You are on page 1of 21

SKENARIO C BLOK 25 2018

JESICA MOUDY 04011181520009

NABILLA OKTAVIA KESUMADANOE 04011181520019

MUTHIAH AZZAHRAH ARISA PUTRI 04011281520117

SALSYA MEDIN PUTRI 04011281520125

M.FAKHRI KURNIAWAN 04011381520087

ABRAR ARBHIWA 04011381520093

REGINA DIAH PUTRI 04011381520099

ROVANIA YANTINEZ QUARDETTA 04011381520171

BHAGATDEEP KAUR 04011381520185

VEDHAA NAAYYAGEN 04011381520192


SKENARIO C BLOK 25 TAHUN 2018
Tn. Muhaimin, seorang pengacara umur 69 tahun dibawa oleh keluarga ke poliklinik rumah sakit Moh.Hoesin dengan keluhan
tremor pada kedua tangan yang dialamu sejak 1 tahun terakhir. Awalnya penderita mengalami tremor pada lengan kiri saja,
kemudian tremor berkembang ke tangan kanan beberapa bulan setelahya. Penderita juga mengeluh seluruh badan kaku
disertai langkah yang kecil-kecil dan lambat saat berjalan. Penderita juga melaporkan tulisan yang dibuatnya semakin lama
semakin kecil dan sulit untuk dibaca. Dalam1 bulan terakhir penderita juga sering mengeluh lupa dan terkadang sering
tersesat.
Penderita membantah memiliki riwayat darah tinggi, kencing manis, stroke ataupun trauma. Keluarga penderita tidak
memiliki penyakit yang sama.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: GCS 15
Tanda Vital: TD 130/80 mmHg, Nadi 82x/menit, Temp 37,2 C
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher: tidak ada pembesaran KGB
Thoraks: simetris, retraksi tidak ada
 Jantung: batas jantung normal, iktus kordis tidak tampak, bunyi jantung normal, bising jantung tidak ada
 Paru: stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal
Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskuler (-), bising usus normal
Ekstremitas: edema -/-
Pemeriksaan neurologis:
Pada pemeriksaan nervi kraniales:
Nervus kraniales tidak ada kelainan
Didapatkan masked face (muka topeng) pada wajah

Pada pemeriksaan fungsi motorik:


Kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah 5/5
Tonus: fenomena Cogwhell pada ekstremitas atas dan bawah
Refleks fisiologi ekstremitas positif normal
Refleks patologis negatif
Refleks primitif:
Snout refleks (+)
Glabella refleks (+)
Rooting refleks (+)

Pada pemeriksaan Gait didapatkan: Marche a petits pas (+)

Pada pemeriksaan tremor didapatkan:


Resting tremor (+), postural tremor (-), intention tremor (-)
Pemeriksaan skrining kognisi didapatkan: Nilai MMSE 23
KLARIFIKASI ISTILAH
gerakan yang tidak terkontrol dan tidak terkendali pada satu atau lebih bagian
1. Tremor tubuh biasanya terjadi karena bagian otak yang mengontrol otot mengalami
masalah
penurunan ekspresi wajah yang ditandai dengan berkurangnya ekspresi dan pergerakan
2. Masked face
otot wajah

3. Fenomena Cogwhell kekakuan pada otot yang ditandai dengan suatu gerakan tahanan putus-putus

4. Snout reflex otot orbicularis oris berkontraksi bila bibir bawah ditekuk

5. Glabella reflex positif bila setiap kali glabella diketuk, mata akan terpejam

6. Rooting reflex gerakan mengarah ke stimulus dan menghisap saat pipi atau bibir disentuh

7. Marche a petits pas suatu tipe gangguan cara berjalan yang ditandai dengan memendeknya langkah

tremor yang terjadi saat bagian tubuh yang tremor sedang dalam keadaan rileks atau
8. Resting tremor
istirahat
tremor yang terjadi pada posisi tubuh tertentu. Misalnya, pada saat berdiri atau saat
9. Postural tremor
mempertahankan anggota gerak
tremor yang muncul pada saat melakukan gerakan dan menghilang bila otot di
10. Intention tremor
istirahatkan
IDENTIFIKASI MASALAH

No. Masalah Concern

Tn. Muhaimin, 69 mengalami tremor pada kedua tangan sejak 1


***
tahun terakhir. Awalnya tremor pada lengan kiri saja, kemudian
1.
tremor berkembang ke tangan kanan beberapa bulan setelahnya.

Penderita mengeluh seluruh badan kaku disertai langkah yang kecil- **


2. kecil dan lambat saat berjalan.

Dalam 1 bulan terakhir penderita juga sering mengeluh lupa dan


3. terkadang sering tersesat. **

Penderita juga melaporkan tulisan yang dibuatnya semakin lama


4. semakin kecil dan sulit untuk dibaca.
Penderita membantah memiliki riwayat darah tinggi, kencing manis, stroke
5. ataupun trauma. Keluarga penderita tidak memiliki penyakit yang sama. PENUNJANG DIAGNOSIS

1. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: GCS 15
Tanda Vital: TD 130/80 mmHg, Nadi 82x/menit, Temp 37,2 C
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher: tidak ada pembesaran KGB
Thoraks: simetris, retraksi tidak ada
PENUNJANG DIAGNOSIS
6.  Jantung: batas jantung normal, iktus kordis tidak tampak, bunyi jantung
normal, bising jantung tidak ada
 Paru: stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal
Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskuler (-), bising
usus normal
Ekstremitas: edema -/-
2. Pemeriksaan neurologis:
Pada pemeriksaan nervi kraniales:
 Nervus kraniales tidak ada kelainan
 Didapatkan masked face (muka topeng) pada wajah
Pada pemeriksaan fungsi motorik:
 Kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah 5/5
 Tonus: fenomena Cogwhell pada ekstremitas atas dan bawah
 Refleks fisiologi ekstremitas positif normal
 Refleks patologis negatif
7. PENUNJANG DIAGNOSIS
Refleks primitif:
 Snout refleks (+)
 Glabella refleks (+)
 Rooting refleks (+)
Pada pemeriksaan Gait didapatkan: Marche a petits pas (+)
Pada pemeriksaan tremor didapatkan:
 Resting tremor (+), postural tremor (-), intention tremor (-)
Pemeriksaan skrining kognisi didapatkan: Nilai MMSE 23
PARKINSON’S DISEASE
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak terdiri dari :
1. Serebrum
2. Diencephalon : Talamus, hipotalamus
3. Trunkus serebri : Mesensefalon, pons, medulla oblongata
4. Serebellum
 Serebrum terdiri dari 2 belahan besar terdiri atas badan sel saraf yang berwarna kelabu
dan serabut saraf yang berwarna putih.
 Substansi kelabu serebrum disebut korteks serebri. Kedua hemisfer dipisahkan oleh celah
yang dalam, tapi bersatu kembali pada bagian bawahnya melalui korpus kalosum, yaitu
massa substansi putih.
 Dibagian bawah hemisfer terdapat kelompok-kelompok substansi kelabu yang disebut
ganglia basalis.
Ganglia Basalis
 Perintah dari korteks motorik untuk inti motorik medulla spinalis dipengaruhi oleh ganglia basalis dan serebellum lewat
talamus.
 Dengan demikian gerakan otot menjadi halus, terarah, dan terprogram.
 Ganglia basalis terdiri dari : Nukleus kaudatus dan Nukleus lentiformis. Ganglia basalis bersama dengan bagian dari
kapsul interna disebut korpus striatum.
 Sistem ekstrapiramidal terdiri dari : Ganglia basalis, Substansi nigra, dan Nukleus subtalamus. Gangguan pada sistem
ekstra piramidal menyebabkan :
Hiperkinetik :
a. Korea
b. Atetosis
c. Balismus
Hipokinetik :
a. Akinesia
b. Bradikinesia
 Gangguan pada substansia nigra pars compacta yang menyebabkan terganggunya atau hilangnya kemampuan daerah
tersebut membentuk neurotransmitter dopamin dapat menyebabkan keadaan dengan gejala gangguan ekstrapiramidal atau
disebut parkinson.
 Penyakit parkinson pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson pada tahun 1887.
Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami ganguan pergerakan.
DEFINISI
 Penyakit Parkinson : Gangguan neurodegerative yang progresif dari sistem saraf
pusat
 Penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer.
 Gejala kompleks yang dimanifestasikan oleh 6 tanda utama : tremor saat
beristirahat, kekakuan, bradikinesia-hipokinesia, posisis tubuh fleksi, kehilangan
refleks postural, freezing phenomena.
 Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron
dopaminergik pada system nigrostriatal.
 Ditandai oleh degenerasi neuron-neuron berpigmen neuromelamin, terutama di
pars kompakta substansia nigra yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik
(Lewy bodies), atau disebut juga parkinsonisme idiopatik atau primer.
 Parkinonisme : Sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia, dan hilangnya refleks postural, atau disebut juga sindrom
parkinsonisme.
KLASIFIKASI
3. Sindroma parkinson-plus
1. Primer / idiopatik
- Progresive supranuklear palsi
- Penyakit Parkinson
- Atrofi multi sistem : degenerasi Striatonigral,
- Juvenile Parkinsonism sindroma Shy-Grager, degenerasi olivo-
pontoserebral.
2. Sekunder / simtomatik - Sindroma demensia
- Infeksi, pasca ensefalitis - Hidrosefalus takanan normal
- Toksin dan Obat : antipsikotik, antiemetik, - Kelainan herediter
reserpin, flunarisin, alfa-metil dopa, lithium. - Degenerasi ganglion cortical-basal ganglion
- Vaskuler : multiinfark serebral
- Trauma kranioserebral 4. Penyakit heredodegeneratif
- Lain-lain : Hipoparatiroid, hipotiroid, degenerasi - Penyakit Wilson
hepatoserebral, tumor otak, siringomiela.
- Penyakit Huntington
EPIDEMIOLOGI
 Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita
seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul
sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun.
 Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan
1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85
– 89 tahun.
 Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson.
 Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar
200.000-400.000 penderita.
 Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian
yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun.
 Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak
terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.
ETIOLOGI
 Usia
Jarang timbul pada usia dibawah 30 tahun.
 Rasial
Penyakit parkinson pada orang kulit putih lebih tinggi dari pada orang asia atau afrika.
 Genetik
 Toksin
Paparan MPTP (methyl phenyl tetrahydropyridine)
 Infeksi
 Trauma
 Stress Emosional
Stress dapat mempengaruhi sistem dopamin sentral yang akan mempercepat kerusakan sel di
substansia nigra.
PATOFISIOLOGI
1. Teori ketidakseimbangan saraf dopaminergik dengan saraf kolinergik
 Kegiatan saraf dopaminergik meningkat dan atau kegiatan saraf kolinergik menurun, maka saraf
dopaminergik akan dominan pengaruhnya terhadap output striatum dengan akibat timbulnya
gejala hiperkinesia.
 Kegiatan saraf dopaminergik menurun dan atau kegiatan saraf kolinergik meningkat, maka
dominasi saraf kolinergik dengan akibat timbulnya sindroma parkinson.

2. Teori ketidakseimbangan jalur langsung (eksitasi) dan jalur tidak langsug (inhibisi)
 Bila terjadi hiperaktivitas jalur langsung atau hipoaktif jalur tak langsung maka output dari globus
palidus atau substansi nigra kearah talamus dan korteks akan menurun dan timbul gejala
hiperkinesia.

 Sebaliknya bila terjadi hipoaktifitas jalur langsung atau hiperaktifitas jalur tak langsung, maka
output dari globus palidus atau substansia nigra akan meningkat dan timbul gejala hipokinesia.
GEJALA KLINIS
 Umum 2.Rigiditas
Gejala mulai pada satu sisi 3.Akinesia/bradikinesia
(hemiparkinsonism)
Tremor saat istirahat Kedipan mata berkurang
Tidak didapatkan gejala neurologis lain Wajah seperti topeng
Tidak ada kelainan laboratorium dan radiologi Hipofonia
Perkembangan lambat Liur menetes
Respon cepat terhadap levodopa Akathisia
Mikrografia : tulisan semakin mengecil
 Khusus Langkah kecil
1.Tremor : Kegelisahan motorik
Laten 4.Hilangnya refleks postural
Tremor saat istirahat Distonia
Tremor saat gerak Rasa kaku
DIAGNOSIS
 Kriteria Klinis
Dijumpai 2 dari 3 tanda kardinal yaitu tremor, rigiditas, bradikinesia
Dijumpai 3 dari 4 tanda motorik yaitu tremor, rigiditas, akinesia, instibilitas postural.

 Kriteria Koller
Ada 2 dari 3 tanda kardinal
Respon positif terhadap terapi levodopa

 Kriteria Hughes
Possible : terdapat 1 dari 3 tanda kardinal
Probable : terdapat 2 dari 4 tanda motorik
Definite : terdapat 3 tanda kardinal
TERAPI
Umum
 Pendidikan / edukasi, Penunjang : penilaian kebutuhan emosionil, rekerasi dan kegiatan kelompok, Latihan
fisik, Nutrisi

Terapi obat
 Antagonis NMDA : Amantadin 100n 300 mg per hari
 Anticholinergics
 Benztropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane)
 Carbidopa/levodopa (dopaminergik) : mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan
 COMT inhibitors : Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar)
 Agonis dopamin : Bromocriptine (Parlodel), Pergolide (Permax), Pramipexole (Mirapex)
 MAO-B inhibitors : Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect)
 Antioksidan : Asam askorbat (vit C), betacaroten (Provit A)
 Betabloker : Propanolol
Terapi bedah
 Terapi bedah terkadang masih digunakan seperti talamotomi, palidotomi, subtalamotomi, bila dengan
terapi obat tidak ada hasil yang memuaskan.
 Namun karena efek sampingnya juga besar maka akhir-akhir ini terapi bedah sudah jarang dipakai, dan
digantikan oleh terapi menggunakan obat.

Rehabilitasi medik
 Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan menghambat bertambahnya gejala
serta mengatasi gejala-gejala abnormalitas gerakan, kelainan postur, gejala otonom, gangguan
perawatan diri, perubahan psikologik.
 Dapat dilakukan dengan :
Terapi fisik : ROM (range of movement)
Terapi okupasi
Terapi wicara
Psikoterapi
Terapi sosial medik
KERANGKA KONSEP
KESIMPULAN

Mr. Muhaimin, 69 tahun mengalami Parkinson’s


disease primer et causa degeneratif
TERIMA KASIH

You might also like