You are on page 1of 27

REFERAT

NEURITIS OPTIK
Disusun oleh :
Bambang Prabawiguna (092011101002)
Nadya Anisah (102011101009)

PEMBIMBING:
dr. Bagas Kumoro Sp.M
dr. Iwan Dewanto Sp.M

LAB/SMF Ilmu Kesehatan Mata


Fakultas Kedokeran Universitas Jember
RSD dr. Soebandi 2015
Anatomi
 Nervus opticus merupakan saraf yang membawa informasi
visual dari retina ke otak. Nervus opticus terdiri dari
sekitar 1 juta akson yang berasal dari ganglion sel retina.
Serat sarafnya menjadi bermielin saat meninggalkan
mata. Nervus opticus bergabung membentuk chiasma
opticum.
Definisi
 Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf
optik akibat berbagai macam penyakit.
Epidemiologi
 Insidensi neuritis optikus dalam populasi per tahun
diperkirakan 5 per 100.000 sedangkan prevalensinya 115
per 100.000.
 Sebagian besar mengenai usia 20 sampai dengan 40 tahun.
Wanita lebih umum terkena dari pada pria.
 Berdasarkan data The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT)
77% adalah wanita, 85% kulit putih dan usia rata-rata 32 ±
7 tahun.
Etiologi
 Inflamasi lokal
 Uveitis dan retinitis
 Oftalmia simpatika
 Meningitis
 Penyakit sinus dan infeksi orbita
 Inflamasi general yaitu:
 Infeksi syaraf pusat
1. Multiplel sklerosis
2. Acute disseminated encephalomyelitis
3. Neuromyelitis optic (Devic disease)
4. Leber's disease
 Toksin endogen
Faktor Resiko

 Usia
Prevalensi tinggi pada dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun
 Jenis kelamin
Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-
laki.
 Ras
Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih dari
pada ras yang lain
Kalsifikasi

 Papillitis.
 Retrobulbar neuritis
Papilitis
1. Definisi
Papilitis adalah pembengkakan diskus yang
disebabkan oleh peradangan lokal di nervus saraf
optik dan dapat terlihat dengan pemeriksaan
funduskopi. Kondisi ini biasanya unilateral tapi
kadang-kadang bilateral.
2. Patofisiologi

Nervus optikus Retina


mengandung mengandung Nervus opticus
serabut- sel yang sinyal visual
serabut syaraf fotoreseptor, mengirimkan terganggu dan
yang merupakan sinyal proyeksi pandangan
mengantarkan suatu sel yang mengalami menjadi lemah.
informasi visual diaktivasi oleh inflamasi
cahaya
2. Manifestasi
 Visus sangat menurun dalam waktu yang cepat, kadang-kadang sampai
buta.
 Rasa sakit dimata terutama saat penekanan.
 Dapat disertai demam atau setelah demam biasanya pada anak yang
menderita infeksi virus atau infeksi saluran napas bagian atas.
 Pada pemeriksaan pupil ditemui adanya RAPD yaitu kelainan pupil yang
sering dijumpai dengan adanya tanda pupil Marcus Gunn.
 Gangguan lapang pandang
Neuritis Retrobulbar
1. Definisi
Neuritis retrobulbarmerupakan peradangan saraf optik yang
terdapat dibelakang bola mata sehingga tidak menimbulkan
kelainan fundus mata.
2. Manifestasi

 Visus sangat terganggu dan disertai dengan amaurosis fugax (bola


mata bila digerakkan akan terasa berat dibagian belakang bola
mata)
 Rasa sakit akan bertambah bila bola mata ditekan yang disertai
dengan sakit kepala.
 Pada neuritis gambaran fundus normal pada awal, namun lama
kelamaan akan terlihat kekaburan batas papil saraf optik dan
degenerasi saraf optik
 Gangguan lapang pandang pada neuritis retrobulbar sepanjang
segmen intraorbita sampai segmen intracranial dan sesuai dengan
lokasinya.
DIAGNOSA
 Anamnesa
Riwayat
Pasien dengan sklerosis multipel dapat mempunyai riwayat neuritis
optik yang berulang, dapat ditanyakan apakah pernah terjadi
sebelumnya keluhan yang sama.
Gejala Subjektif
 Penglihatan turun mendadak dalam beberapa jam sampai hari yang
mengenai satu atau kedua mata.
 Penglihatan warna terganggu.
 Rasa sakit bila mata bergerak dan ditekan
 Adanya defek lapang pandang.
 Pasien mengeluh penglihatan menurun setelah olahraga atau suhu
tubuh naik (tanda Uhthoff).
 Beberapa pasien mengeluh objek yang bergerak lurus terlihat
mempunyai lintasan melengkung (Pulfrich phenomenon),
Pemeriksaan Ophthalmologi
 Pemeriksaan visus
Didapatkan penurunan visus yang bervariasi mulai dari ringan
sampai kehilangan total penglihatan.
 Pemeriksaan segmen anterior
Pada pemeriksaan segmen anterior, palpebra, konjungtiva, maupun
kornea dalam keadaan wajar. Refleks pupil menurun pada mata
yang terkena dan defek pupil aferen relatif atau Marcus Gunn pupil
umumnya ditemukan. Pada kasus yang bilateral, defek ini bisa tidak
ditemukan.
 Pemeriksaan segmen posterior
Pada neuritis optik akut sebanyak dua pertiga dari kasus merupakan
bentuk retrobulbar, maka papil tampak normal, dengan berjalannya
waktu, nervus optikus dapat menjadi pucat akibat atrofi.
Pada kasus neuritis optik bentuk papilitis akan tampak edema diskus
yang hiperemis dan difus, dengan perubahan pada pembuluh darah
retina, arteri menciut dan vena melebar. Jika ditemukan gambaran
eksudat star figure, mengarahkan diagnosa kepada neuroretinitis.
Gambaran funduskopi papilitis
Pemeriksaan Tambahan
 Tes konfrontasi

 Tes ishihara untuk melihat adanya penglihatan warna yang

terganggu, umumnya warna merah yang terganggu.


Pemeriksaan Penunjang
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)

 Pemeriksaan cairan serebrospinal

 Test Visually Evoked Potentials

 Pemeriksaan darah
Diagnosis Banding

 Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy


 Syndrom viral dan post viral
 Ablasio Retina
 Oklusi Arteri Vena Sentralis
 Papil Edema
Penatalaksanaan
1. Terapi Jangka Pendek
 Terapi steroid digunakan karena mungkin dapat mempersingkat
periode akut penyakit, namun tidak mempengaruhi hasil akhir dari
penglihatan.
 Pada penelitian Optic Neuritis Treatment Trial di Amerika Serikat,
prednisolone oral sendiri tidak meningkatkan kecepatan kembalinya
tajam penglihatan dan meningkatkan resiko terjadinya neuritis optik
rekuren.
2. Terapi Jangka Panjang
 Selain pemberian kortikosteroid juga diberikan Interferon β 1a

pada pasien acute monosymptomatic demyelinating optic


neuritis berkurang secara signifikan dalam 3 tahun, juga
terdapat pengurangan tingkat lesi baru pada MRI otak.
Komplikasi
Kehilangan penglihatan pada neuritis optik dapat permanen
Prognosis
 Sebagian besar pasien sembuh sempurna atau mendekati sempurna
setelah 6-12 minggu.
 Sembilan puluh lima persen penglihatan pasien pulih mencapai visus
20/40 atau lebih baik.
 Derajat keparahan kehilangan penglihatan awal menjadi penentu
terhadap prognosis penglihatan.
 Tiap kekambuhan akan menyebabkan pemulihan yang tidak
sempurna dan memperburuk penglihatan.

You might also like