You are on page 1of 14

PELANGGARAN KODE ETIK

KELOMPOK 6
Nama anggota :
1. Rahma Dewi (P27825017027)
2. Novia Chusdianti (P27825017028)
3. Maulvi Ihza Chofifah (P27825017032)
4. Yulfa Lutfia (P27825017035)
5. Iftitachul wardana a (P278250170)
Pelanggaran Kode Etik Keperawatan
• Penyebab utama pelanggaran kode etika keperawatan yaitu perawat
sebagai profesi tenaga kesehatan kurang memahami apa arti dari
kode etik keperawatan, sehingga berdampak pada keselamatan
pasien.
Kode Etik Dalam Keperawatan
• kode etik keperawatan adalah standar profesional yang digunakan
sebagai pedoman perilaku untuk membuat keputusan keperawatan.
aturan yang berlaku untuk seorang perawat indonesia dalam
melaksanakan tugas serta fungsi perawat adalah kode etik perawat
nasional indonesia
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi indakan
Medik Perawat
1. Tingkat pengetahuan
2. Tingkat pendapatan
3. Lama kerja
4. Karakteristik pasien
Contoh Pelanggaran Kode Etik
• NOVI, 9 tahun, berangsur-angsur sembuh. Mulutnya yang mencong mulai kembali ke
posisi semula. Kelopak matanya yang terbuka sedikit ketika tidur sudah bisa
mengatup. Sebelumnya membelalak terus. Tapi Machfud, orangtua Novi, tetap
mengajukan tuntutan. Kasus ini pekan lalu dilaporkan ke Polres Jawa Barat. Menurut
ayahnya yang pegawai PLN itu, Novi mengalami gangguan saraf setelah giginya
dicabut. Peristiwanya terjadi November tahun silam. Ketika itu 27 dokter gigi yang
baru lulus dari Universitas A, mengadakan aksi sosial di kota B. Seminggu mereka
buka praktek memeriksa gigi cuma-cuma di Balai Desa Cibeber. Termasuk anak yang
terpikat memeriksakan giginya adalah Novi, pelajar SD Harapan Jaya, Cibeber. Atas
inisiatifnya sendiri, hari itu Novi datang tidak bersama orangtuanya — dan inilah yang
kemudian menimbulkan masalah. Menurut Ida Sofiah, Kepala SD Harapan Jaya, Novi
bukan satu satunya pelajar yang tertarik. “Mereka mau memeriksakan giginya karena
dijanjikan ada hadiah, pasta dan sikat gigi. Namanya juga anak-anak, mereka tertarik
pada hadiah gratis itu,” kata Ida.
• Dalam pemeriksaan, para dokter gigi muda itu menemukan, pada
rahang bawah, salah satu gigi susu Novi sudah goyah. Selain
membersihkan giginya yang kebanyakan keropos, mereka sekaligus
mencabut gigi yang goyang tadi. Sesudah itu, tidak ada peristiwa
luar biasa. Dua hari setelah pencabutan giginya, muncullah keluhan
Novi. Dan yang mengejutkan orangtuanya, bibirnya kemudian
mencong. Bahkan kelopak matanya tak bisa ditutup walaupun ketika
tidur. Lalu Novi dibawa berobat pada dr. Arief di poliklinik PLN.
Setelah memeriksanya, dokter ini menganjurkan agar Novi dibawa
ke RS Hasan Sadikin untuk menjalani fisioterapi. Anak itu, menurut
Arief, mengalami kontraksi otot. Dalam perawatan di RS Hasan
Sadikin, tiga kali seminggu Novi mendapat pengurutan dan latihan
fisioterapi. Kata dokter yang tak mau disebut namanya yang
merawatnya di sana, Novi mengalami trauma. Cuma tak ada
keterangan rinci jenis trauma apa, bahkan apakah itu berasal dari
gigi yang dicabut. Perawatan sampai dua bulan.
• Bulan ketiga ayah Novi menghentikan perawatan anaknya. “Kami
kehabisan dana. Perawatan sudah menghabiskan Rp 750 ribu,”
kata Machfud. Dan muncul pula penyesalannya: mengapa pihak
Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas A lepas tangan.
“Jangankan memberi bantuan, menengok anak saya pun tidak,”
katanya. Menurut Machfud, pada 22 Februari ia hanya menerima
surat dari drg. Hamilah D. Koesoemahardja, Dekan FKG A. Dalam
surat itu, Hamilah menolak perkiraan bahwa gangguan saraf yang
diderita Novi berpangkal dari pencabutan giginya. “Kesimpulan
kami ini tidak terdapat kaitan antara pencabutan gigi susu itu dan
kelainan pada mulut dan mata Novi,” tulis Hamilah. Juga dijelaskan
oleh Hamilah, pada Februari telah diadakan pertemuan untuk
membahas kasus Novi. Pertemuan dihadiri aparat Pemda dan
Dinas Kesehatan , dr. Arief, serta pihak FKG A
• Dalam pertemuan tersebut dr. Arief mengutarakan hasil pemeriksaannya,
yang menunjukkan pada bekas gigi yang dicabut itu telah tumbuh gigi baru.
Dan di bagian itu juga tak terdapat pembengkakan. Karena itu, Hamilah
menyimpulkan, pencabutan gigi tidak menimbulkan kelainan. Sewaktu
dihubungi wartawan TEMPO, pihak FKG A menampik memberi keterangan
resmi. Mereka, kata seorang pejabat di sana, memilih bersikap diam. “Baik
secara teknis maupun medis, kami tidak melakukan kesalahan,” kata
seorang pengajar yang menolak namanya disebut. “Dan para dokter yang
melakukan aksi sosial itu bisa dipertanggungjawabkan kemampuan
profesionalnya. Mereka bukan mahasiswa.” Dari keterangan yang digali,
kemudian terungkap, sebelum dan sesudah pertemuan FKG A dengan
aparat Pemda dan Dinas Kesehatan , sebenarnya pihak FKG A sudah
berusaha mendatangi keluarga Machfud. Ikhtiar ini dicegah oleh aparat
Pemda , yang mengatakan “akan membereskan” persoalan tersebut.
“Karena itu, kami merasa sudah tidak ada masalah lagi,” ujar sebuah
sumber. Ada masalah atau tidak, sering terdengar bahwa pencabutan gigi
bisa menimbulkan gangguan saraf dan kerusakannya permanen — seperti
mulut mencong. “Dalam literatur memang ada,” kata drg. Ayu Astuti, ahli
bedah rahang RS Hasan Sadikin. Akibatnya juga bisa berlangsung lama.
• Hanya, peristiwa semacam ini jarang terjadi. “Selama berpraktek, saya
belum pernah menemukan kasus semacam itu,” ujar Astuti.
Kemungkinan penyebab terjadinya gangguan saraf, tambah Astuti,
adalah kesalahan menyuntik ketika melakukan pengebalan. Atau saat
pencabutan dilakukan ada saraf yang terkena. Dan gangguan ini lazim
terjadi langsung setelah penyuntikan atau pencabutan. Dari segi medis,
memang banyak yang masih harus diperdebatkan. Sedangkan menurut
Machfud, “Masalahnya bukan cuma itu saja.” Tuntutannya juga
didasarkan karena gigi anaknya dicabut tanpa meminta izin padanya.
“Izin itu memang diperlukan,” kata dr. Budi Sayuto, wakil direktur
pelayanan medik RS Hasan Sadikin. Karena pencabutan itu termasuk
tindakan invasif, orangtua Novi perlu mendapat penjelasan tentang
akibatnya. Setelah menerima penjelasan, orangtuanya harus
memberikan persetujuan dengan menandatangani surat pernyataan. Ini
prosedur resminya. “Tapi kalau pencabutan gigi tidak diperlukan izin
tertulis,” kata Budi Sayuto.
ANALISIS
• Seorang dokter maupun dokter gigi seharusnya meringankan beban
yang diderita pasien, bukan malah memperburuk keadaan pasien.
Dan sebelum melakukan tindakan medis, hendaknya dokter tersebut
meminta persetujuan pasien atau keluarganya dengan cara diberikan
pemahaman yang benar agar tidak terjadi kesalahpahaman. Hal ini
terkait dengan prinsip bioetika beneficience (mengutamakan
kepentingan pasien), non-maleficience (tidak memperburuk keadaan
pasien), dan autonomy (menghormati hak pasien dalam
memutuskan)
Menurut UUD PERMENKES NO 20

• BAB III TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPROFESIAN TERAPIS GIGI


DAN MULUT.
• Bagian Kesatu
• Wewenang
• Pasal 16
• Pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d meliputi:
• a. pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan lokal anestesi;
• b. penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer atau bahan
lainnya; dan
• c. perawatan pasca tindakan.
• Pasal 22
• (1) Dalam keadaan kedaruratan gigi dan mulut, Terapis Gigi dan Mulut
dapat memberikan pertolongan pertama sesuai dengan
kompetensinya.
• (2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan menstabilkan kondisi
pasien.
• (3) Terapis Gigi dan Mulut wajib merujuk pasien kepada dokter gigi
setelah pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
selesai dilakukan.
Bagian Keempat Hak dan Kewajiban Pasal 25 Dalam melaksanakan
praktik keprofesiannya, Terapis Gigi dan Mulut mempunyai hak
sebagai berikut:

• memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan


pekerjaannya sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional;
• memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan/atau
keluarga pasien;
• melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan kewenangan;
• menerima imbalan jasa profesi; dan
• .memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

You might also like