You are on page 1of 136

Pemicu 3

Sandy Laveda
MALPOSISI DAN MALPRESENTASI
Malpresentasi dan Malposisi
• Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain presentasi
belakang kepala
• Malposisi adalah posisi abnormal ubun-ubun kecil relatif
terhadap panggul ibu
Presentasi Dahi
• Terjadi manakala kepala janin dalam sikap ekstensi sedang
• Bila menetap, bayi tidak dapat dilahirkan karena besarnya diameter
oksipitomental
• Diagnosis :
• Pada pemeriksaan vagina teraba pangkal hidung, tepi atas orbita,
sutura frontalis, dan ubun-ubun besar, tetapi tidak dapat meraba dagu
atau mulut janin
• Pada palpasi abdomen teraba oksiput dan dagu janin di atas simfisis
dengan mudah
Presentasi Dahi
Presentasi Muka
• Terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal sehingga oksiput
mendekat ke arah punggung janin dan dagu menjadi bagian
presentasinya
• Janin masih dapat dilahirkan vaginal apabila posisi dagunya di
anterior
• Diagnosis :
• Pada pemeriksaan vagina dapat diraba mulut, hidung, tepi orbita,
dan dagu
Presentasi Muka
Presentasi Majemuk
• Adalah terjadinya prolaps satu atau lebih ekstremitas pada
presentasi kepala ataupun bokong
• Diagnosis :
• Pada pemeriksaan vagina teraba kepala, tangan/lengan dan/atau kaki
• Pada presentasi bokong teraba juga lengan/tangan
Presentasi Majemuk
Presentasi Bokong
• Adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong,
kaki, atau kombinasi keduanya
• Diagnosis :
• Pemeriksaan palpasi abdomen
• Pemeriksaan dalam vagina
• Pemeriksaan USG
Persalinan Buatan
• Vakum
• C-sectio
Ekstrasi Vakum
• Definisi : suatu persalinan dimana janin dilahirkan dengan
ekstrasi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya.

• Alat : ekstraktor vakum / ventouse


Bagian2 Ekstraktor Vakum
1. Mangkok
- Dipakai untuk membuat kaput suksedanum artifisialis (untuk ekstrasi kepala)
- Diameter mangkok : 3-6 cm
- Pada dinding belakang mangkok terdapat tonjolan untuk letak denominator
2. Botol
- Tempat membuat tenaga –
- Pada tutupnya terdapat manometer saluran menuju pompa penghisap &
saluran menuju ke mangkuk yg disertai dengan pentil
3. Karet penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkok dg pemegang
5. Pemegang (extraction handle)
6. Pompa penghisap (vacum pump)
Bagian2 Ekstraktor Vakum
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Kontra Indikasi

IBU IBU
• Ruptura uteri
• Untuk memperpendek kala II
• Penyakit dimana ibu tdk boleh
pada : mengejan ( payah jantung,
• Penyakit jantung preeklampsia berat)
kompensata
• Penyakit paru fibrotik
• Waktu : kala II yg memanjang
JANIN
• Letak muka
JANIN • After coming head
• Gawat janin • Janin preterm
(masih kontroversi)
Syarat Vakum
• Pembukaan > 7cm (pada multigravida)
• Penurunan kepala janin boleh pada hodge II
• Harus ada kontraksi uterus
• Harus ada tenaga mengejan
Prosedur Vakum
• Ibu dalam posisi litotomi
• Beri anestesi bila ibu nyeri saat dipasang mangkuk, pada
dasarnya tidak dibutuhkan narkosis umum
• Pilih mangkuk yg sesuai dg pembukaan (pada pembukaan
lengkap => no 5)
• Pasang mangkuk ke dalam vagina dengan posisi miring di
bagian terendah kepala menjauhi ubun2 besar
• Pasang denominator sesuai tonjolan mangkuk
• Dilakukan penghisapan dengan pompa dengan tenaga
0,2kg/cm2 dengan interval 2 menit
( tekanan yg diperlukan 0,7-0,8 kg/cm2 dg waktu 6-8menit)
• Dengan adanya tekanan -, terbentuk kaput suksedanum
artifisialis pada mangkuk
• Sebelum melakukan traksi, priksa ulang apakah ada bagian
jalan lahir yg ikut terjepit
• Bersamaan dg his, suruh ibu mengejan dan manguk ditarik
searah sumbu panggul
• Ibu jari dan telunjuk tangan kiri menahan mangkuk dan
tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada
pemegang
• Lakukan traksi selama ad his dan mengikuti putaran paksi
dalam. Bila his berhenti, hentikan traksi
• Kepala janin dilahirkan dg menarik mangkuk ke arah atas
sehingga kepala janin lahir sebagaimana lazimnya
• Saat kepala mengadakan defleksi, tangan penolong menahan
perineum
• Setelah kepala lahir pentil dilepas => udara masuk ke botol =>
tekanan – hilang => mangkok dilepas
• Bila perlu melakukan episiotomi maka dilakukan sebelum
pemasangan mangkuk / pd waktu kepala membuka vulva
Kriteria Ekstrasi Vakum Gagal
• Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas
sebanyak 3 x
• Tenaga vakum terlalu rendah
• Tekanan – dibuat terlalu cepat => ≠ kaput suksedanum
sempurna yg mengisi seluruh mangkuk
• Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dg
mangkuk
• Bagian jalan lahir ada yg terjepit
• Tangan kiri & kanan penolong tidak bekeja sama
dengan baik
• Defect pada alat , ex: kebocoran karet selubung
• Adanya disporposi sefalo-pelvik
• Dalam waktu ½ jam setelah traksi janin tidak lahir
Komplikasi Vakum
IBU
• Pendarahan
• Trauma jalan lahir
• Infeksi
JANIN
• Ekskoriasi kulit kepala
• Sefalohematoma
• Subgaleal hematoma => dpt cepat diabsorbsi,
bisa menimbulkan ikterus neonatorum
• Nekrosis kulit kepala => alopesia
Keunggulan & Kerugian Vakum dibanding
Cunam
Keunggulan Kerugian
• Pemasangan mudah : • Persalinan memerlukan
mengurangi bahaya trauma & waktu yg lebih lama
infeksi
• Tenaga traksi tidak sekuat
• Tidak diperlukan narkosis umum cunam
• Mangkuk tidk menambah besar • Pemeliharaannya lebih
ukuran kepala yg harus melalui sukar, karena bagiannya
jalan lahir banyak terbuat dari karet
• Dapat digunakan pada kepala yg dan harus selalu kedap
masih tinggi dan pembukaan udara
serviks yg belu lengkap
• Trauma kepala janin >ringan
Sectio Sesarea
• Definisi :
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh dan BB janin > 500gr

• Jenis :
• Seksio secara klasik : pembedahan secara sanger
• Seksio secara transperitoneal profunda
(lower segmen caesarean section)
• Caesarean hysteroctomy
• Seksio sesaria ektraperitoneal
• Seksio sesarea vaginal
Cesarean Sectio
(A) Classic (B) low vertical (C) transverse incisions
Indikasi C-section
Indikasi Ibu Indikasi Janin
• Panggul sempit absolut • Kelainan letak
• Tumor jalan lahir • Gawat janin
• Stenosis serviks / vagina
• Plasenta previa TIDAK Dilakukan Pada :
• Disporposi sefalopelvik • Janin mati
• Ruptura uteri • Syok, anemia berat
sebelum diatasi
• Kelainan kongenital
berat
Teknik C-section Klasik
• Desinfeksi dinding perut dan lapangan operasi
dipersempit dengan duk steril
• Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas
simfisis sepanjang 12 cm sampai dibawah umbilikus lapis
demi lapis sampai kavum peritoneal
• Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkarai dengan
kasa laparotomi
• Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pd SAR dan
diperlebar secara sagital dengan gunting
• Setelah kavum uteri terbuka, selput ketuban dipecahkan
• Janin dilahirkan dengan meluksir kepala dan mendorong
fundus uteri
Teknik C-section Klasik
• Pemotongan servix di korpus uteri-horisontal
• Setelah janin dilahirkan seluruhnya, tali pusat dijepit dan
dipotong diantara kedua penjepit
• Plasenta dilahirkan secara manual, disuntikan 10 U
oksitosisn ke dalam rahim secara intra mural
• Luka insisi SAR dijahit kembali
• Lap I : endometrium & miometrium dijahit jelujur
• Lap II : miometrium saja dijahit simpul
• Lap III : perimetrium saja dijahit simpul
• Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa di
eksplorasi
• Rongga perut dibersihkan dari sisa2 darah
• Menjahit luka dinding perut
lower segmen
caesarean section
Indikasi C-section Klasik
• Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan blader untuk
mencapai segmen bawah rahim misalnya karena perlekatan
akibat pembedahan c-section yg lalu / adanya tumor di
segmen bawah rahim
• Janin besar dalam letak lintang
• Plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan
segman bawah rahim
Komplikasi
a) infeksi puerperalis/nifas bisa terjadi dari
• infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja,
• sedang yaitu kenikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi
dan perut sedikit kembung,
• berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik.

b) Perdarahan akibat atonia uteri (uteri ga punya tonus


sehingga ga bisa kontraksi) atau banyak pembuluh
darah yang terputus dan terluka pada saat operasi.

c) Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang


terpotong saat melakukan seksio sesaria.
d) Resiko ruptura uteri pada kehamilan
berikutnya karena jika pernah mengalami
pembedahan pada dinding rahim insisi yang
dibuat menciptakan garis kelemahan yang
sangat beresiko untuk ruptur pada persalinan
berikutnya.

e) Endometritis yaitu infeksi atau peradangan


pada endometrium
PENYULIT PADA KEHAMILAN
HELLP Syndrome
Definisi
• Preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya hemolisis,
peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan
trombositopenia
• H : Hemolysis
• EL : Elevated Liver Enzyme
• LP : Low platelet count
Diagnosis
• Tidak khas : malaise, lemah, nyeri kepala, mual, muntah
• Ada tanda dan gejala preeklampsia
• Tanda hemolisis intravaskular (kenaikan LDH, AST, dan bilirubin
indirek)
• Tanda kerusakan/disfungsi sel hepatosit hepar (kenaikan ALT,
AST, LDH)
• Trombositopenia
Klasifikasi
• Berdasarkan kadar trombosit (Klasifikasi Mississippi)

Klas I Klas II Klas III


Kadar trombosit (/ml) ≤ 50000 > 50000 ≤ 100000 > 100000 ≤ 150000

LDH (IU/l) ≥ 600 ≥ 600 ≥ 600

AST dan/atau ALT (IU/l) ≥ 40 ≥ 40 ≥ 40


Terapi Medikamentosa
• Mengikuti terapi preeklampsia-eklampsia + monitor ketat
trombosit tiap 12 jam
• Trombosit < 50000/ml atau ada tanda koagulopati
konsumtif => periksa waktu protombin, waktu
tromboplastin parsial, dan fibrinogen
• Trombosit < 100000/ml atau 100000 – 150000/ml + tanda2
eklampsia, hipertensi berat, nyeri epigastrium => diberi
dexamethason 10 mg i.v. / 12 jam
• Trombosit > 100000/ml + penurunan LDH + perbaikan
gejala2 => terapi deksametason dihentikan
• Trombosit < 50000/ml => tranfusi trombosit
Prognosis
• Kematian ibu bersalin cukup tinggi yaitu 24%
• Penyebab : kegagalan kardiopulmonar, gangguan pembekuan
darah, perdarahan otak, ruptur hepar, dan kegagalan organ
multipel
• Kematian perinatal cukup tinggi, terutama karena persalinan
preterm
Hipertensi Dalam
Kehamilan
Klasifikasi
• Hipertensi kronik

• Preeklampsia – eklampsia

• Hipertensi kronik dengn superimposed


preeklampsia

• Hipertensi gestasional
Faktor resiko
• Primigravida, primipaternitas
• Hiperplasentosis (molahidatidosa, kehamilan
multipel, DM, hidrops fetalis, bayi besar)
• Umur yang ekstrim
• Riwayat keluarga pernah preeklampsia /
eklampsia
• Penyakit ginjal dan hipertensi yg sudah ada
sebelum hamil
• Obesitas
• Patofisiologi
• Teori kelainan vaskular plasenta
• Invasi trofoblas ke dalam lapisan otot  dilatasi a.spiralis.
penurunan tek darah peningkatan aliran darah pada
uroplasenta darah cukup banyak remodeling arteri spiralis
• Pada hipertensi, tidak terjadi invasi trofoblas, sehingga kegagalan
remodeling hipoksia dan iskemi plasenta
• Teori iskemia plasenta, radikal bebas, disfungsi endotel:
• Iskemi dan hipoksia menghasilkan oksidan hidroksil yang sangat
toksis.merusak membran sel yang mengandung banyak asam
lemak tak jenuh menjadi peroksida lemak.merusak nukleus,
protein sel endotel
• Produksi oksidan yang bersifat toksis dapat diimbangi dengan
antioksidan
• Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi.
• Antioksidan spt vit E pada hipertensi kehamilan menurun 
dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang tinggi  merusak sel
endotel
• Disfungsi endotel
• Sel endotel terpapar peroksida lemak kerusakan sel endotel 
gangguan fungsi endotel (disfungsi endotel). Pada kerusakan ini akan
terjadi:
• Gangguan metabolisme prostaglandin  prostaglandin menurun
• Agregasi sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan
• Perubahan khas pada glomerular endotheliosis
• Peningkatan permeabilitas kapiler
• Peningkatan faktor koagulasi
• Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
• Primigravida memiliki resiko lebih besar terjadi hipertensi dibanding
multigravida
• Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko lebih
besar dibandingkan dengan suami sebelumnya
• Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya hipertensi dalam
kehamilan
• Teori adaptasi kardiovaskular
• Teori genetik
• Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin
• Teori defisiensi gizi
• Diberikan banyak minyak ikan dan kalsium untuk pencegahan
hipertensi
• Teori stimulus inflamasi
• Lepasnya debris trofoblas dalam sirkulasi darah merupakan
rangsangan utama terjadinya inflamasi
• Adanya debris trofoblas berlebihan mengakibatkan aktivitas
leukosit yang tinggi pada sirkulasi ibu
Hipertensi Kronik
Definisi
• Hipertensi yang didapatkan sebelum timbulnya kehamilan

• Timbul apabila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg, diastolik ≥


90 mmHg sebelum umur kehamilan 20 minggu
Etiologi
• Primer
• Idiopatik : 90%

• Sekunder
• 10%, berhubungan dengan penyakit ginjal, vaskular kolagen,
endokrin dan pembuluh darah
Diagnosis
• Bila didapatkan hipertensi yang telah timbul sebelum kehamilan atau <
20 minggu
• Ciri-ciri :
– Umur ibu > 35 tahun
– TD sangat tinggi
– Umumnya multipara
– Umumnya ditemukan penyakit DM, kelainan jantung, ginjal
– Obesitas
– Penggunaan obat-obat antihipertensi sebelum kehamilan
– Hipertensi yang menetap pasca kehamilan
Dampak Hipertensi Kronik
• Bagi ibu
– Bila pasien mendapat terapi dan hipertensi terkendali  tidak
berpengaruh buruk pada kehamilan
– Tapi punya risiko terjadinya solusio plasenta, superimposed pre-eklamsia
– Hipertensi kronik yang diperberat oleh kehamilan akan memberi tanda :
• Kenaikan mendadak TD kemudian proteinuria
• Tekanan darah > 200 mmhg/ > 130 mmhg dengan akibat segera terjadi
oliguria dan gangguan ginjal
– Penyulit :
• Solutio plasenta : risiko terjadinya 2-3x
• Superimposed preeklamsia
Dampak Hipertensi Kronik
• Bagi janin :
• Pertumbuhan terhambat atau fetal growth restriction, intrauterine
growth restriction (IUGR)
• Insiden fetal growth restriction berbanding langsung dengan derajat
hipertensi yang disebabkan ↓ perfusi uteroplasenta  insufisiensi
plasenta
• Risiko pe↑ persalinan preterm
Pemeriksaan Penunjang
• ECG (ekokardiograf)
• Pemeriksaan mata
• Usg ginjal
• Fungsi ginjal
• Fungsi hepar
• Hb
• Hematokrit
• Trombosit
Pemeriksaan Pada Janin
• USG

• Bila dicurigai IUGR : (intrauterine growth retardation)


• NST

• Profil biofisik
Penatalaksanaan
• Untuk mencegah hipertensi yang ringan menjadi berat dapat
dilakukan dengan :
• Perubahan pola hidup :
• Diet, Merokok, alkohol, Substance abuse
• Antihipertensi
• Pada hipertensi kronik berat umumnya hanya memperhatikan
keselamatan ibu dibanding status kehamilan guna mencegah :
• CVA
• Infark miokard
• Disfungsi jantung & ginjal
• Antihipertensi diberikan :
• Sedini mungkin pada batas hipertensi stage 1 yaitu ≥140
mmhg/ ≥ 90 mmhg
• Jika terjadi disfungsi end organ
Antihipertensi
• α-metildopa
• Suatu α2 – reseptor agonis ]
• Dosis awal 500 mg 3x/hari, maks 3gr/hari
• Calsium channel blockers
• Nifedipin : dosis bervariasi antara 30-90 mg/hari
• Diuretik tiazid
• Tidak diberikan karena akan menggangu volume plasma  ganggu
aliran darah uteroplasenta
Preeklampsia
Definisi
• Hipertensi yang timbul > 20 minggu kehamilan dan proteinuria
• Dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat
• Urutan gejala pada preeklamsia -> edema, hipertensi dan
proteinuria. Bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan
diatas, dianggap bukan preeklampsia
Preeklampsia Ringan
Definisi

• Suatu sindroma spesifik dengan menurunnya perfusi organ yang


berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel
Diagnosis
• Ditegakkan berdasar timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan/edema setelah
kehamilan 20 minggu
• Hipertensi ≥ 140/90 mmHg
• Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 +
dipstik
• Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam
kriteria preeklampsia, kecuali edema pada
lengan, muka dan perut, edema generalisata
Preeklampsia Berat
Definisi

• Preeklampsia dengan TD sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥


110 mmHg disertai proteinuria > 5g/24 jam
Diagnosis
• TD sistolik ≥160 mmHg & diastolik ≥110 mmHg. TD tdk turun meskipun
ibu sdh dirawat di RS & sdh menjalani tirah baring.
• Proteinuria > 5g/24 jam atau 4 + dlm pemeriksaan kualitatif.
• Oligouria, produksi urin < 500 cc/24 jam.
• Kenaikan kadar kreatinin plasma
• Ggg visus & serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skomata &
pandangan kabur.
• Nyeri epigastrium atau nyeri pd kuadran kanan atas abdomen.
• Edema paru2 & sianosis
• Hemolisis mikrangiopati
• Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dg
cepat.
• Ggg fx hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kadar alanin &
aspartate aminotransferase
• Pertumbuhan janin intrauterine yg terhambat.
• Sindrom HELLP
Pembagian Preeklampsia Berat

• Preeklampsia berat tanpa impending eclampsia

• Preeklampsia berat dengan impending eclampsia


(preeklampsia berat disertai gejala2 subjektif berupa
nyeri kepala hebat, ggg visus, muntah2 nyeri epigastrium
& kenaikan progresif TD)
Pencegahan Preeklampsia
Pencegahan nonmedical
• Tirah baring
• Diet suplemen yg mengandung:
• Minyak ikan yg kaya dg asam lemak tdk jenuh (omega-3 PUFA)
• Antioksidan (vit C, E, β-karoten, CoQ10 N-Asetilsistein, as.lipoik)
• Elemen logam berat (zinc, magnesium, kalsium)
Pencegahan Preeklampsia
Pencegahan medikal
• Kalsium 1500-2000 mg/hari -> sbg suplemen pd resiko tinggi
preeklampsia
• Zinc 200 mg/hari, magnesium 365 mg/hari.
• Obat antitrombik (aspirin dosis rendah dibawah 100 mg/ hari
atau dipiridamole)
• Obat antioksidan
Eklampsia
Definisi
• Adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang atau
koma
Gambaran Klinik
• Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang
kepala dan peningkatan tekanan darah yang abnormal
• Gangguan penglihatan : melihat kilatan-kilatan cahaya,
pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan
sementara
• Iritabel : merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi
dengan suara berisik atau gangguan lainnya
• Nyeri perut : bagian ulu hati yang kadang disertai
dengan muntah
• Tanda-tanda umum pre eklampsia (hipertensi, edema,
dan proteinuria)
• Kejang-kejang dan atau koma
Diagnosis Banding
• Pendarahan otak
• Hipertensi
• Lesi otak
• Kelainan metabolik
• Meningitis
• Epilepsis iatrogenik
Penatalaksanaan
• Airway – Breathing – Circulation
• Mengatasi dan mengobati kejang
• Magnesium sulfat, triopental, diazepam
• Perawatan pada waktu kejang :
• Dirawat yang cukup terang, dibaringkan di tempat tidur yang
lebar dan rail tempat tidur dipasang kuat, masukkan sudap lidah,
kepala dirandahkan dan daerah orofaring dihisap, bila penderita
selesai kejang segera beri oksigen
Penatalaksanaan
• Perawatan koma :
• Diusahakan jalan napas agar tetap terbuka
• Semua benda yang ada di dalam rongga mulut dan tenggorakan,
baik berupa lendir maupun sisa makanan harus diisap secara
intermiten
• Melakukan pencegahan dekubitus
• Pemberian makanan dapat melalui NGT
• Perawatan edema paru :
• Dirawat di ICU karena membutuhkan animasi dengan respirator
Penatalaksanaan
• Pengobatan obstetrik
• Semua kehamilan dengan eklampsia
harus diakhiri
• Persalinan diakhiri bila sudah mencapai
stabilisasi hemodinamika dan
metabolisme ibu
Prognosis
• Bila tidak telambat dalam pengobatan, maka gejala perbaikan akan
tampak jelas setelah kehamilan diakhiri
• Diuresis akan terjadi 12 jam setelah persalinan
• Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian
• Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada
ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik
• Prognosis janin buruk
PenangananPenyulit Kehamilanpada BerbagaiTingkat Pelayanan
HT karena kehamilan Preeklampsia ringan Preeklampsia berat / HT kronik
eklampsia
Polindes -Rawat jalan 1x -Rawat jalan -Pastikan gejala dan -Rawat jalan
seminggu -Istirahat baring tanda preeklapmsia -Istirahat cukup
-Pantau TD, -Diet biasa berat -Bila TD > 160/110
proteinuria, -Tak perlu obat- -Hifedipine 10 mg beri anti HT
kesejahteraan janin obatan dan MgSO4 40 g IV -Tidak ada perbaikan
-Tunggu persalinan -Bila tidak ada dalam 10 menit  rujuk
aterm perbaikan, rujuk -Siapkan peralatan
untuk kejang
-Kateter urin
-Rujuk ke RS
Puskesmas -Idem -Idem -Idem -Idem
-Jika keadaan -< 36 minggu rawat -Rujuk ke RS -Bila TD >160/110
memburuk  janin 1 x seminggu beri anti HT
tangani sebagai -Tidak ada perbikan : -Pikirkan
preeklampsia rawat, atau rujuk ke superimposed
RS preeklampsia
Rumah Sakit -Kendalikan HT -Evaluasi seperti di -Idem -Jika tidak ada
seperti pada atas -Penanganan kejang komplikasi : tunggu
preeklampsia -Bila terdapat dengan MgSO4 dosis aterm
-Terminasi kehamilan preeklampsia berat, awal dan dosis -Jika terdapat
jika terjadi atau tanda-tanda pemeliharaan preeklampsia,
preeklampsia berat pertumbuhan janin -Anti HT pertumbuhan janin
terhambat  -Persalinan segera terhambat, atau
terminasi -Perawatan gawat janin 
postpartum terminasi kehamilan
Hipertensi Gestational
Hipertensi Gestasional
• Hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria
• Menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan
dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria
• Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kali dalam
kehamilan di atas 20 minggu
• Terjadi karena peningkatan tekan darah selama kehamilan
atau hilangnya hipertensi kronik yang pernah ada sebelumnya
dan tanda preeklampsia lainnya pada 24 pertama setelah
melahirkan. (Harrison, 2007 : 33)
Penatalaksanaan
• Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan:
– Pantau tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap
minggu.
– Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia.
– Jika kondisi janin memburuk atau pertumbuhan janin terhambat,
rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan.
– Beritahu klien dan keluarga tanda bahaya dan gejala
preeklampsia atau eklampsia.
– Jika tekanan darah stabil janin dapat dilahirkan secara normal.
Diabetes Gestational
Klasifikasi
• Kebanyakan ibu mengetahui mereka diabetes gestational
setelah di test antara minggu ke 24 – 28 masa kehamilan
• Klas I : Diabetes gestasional  timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
• Klas II : PreGestasional diabetes  diabetes mulai sejak
sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil
• Klas III : Pregestasional diabetes dengan komplikasi
penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati,
penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer
Faktor Risiko
1. Hamil Umur > 30 tahun 8.Riwayat bayi lahir mati
2. Obesitas dengan indeks 9. Riwayat keguguran
massa tubuh 30 kg/m2 10. Riwayat infertilitas
3. Riwayat DM pada keluarga 11. Hipertensi
(ibu atau ayah)
12. Mengidap Syndrome
4. Pernah menderita DM Polycystic ovarium
gestasional sebelumnya
13. Memakai Kortikostreoid
5. Pernah melahirkan anak
besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria
7. Riwayat bayi cacat bawaan
Patofisiologi
Ibu Perubahan hormonal /Fungsi insulin tidak
hamil (HPL, progesteron, optimal  perubahan
kortisol, prolaktin   kinetika insulin dan
puncak T III) resistensi insulin

Komposisi sumber energi dalam plasma ibu  (kadar gula darah


tinggi, kadar insulin tetap tinggi)

Difusi terfasilitasi Hiperinsulinemia  janin 


membran plasenta, gangguan metabolik
dimana sirkulasi janin juga (hipoglikemia, hipomagnesemia,
ikut terjadi komposisi hipokalsemia, hiperbilirubinemia,
sumber energi abnormal dan sebagainya)
• Human Placental Lactogen (HPL)
• Produced by syncytiotrophoblasts of placenta
• Acts to promote lipolysis  increased FFA and to decrease
maternal glucose uptake and gluconeogenesis. “Anti-insulin”
• Estrogen and Progesterone
• Interfere with insulin-glucose relationship
• Insulinase
• Placental product that may play a minor role
Pengaruh diabetes terhadap
Pengaruh kehamilan,persalinan, dan kehamilan
nifas terhadap Diabetes
• Abortus dan partus
• Kehamilan dapat prematurus
menyebabkan status pre
• Hidroamnion
diabetik  manifes (diabetik)
• Pre-eklamsia
• Kehamilan  diabetes mejadi
> berat • Kesalahan letak janin
• Persalinan  tenaga kerja ibu • Insufisiensi plasenta
dan kerja rahim akan
memerlukan glukosa  Pengaruh diabetes terhadap
hipoglikemia / koma nifas
• Laktasi  keperluan insulin  • Resiko perdarahan & infeksi
puerperal 
• Luka jalan lahir sulit/ lambat
sembuh
Pengaruh diabetes terhadap Pengaruh diabetes terhadap
persalinan janin/ bayi
• Inersia uteri & antonia uteri
• Resiko abortus 
• Distosia karena janin (anak
besar, bahu lebar) • Kematian janin dalam
• Kelahiran mati kandungan setelah 36
minggu
• Persalinan sering ditolong
oleh tindakan operatif • Cacat bawaan
• Resiko perdarahan & infeksi  • Dismaturitas
• Morbiditas & mortilitas ibu • Janin besar (bayi kingkong/
tinggi makrosomia)
• Kematian neonatal 
• Kelainan neurologik dan
psikologik
Diagnosis American Diabetes Association
Wanita hamil

Glukosa 50 gr

<140mg% >140mg%

TTGO 3/2 jam 100 (75) gr glukosa


N

N DMG
Penatalaksanaan
• Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
• Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
• Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
• Mencegah episode hipoglikemia
• Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
• Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan
normal
• Perencanaan makan
• Insulin
• Obat hipoglikemik oral tidak dipakai saat hamil & menyusui 
efek teratogenik & dikeluarkan melalui ASI
Penanganan Obstetrik
• Penyakit tidak berat dan pengobatan/ diet dapat mengontrol
baik  persalinan normal
• Diabetes agal berat dan memerlukan insulin  induksi
persalinan dini minggu ke 36-38
• Diabetes agak berat, riwayat kematian janin dalam kandungan
 Seksio sesarea  minggu ke 37
• Diabetes berat dengan komplikasi, riwayat persalinan buruk
 induksi persalinan dini / seksio sesarea
• Pengawasan persalinan : monitor janin dengan baik (DJJ,
elektro toko kardio gram, USG)
• Tubektomi  ibu yang sudah mempunyai anak dan pada
setiap kehamilan dan persalinan mengancam nyawa ibu dan
bayi
Prognosis
• Bila penyakit ditangani oleh ahli penyakit dalam serta kehamilan
& persalinan diawasi & ditolong oleh ahli kebidanan 
prognosis baik
• Diabetes berat, lama, komplikasi  prognosis buruk
• Prognosis bayi jelek; Faktor resiko morbiditas & mortilitas bayi
• Berat & lamanya sakit, adanya asetonuri
• Insufisiensi plasenta
• Komplikasi & disatosia persalinan
• Respiratory stress syndrome
• Prematuritas & cacat bawaan
• Angka kematian perinatal  10 – 15 %
Pencegahan
• Kontrol berat badan normal atau mendekati level
normal dengan makan yang sehat, rendah lemak, tinggi
serat
• Olahraga teratur
• Tidak mengkonsumsi alkohol
• Tidak merokok
• Modifikasi gaya hidup dan / atau obat-obatan tertentu
dapat digunakan pada orang dengan pradiabetes untuk
mencegah perkembangan diabetes
Tiroid
Hipertiroid
• Insiden : 1/2000 kehamilan
• Susah terdeteksi jika stadium ringan
• Gejala :
• Takikardi, nadi rata-rata waktu tidur meningkat, tiromegali,
eksoftalmus, BB tidak bertambah meskipun cukup makan
• Gambaran lab
• Kadar serum T4 bebas meningkat, tiroptropin menurun
Etiologi
• Penyakit graves (tersering)
• Proses autoimun

Terapi
• Tirotoksisitas selama kehamilan dapat di
kontrol dengan obat jenis thiomide
• PTU
• Tiroidektomi
Hasil Akhir Kehamilan
• Bergantung pada tercapai atau tidaknya penontrolan
metabolik
• Tiroksin yg berlebihan mengakibatkan keguguran spontan
• Meningkatkan resiko untuk preeklampsia, gagal jantung,
keadaan perinatal yang buruk
Efek pada Janin dan Neonatus
• Janin bisa dalam keadaan eutiroid, hiper atau hipotiriod
• Terlihatnya gambaran goiter tirotoksikosis pada janin atau bayi
baru lahir, biasa dalam keadaan nonimmune hydrops atau
meninggal
• Dapat terjadi goiter hipotiroid pada janin dengan ibu
pengkonsumsi obat thiomide
• Bisa terjadi hipotiroidism tanpa adanya goiter karena
masuknya tirotropin-receptor blocking antibodies ibu melalui
plasenta
Penatalaksanaan Hipertiroid
Dosis Efek / Komplikasi Pengawasan
Thionamides
Propylthiouracil 100 - 150 mg tiap 8 jam Ibu Tiap 4 minggu dan
(PTU) •Skin rash menyesuaikan
•Agranulositosis (0.5%) dengan terapi anti-
•Hepatitis TFT tiroid
Methimazole 10-15 mg tiap 8 jam Fetus
(Tapazole) Fetus •Hipotiroid
Adrenergic Blockers
Propranolol 20 - 40 mg tiap 6 jam Fetus Denyut Jantung
(Inderal) •Intrauterine growth
retaration
Atenolol (Tenormin) 50 - 100 mg tiap hari
•Respiratory distress
•Bradikardi
•Hipoglikemia
•Hipoterimia

Pembedahan
Thyroidectomy Ibu Sca++
•Keguguran TFT’s
•Hipoparatiroid
•Paralysis nervus laringeus
Hipotiroid
• Diagnosis ditegakkan bila kadar tiroksin bebas rendah dan
kadar tirotropin tinggi
• Keadaan hipotiroid dihubungkan dengan infertilitas
• Defisiensi kelenjar tiroid klinik Ditemukan pada 1,3/1000
orang, sedangkan subklinis 23/1000 orang
Hipotiroid Subklinis
• Pada wanita 18-45 tahun sekitar 5% dan sekitar 2-3% menjadi
kegagalan tiroid secara klinis
• Keturunan merupakan faktor resiko
• DM tipe 1 dan antibodi anti mikosomal merupakan faktor
resiko lainnya
Efek Hipotiroid Subklinis pada
Hasil Kehamilan
• Tergantung asupan iodin
• Hipotiroid dengan gambaran klinis yang jelas berhubungan
dengan keadaan perinatal yang buruk
• Anak2 yang dilahirkan oleh ibu yang kadar T4 < 10 persentil
beresiko mengalami ketidak seimbangan perkembangan
psikomotor
• Hipotiroid subklinis meningkatkan persalinan prematur, solutio
plasenta, perawatan bayi di NICU
Defisiensi Iodin
• Iodin dibutuhkan pada saat konsepsi untuk perkembangan
neurologik janin (220 g/ hari)
• Defisiensi iodin mempengaruhi gagguan neurologik janin
• Berefek sedang pada fungsi intelektual dan psikomotor
• Kretinisme endemik bila kasus berat
• Pemberian tambahan iodin sebelum kehamilan bisa mencegah
kerusakan neurologik yang berat
Hipotiroid Kongenital
• 1/ 4000-7000 bayi
• 75% bayi hipotiroid memiliki kondisi agenesis kelenjar tiroid
atau dishormogenesis, 10% lainnya hipotiroid transiedn
• Pemberian terapi pengganti tiroksin secara dini dan agresif
sangat penting untuk bayi-bayi ini, kecuali pada yang
menderita hipotiroid kongenital yang bera
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
Ketuban Pecah Dini
(preterm rupture of the membrane)
• Ketuban Pecah Dini (PROM) :pecahnya selaput
chorioamniotik sebelum terjadi proses
persalinan.
• Diagnosa KPD :seorang ibu hamil mengalami
pecah selaput ketuban dan dalam waktu 1 jam
kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan.
• Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu disebut
KPD Preterm
Fungsi Selaput Amnion
• Kantung amnion merupakan tempat yg baik untuk gerak dan
perkembangan muskuloskeletal janin
• Gerak pernapasan yg disertai aliran cairan amnion ke dalam sal
pernapasan janin penting bagi perkembangan saccus alveolaris paru
• Selaput ketuban penghalang masuknya polimikrobial flora vagina ke
dalam kantung amnion
Arti Klinis KPD
• Bila bagian terendah janin belum masuk  prolapsus atau
kompresi talipusat akibat berkurangnya cairan amnion.
• KPD sering diikuti dengan adanya tanda persalinan.
• Peristiwa KPD > 24 jam seringkali disertai infeksi intrauterine.
Angka Kejadian
• Merupakan komplikasi pada 10% kehamilan aterm dan 4%
kehamilan preterm

• KPD preterm menyebabkan 1/3 kehamilan preterm dan


merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
perinatal
Etiologi
• Inkompetensi serviks
• Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
• Riwayat KPD sebelumya
• Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
• Kehamilan kembar
• Trauma
• Serviks yang pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
• Infeksi pada kehamilan seperti bakterial
vaginosis
Faktor Resiko
• Golongan sosio ekonomi rendah
• Ibu hamil tidak menikah
• Kehamilan remaja
• Merokok
• PMS
• Vaginosis bakterial
• Riwayat KPD
• Perdarahan antenatal
Patofisiologi
• Kolagen terdapat pada lapisan kompakta
amnion,fibroblas,jaringan retikuler korion.
sintesis atau degenerasi kolagen diatur
interleukin 1 dan prostaglandin
• Bila infeksiaktivitas iL 1 dan prostaglandin
meningkatkolagenase
jaringandepolimerisasi kolagen pada selaput
korion/amnionketuban tipis mudah pecah.
Tanda dan gejala
• keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina.
• Aroma air ketuban berbau amis berasa manis
dan tidak seperti bau amoniak
• Demam
• bercak vagina yang banyak
• nyeri perut
• denyut jantung janin bertambah cepat
tanda infeksi
Komplikasi
• KPD preterm seringkali menyebabkan :
1.Persalinan preterm
2.Chorioamnionitis
3.Endometritis
4.Gawat janin atau asfiksia intrauterin
• Asfiksia intrauterin terjadi akibat kompresi talipusat akibat
kurangnya cairan amnion.
Pemeriksaan Diagnostik
• Tujuan umum diagnostik awal :
- Konfirmasi diagnosa selaput ketuban sudah pecah.
- Menilai keadaan janin.
- Menentukan apakah pasien dalam keadaan inpartu aktif.
- Menyingkirkan infeksi.
Pemeriksaan penunjang
• Kertas nitrazine,
• pH normal vagina (4-4,7)
• pH cairan ketuban (7,1-7,3)
• False positif jika terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen,
lendir leher rahim, dan air seni.
• USG
• digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang
terdapat di dalam rahim
Pentalaksanaan
Penanganan khusus
Penanganan Umum
Konfirmasi diagnosis :
• Bau cairan ketuban yang khas.
• Konfirmasi usia kehamilan • Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-
• Lakukan pemeriksaan inspekulo sedikit, tampung cairan yang keluar
dan nilai 1 jam kemudian.
untuk menilai cairan yang kurang • Dengan speculum DTT, lakukan
(jumlah, warna dan bau) dan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah
membedakannya dengan urin. cairan keluar melalui ostium uteri atau
terkumpul di forniks posterior.
• Pemeriksaan dalam secara digital.
Penaganan konservatif :
• Tentukan ada tidaknya infeksi. • Rawat di rumah sakit
• Tentukan tanda-tanda inpartu. • Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500
ganti eritromisin bila tak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg
selama 7 hari.
• Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu,
dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak
keluar lagi.
Penatalaksanaan
Kehamilan yang disertai
Amnionitis
• Bila KPD disertai adanya tanda infeksi chorioamnionitis harus
dilakukan terminasi kehamilan tanpa memperhatikan usia
kehamilan.
• Sebelum terminasi kehamilan diberikan antibiotika spektrum
luas untuk terapi amnionitis.
KEHAMILAN DENGAN
FAKTOR RISIKO
UMUR
• Kehamilan Remaja :
• < 18 tahun memiliki resiko kehamilan dan persalinan yang
tinggi
• Pasien sering anemia dan BBLR oleh karena :
• Status sosial ekonomi rendah
• Pendidikan kurang
• Nutrisi yang buruk
• Akses pelayanan antenatal kurang
• Penyalah guna obat
• Kehamilan Pada Usia “TUA” :
• Primigravida Tua memiliki resiko kehamilan dan persalinan tinggi oleh
karena :
• Hipertensi esensial
• Diabetes Gestasional
• Perdarahan antepartum
• Sindrome Down’s
MEROKOK
• Wanita hamil tidak boleh merokok, dpt mybkn:
• Abortus
• Berat anak 150 – 300 g kurang dari normal
• Kematian perinatal sedikit meningkat
• Cheilopalatoschizis
ALKOHOL

• Pecandu alkohol berat ( > 120g perhari ) :


• IUGR
• Hambatan perkembangan
• Komplikasi neurologis pada anak
• Pecandu alkohol sedang (100-120g perhari ) :
• Kejadian abortus spontan meningkat
• Lingkaran kepala anak yang lebih kecil
Alkohol
Pemakaian alkohol yang berat
• Janin :
• Gangguan SSP yang berpengaruh pada kecerdasan dan prilaku
• Muka yang khas ditandai dengan posisi telinga yang rendah dan
tidak paralel, philtrum yang pendek dan datar, muka yang
panjang
• Kepala kecil, hidung pendek,
• Malformasi organ terutama jantung berupa defek septum
• Dapat juga terjadi ; hipoplasia ginjal, divertikulum buli-buli,
gangguan traktus urogenital, Deformitas anggota gerak.
• Ibu : gangguan enzim hati

128
Alkohol
• Mekanisme teratogenik alkohol tidak diketahui tetapi mungkin
berhubungan dengan metabolit asetaldehid.
• Kadar asetaldehid yang tinggi dalam darah menyebabkan
kelainan FAS (Fetal Alcohol Syndrome) pada bayi.
• Pada tingkat seluler metabolit ini menyebabkan kerusakkan
sintesis protein sehingga sel-sel mengalami hambatan
pertumbuhan.
• Konsumsi alkohol lebih dari 20 g/hr berhubungan dengan
peningkatan kejadian persalinan preterm dan ikterus
neonatarum.
• Konsumsi alkohol juga meningkatkan resiko abortus trimester
kedua dan meningkatkan mortalitas janin hingga 50%.
• Untuk janin yang dilahirkan oleh wanita peminum alkohol
berat depat terjadi gejala withdrawal dalam 12 jam pertama
pascalahir. Terapi : barbiturat jangka pendek. 129
Kafein
• Kafein
peningkatan frekuensi dan ritme jantung, sulit tidur,
iritabilitas, gugup dan ansietas (kecemasan).
Pada janin dapat menyebabkan takikardi (denyut jantung
janin melebihi batas normal/terlalu cepat)

130
Rokok
• Ibu hamil yang merokok lebih dari 10 batang/hari  insidensi
abortus, kematian perinatal dan retardasi pertumbuhan intra
uterine yang lebih tinggi.
• Nikotin yang terkandung dalam rokok  efek vasokontriksi
kuat dan meningkatkan tekanan darah, frekuensi jantung,
peningkatan epinefrin dan CO2 (meningkatkan resiko kasus
terjadinya abortus spontan, plasenta abnormal, pre eklampsia,
eklampsia, BBLR)

131
Rokok
• Tembakau:
• Risiko maternal:abortus, solusio plasenta, insufisiensi
placenta, berat lahir rendah, dan plasenta previa, KPD
adalah salah satu komplikasi.
• Risiko perinatal: sindrom kematian bayi mendadak/SIDS,
penyakit paru kronis, otitis media.
• Seorang perokok pasif mempunyai resiko sama dengan
perokok aktif.
• Bayi yang lahir dari seorang perokok mempunyai ukuran
pjg tubuh, kepala, dada yang lebih kecil, pH tali pusat
yang rendah dan menunjukkan kelainan pada
pemeriksaan Neurologik.
132
Dangers of smoking during
pregnancy
• Cigarette smoke contains more than 2,500
chemicals
• Nicotine, tar, and carbon monoxide are thought
to be the most dangerous to the baby.

133
Smoking while pregnant:
• Lowers the amount of oxygen available to you
and your growing baby.
• Increases your baby’s heart rate

134
Increases:
• The chances of miscarriage and still birth
• The risk that your baby is born premature
• Chances of your baby dying from SIDS (sudden infant
death syndrome)
• The chances of your baby being born low birth
weight.
• Your baby’s risk of developing lung problems
• The likelihood of certain birth defects, including cleft
lip and/or cleft palate
• Risk of diabetes. The more the mother smokes the
higher the risk
• The chance of lasting problems like asthma, and 135
learning disabilities
After baby is born
• It is important to stay smoke-free after you bring
your baby home
• No one should be allowed to smoke in the
house

136

You might also like