD naik => efek oksitosik pada
kandungan mature
 Indikasi
 Oksitosik
 Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan
atau paska abortus

147
METERGIN
Efek samping Kontra indikasi
 Kontraksi uterus • Persalinan kalaI dan II
 Kontraksi segmen bawah uterus
=> retensio plasenta • Penyakit vascular
 Diare, mual dan muntah • Penyakit jantung parah
 Penglihatan kabur
 Sakit kepala
• Fungsi paru menurun
 Kejang • Fungsi hati dan ginjal menurun
 kulit dingin • Hipertensi yang parah
 nadi lemah dan cepat
 Bingung • eklampsia
 Koma
 meninggal

148
METERGIN
Cara Penggunaan Dosis
• Oral : mulai kerja setelah • Oral : 0,2-0,4 mg , 2-4 kali
sepuluh menit sehari selama 2 hari
• IV : mulai kerja 40 detik • IV / IM : 0,2 mg
• IM :mulai kerja 7-8 menit • IM boleh diulang 2– 4 jam
• (Hal ini lebih bila perdarahan hebat
menguntungkan karena
efek samping << )

149
MISOPROSTOL
 Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin E1 sintetik
 Mekanisme / cara kerja
 Di absobrsi secara ekstensif dan dide-esterifikasi=> aktif : as.
misoprostol
 Absorbsi dihambat oleh makanan
 Indikasi
 oksitosik
 Menstimulus kontraksi uterus
 Indikasi misoprostol untuk pematangan serviks :
 preeklampsia berat/eklampsia dan serviks belum matang
sedangkan seksio sesarea belum dapat segera dilakukan atau bayi
terlalu prematur untuk bisa hidup
 kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum in partu,
dan terdapat tanda-tanda gangguan pembekuan darah

150
MISOPROSTOL
• Efek samping
– Dapat menyebabkan kontraksi uterin
– Diare
• Kontra indikasi
– Pada kehamilan  aborsi.
– Misoprostol mempunyai risiko meningkatkan kejadian
ruptura uteri => hanya dikerjakan di pelayanan kesehatan
yang lengkap (ada fasilitas bedah sesar)
• Sediaan : 100 dan 200 µg

151
MISOPROSTOL
Dosis dan cara pemberian:
• intravagina , dosis 25 µg pada fornix posterior dan dapat
diulang pemberiannya setelah 6 jam bila kontraksi uterus
masih belum terdapat.
• Bila dosis 2 x 25 µg masih belum terdapat kontraksi uterus,
berikan ulang dengan dosis 50 µg tiap 6 jam
• Dosis maksimum : 4 x 50 µg ( 200 µg )
• Pemberian per oral 100 µg = pemberian 25 µg per vaginam

Dosis 50 µg sering menyebabkan :


• Tachysystole uterin
• Mekonium dalam air ketuban
• Aspirasi Mekonium
152
Metil Ergometrin Maleat
Mekanisme Aksi
• Obat ini bekerja pada uterus menimbulkan kontraksi
yang kuat yang efeknya lebih lama dari yang
ditimbulkan oleh oksitosin.

Indikasi
• Pencegahan dan pengobatan perdarahan sesudah
melahirkan atau keguguran karena uterus atoni atau
subinvolusi (uterus tetap besar, tidak kembali ke
ukuran semula)
153
Metil Ergometrin Maleat
Interaksi
• Dengan Obat Lain : Inhibitor CYP3A4: antifungi golongan azol, siprofloksasin,
klaritromisin, diklofenak, doksisiklin, eritromisin, isoniasid, nikardipin, propofol,
protease inhibitor, kuinidin, verapamil meningkatkan efek metilergometrin. Agonis
5-HT (sumatriptan), inhibitor MAO, sibutramin, agonis serotonin lainnya
ditingkatkan efeknya oleh metilergometrin.
• Vasokontriksi berat akan terjadi bila metilergometrin diberikan bersamaan dengan
vasokonstriktor atau betabloker.
• Efek ergometrin menurun bila diberikan bersama antipsikotik, metoklopramid.

Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : C. Kontraksi berkepanjangan dari
pembuluh darah uterus dan atau peningkatan tonus otot uterus akan menurunkan
aliran darah ke plasenta yang dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan janin di
hewan.
- Te rhadap Ibu Menyusui : Sejumlah kecil metilergometrin ditemui di ASI

154
Metil Ergometrin Maleat
Efek Samping
• Infark kardovaskuler : miokardial akut, hipertensi, sakit dada
temporer, palpitasi
• SSP : halusinasi, pusing, kejang, sakit kepala
• Metabolisme endokrin : intoksikasi air
• Saluran cerna : mual, muntah, diare, rasa tidak enak
• Lokal : tromboflebitis :
• Neuromuskuler skeletal: kram kaki
• Telinga : tinitus
• Pernafasan : dipsnea, kongesti hidung
• Lain2 : diaforesis

155
Metil Ergometrin Maleat
Sediaan
• Tablet : Maleat 0,2 mg
• Larutan Injeksi dalam Ampul 0,2 mg/ml, 1 ml

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian


• Oral : 0,2 mg sehari 3-4 kali selama 2-7 hari
• IM : 0,2 mg dapat diulang sampai 5 dosis dengan interval waktu 2
- 4 jam.
• Emergensi : IV 0,2 mg selama 60 detik
Jangan rutin diberikan secara IV => menginduksi hipertensi yang
mendadak dan gangguan cerebrovascular

156
Metil Ergometrin Maleat
Kontra Indikasi
• Pasien sepsis
• penyakit vaskuler obliteratif
• gangguan hati/ginjal
• kehamilan trimester II, bila diberikan secara i.v.
• Penggunaan harian jangka panjang => fibrosis
peritoneal dan pleura

157
Prostaglandin
• Bereaksi pada serviks  membantu pematangan serviks.
• prostaglandin menyebabkan peningkatan kadar kalsium
intraseluler  menyebabkan kontraksi otot miometrium.
• ES: mual, muntah, diare, dan demam.
• Analog prostaglandin:
– Gel dinoprostone (Prepidil)  mengandung 0,5 mg
dinoproston
– noprostone inserts (Cervidil)  mengandung 10 mg
dinoprostone

158
Analgesia
• Obat oral : fenyl butazon • Opioid – pethidin diberikan
• Tramadol 50-100 mg, oral dengan dosis 25-50 mg/i.m
atau supp, i.m. atau iv tiap 2 jam
• Fentanil – bekerja cepat 30
menit, dosis 50-100
ug/iv/im –

• Risiko depresi nafas pada


bayi. Antidot : nalokson dosis
0.01 mg/kg dapat diulang 5
menit.

159
Ketamin
• Ketamin mempunyai kemanan yang tinggi
• Dosis : 1-2 mg/kg BB

• Indikasi : analgesi intravena pada seksio emergensi


• Dosis 50 mg i.v perlahan + drip 100 mg/500 ml RL 20tts/mn

160
Analgesi Infiltrasi
• Sikap : selalu aspirasi – • Dapat diberikan
awas masuk sirkulasi tersendiri/kombinasi
pada seksio sesarea
emergensi
• Lidokain 0.5% - 30-40 cc
• Infiltrasi pada kulit dan
sub peritoneal

• Lokal : episiotomi, dosis


1% -10 ml

161
Anestesi Spinal
• Indikasi : seksio sesarea
• Teknik : menggunakan jarum tumpul atau tajam no 27-29
• Cairan hiperbarik bupivakain 0.25%- 25 mg atau lidokain1%
• Kombinasi bupivacain 0.5% 12.5 mg + fentanyl 10 ug. - cukup
2 jam

162
Newborn: Resuscitation
• Open & clear the airway only if it is blocked
– Head  Slightly extended
– Mouth/nose are blocked  suction (repeat once or total 20s)
• Mouth 5cm from the lips, 3cm into each nostril (suck while
withdrawing)
• Ventilate if still not breathing
– Bag/mask ventilation within 1 minute after birth (<32 weeks 
preferable to start with 30% oxygen)
Newborn Resuscitation
• Ventilate if still not breathing (continued)
– Breathing + HR (every 1-2 minutes of ventilation)
• Chest rise
• HR <100 per minute take ventilation corrective steps
• HR <60 per mineute  give supplemental oxygen,
chest compressions, other ventilatory support and
medications
– At any time, if the baby starts breathing/crying and has no
chest in-drawing  stop ventilating  observe  then:
• Skin to skin contact
• Exclude a second baby, give oxytocin (if no already
given)
• Wash hands, re-glove, trim the cord
Newborn Resuscitation

You might also like