You are on page 1of 39

PENYAKIT-PENYAKIT

PADA BALITA

dr. DINI KINGKIN ARYANTI


UPTD KESEHATAN PUSKESMAS CIGAYAM
ISPA
• Infeksi saluran pernapasan akut
atau sering disebut sebagai ISPA
adalah infeksi yang mengganggu
proses pernafasan seseorang.
Infeksi ini umumnya disebabkan
oleh virus yang menyerang hidung,
trakea (pipa pernafasan), atau
bahkan paru-paru.
• ISPA menyebabkan fungsi pernapasan menjadi terganggu. Jika tidak segera ditangani, infeksi
ini dapat menyebar ke seluruh sistem pernapasan dan menyebabkan tubuh tidak
mendapatkan cukup oksigen. Kondisi ini bisa berakibat fatal, bahkan sampai berujung pada
kematian.
• Di Indonesia, ISPA menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling banyak
diderita masyarakat, khususnya anak-anak. Tercatat, rata-rata balita di Indonesia mengalami
sakit batuk pilek setidaknya tiga hingga enam kali per tahunnya. Dari data WHO didapatkan
bahwa angka kejadian pneumonia pada balita di Indonesia cukup tinggi, yakni 10-20% per
tahun.
• Dengan tingginya angka kejadian ISPA di Indonesia, penting bagi kita untuk mengetahui
gejala, pengobatan, serta langkah pencegahan yang paling tepat untuk penyakit ini.
Gejala yang Muncul Akibat ISPA

ISPA akan menimbulkan gejala yang terutama terjadi pada hidung dan paru-paru. Umunya,
gejala ini muncul sebagai respons terhadap racun yang dikeluarkan oleh virus atau bakteri yang
menempel di saluran pernapasan. Contoh-contoh gejala ISPA antara lain:
• Sering bersin
• Hidung tersumbat atau berair.
• Para-paru terasa terhambat.
• Batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit.
• Kerap merasa kelelahan dan timbul demam.
• Tubuh terasa sakit.
• Cakupan penemuan kasus pneumonia balita secara nasional masih rendah, bahkan masih jauh
dari target yang telah ditetapkan , namun belum ada kajian komprehensif yang dilakukan untuk
menjawab permasalahan ini yaitu: a. Masih banyak anggota masyarakat yang belum mengenal
gejala-gejala pneumonia pada balita sehingga tidak membawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, b.
Petugas kesehatan belum maksimal melakukan sosialisasi tentang gejala-gejala pneumonia c.
Ketrampilan petugas yang belum standar dalam melakukan deteksi dini kasus balita batuk dan
sesak napas. d. Motivasi dan kepatuhan petugas dalam melaksanakan Tatalaksana standar. e.
Sarana prasarana yang belum memadai dalam pelaksanan program didaerah. f. Rendahnya akses
masyarakat terhadap pelayanan pneumonia. Bila kondisi ini terus terjadi, maka hal ini dapat
menjadi penghambat upaya pemerintah dan masyarakat dalam percepatan penurunan angka
kematian balita. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya-upaya intensifikasi penemuan kasus perlu
dilakukan dan upaya inovatif perlu terus dikembangkan. Kabut asap sisa kebakaran hutan dan
lahan kerap menyelimuti sejumlah wilayah di Indonesia.
ISPA PNEUMONIA
• Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia.
• Angka penemuan kasus pneumonia masih rendah
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Pneumonia menyebabkan kematian lebih dari
2 juta balita setiap tahunnya. Pneumonia disebabkan oleh peradangan paru yang membuat napas menjadi sakit
dan asupan oksigen sedikit (WHO, 2014). Tingginya angka kematian balita akibat pneumonia mengakibatkan
target MDG’s (Millennium Development Goals) ke-4 yang bertujuan menurunkan angka kematian anak sebesar
2/3 dari tahun 1990 sampai 2014 tidak tercapai (WHO, 2015). Menurut WHO (World Health Organization)
angka kematian balita pada tahun 2013 masih tinggi mencapai 6,3 juta jiwa. Kematian balita tertinggi terjadi di
negara berkembang sebanyak 92% atau 29.000 balita/hari (Rahman dkk, 2014). Kematian balita sebagian besar
disebabkan oleh penyakit menular seperti pneumonia (15 %), diare (9%), dan malaria (7%) (WHO, 2013). WHO
memperkirakan pada tahun 2013, ada 935.000 balita meninggal karena pneumonia (WHO, 2014). Kematian
balita karena pneumonia sebagian besar diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar antara 7%-13%. Berdasarkan
penelitian Wulandari, dkk (2014), menyatakan bahwa orang yang terkena pneumonia berat berisiko 20,274% 2
mengalami kematian. Selain itu pneumonia lebih banyak terjadi di negara berkembang (82%) dibandingkan
negara maju (0,05%).
Faktor Risiko Pneumonia pada Anak :
• Kurangnya pemberian ASI eksklusif
• Gizi buruk
• Polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution)
• BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
• Kurangnya imunisasi campak
Komplikasi Pneumonia :
• Pneumonia ekstrapulmoner, yaitu apabila kuman penyebab pneumonia
menginfeksi organ di luar paru-paru, seperti ginjal, jantung, dan otak.
• Sepsis adalah keadaan yang muncul akibat masuknya bakteri ke aliran darah
sehingga tubuh bereaksi hebat terhadap infeksi tersebut
DIARE
• Diare adalah suatu kondisi dimana
seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya
tiga kali atau lebih) dalam satu hari
Apa penyebab diare?

Secara klinis penyebab diare yaitu :


• Infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit)
• Malabsorpsi
• Alergi
• Keracunan
• Imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.
Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan.
Apa saja jenis-jenis diare ?
1. Diare akut  diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2. Diare persisten atau Diare kronik  diare yang berlangsung lebih dari 14
hari.

Apa saja derajat dehidrasi dalam diare ?


1. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang
3. Diare dengan dehidrasi berat.
Bagaimana cara menilai anak diare? Tanya, lihat tanda-tanda dehidrasi pada anak
Tanya :
• Berapa lama anak sudah mengalami diare?
• Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
• Apakah tinjanya ada darah?
• Apakah dia muntah?
• Apakah ada penyakit lainnya?
Lihat :
• Bagaimana keadaaan umum anak?
• Sadar atau tidak sadar?
• Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
• Apakah anak gelisah?
• Berikan minum, apakah dia mau minum? Jika iya, apakah ketika minum ia tampak sangat haus atau malas minum?
• Apakah matanya cekung atau tidak cekung?
• Lakukan cubitan kulit perut (turgor). Apakah kulitnya kembali segera, lambat, atau sangat lambat (lebih dari 2 detik) ?
Klasifikasikan tanda-tanda tersebut sesuai dengan tabel derajat dehidrasi di bawah
Bagaimana rencana terapi untuk masingmasing penderita Diare?
1. Diare tanpa dehidrasi : Rencana Terapi A
2. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang : Rencana Terapi B;
3. Diare dengan dehidrasi berat : Rencana Terapi C.
Bagaimana cara mencegah dehidrasi sebelum anak dibawa ke sarana kesehatan?
Berikan oralit, bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga misalnya air tajin,
kuah sayur, sari buah, air teh, air matang dll.
Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE):
a. Berikan oralit .
Oralit diberikan segera bila anak diare, sampai diare berhenti.
Bagaimana cara pemberian oralit?
Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc).
Anak < 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.
Anak > tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar. .
b. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
c. Teruskan ASI-makan
d. Berikan antibiotik secara selektif
e. Berikan nasihat pada ibu/keluarga
Demam
• Demam bukanlah sebuah penyakit tetapi merupakan sebuah gejala. Demam
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh sedang berperang melawan infeksi.
Dalam istilah medis, seseorang disebut menderita demam jika suhu tubuhnya
mencapai 37,5C atau lebih.
• Cara yang paling cepat, tepat, dan mudah untuk mengetahui apakah anak
Anda sedang demam adalah dengan memeriksa suhu tubuhnya. Pemeriksaan
suhu tubuh dilakukan dengan memakai termometer. Jangan bergantung pada
rabaan tangan untuk mengukur demam. Suhu anak bisa saja lebih tinggi dari
yang diperkirakan.
• Anak-anak lebih sering mengalami demam, dan pada umumnya, penyebab
demam bukanlah suatu hal yang bersifat serius atau gawat.
• Kondisi demam itu sendiri sebenarnya memiliki fungsi dan manfaat pada
tubuh. Dengan meningkatnya suhu tubuh, akan membuat kuman penyebab
infeksi merasa tidak nyaman berada di dalam tubuh anak.
• Demam akan lebih sering terjadi pada bayi berusia enam bulan hingga lima
tahun. Hal ini dikarenakan infeksi virus ringan seperti flu atau pilek, yang
dapat diobati sendiri.
• Tentukan daerah resiko malaria :
- Resiko Tinggi, Resiko Rendah, atau Tanpa Resiko
• Tanyakan :
- Sudah berapa lama anak demam?
- Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari ?
- Apakah pernah mendapat obat anti malaria dalam minggu terakhir?
- Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir ?

MALARIA CAMPAK DBD


CAMPAK

Campak adalah infeksi virus yang ditandai dengan munculnya ruam di seluruh tubuh dan
sangat menular. Campak bisa sangat mengganggu dan mengarah pada komplikasi yang lebih
serius. Gejala campak mulai muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah virus masuk ke
dalam tubuh. Gejala tersebut di antaranya adalah:
• Mata merah.
• Mata menjadi sensitif terhadap cahaya.
• Tanda-tanda seperti pilek (misalnya radang tenggorokan, hidung beringus, atau hidung
tersumbat).
• Demam
• Bercak putih keabu-abuan pada mulut dan tenggorokan.
CAMPAK
• Bercak atau ruam berwarna merah-kecokelatan akan muncul di kulit setelah
beberapa hari kemudian. Urutan kemunculan bercak ini dari belakang telinga, sekitar
kepala, kemudian ke leher. Pada akhirnya ruam akan menyebar ke seluruh tubuh.
Selain itu, penderita juga berpotensi mengalami pembengkakan pada kelenjar getah
bening di leher.
• Diagnosis campak bisa dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang muncul. Tapi
untuk memastikan diagnosis campak, sampel air liur dan darah diambil untuk tes.
• Telah tersedia vaksin untuk mencegah penyakit ini. Vaksin untuk campak termasuk
dalam bagian dari vaksin MMR(campak, gondongan, campak Jerman).
Pengobatan Campak
• Sistem kekebalan tubuh manusia secara alami akan melawan infeksi virus ini. Tapi jika
komplikasi terjadi atau infeksi campak menjadi sangat parah, perawatan di rumah sakit
kemungkinan akan dibutuhkan.
• Untuk mempercepat proses pemulihan, terdapat beberapa hal yang bisa membantu:
• Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi.
• Banyak istirahat dan hindari sinar matahari selama mata masih sensitif terhadap cahaya.
• Minum obat penurun demam dan pereda sakit. Jangan berikan aspirin jika anak Anda
berusia kurang dari 16 tahun.
Komplikasi Campak
• radang pada telinga
• Bronkitis
• infeksi paru-paru (pneumonia)
• infeksi otak (ensefalitis).
DBD
• Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyebab kematian anak
yang cukup tinggi di sebagian negara Asia, termasuk Indonesia. Penyakit ini
dibawa oleh virus melalui perantara nyamuk betina dari jenis Aedes aegypti.
• DBD yang tergolong ringan pada anak, seringkali berupa demam tanpa
diikuti gejala tertentu. Jika muncul gejala, umumnya terjadi sekitar 4-7 hari
setelah digigit nyamuk penyebab demam berdarah
Gejala DBD pada Anak
• Demam tinggi hingga mencapai 40 derajat celcius
• Nyeri di bagian belakang mata
• Nyeri pada tulang, otot, dan sendi
• Sakit kepala
• Mual dan muntah
• Pembengkakan pada kelenjar.
• Selain itu, anak dapat mengalami bintik-bintik merah
pada beberapa bagian tubuh. Gejala-gejala umumnya
akan berlangsung selama 7 hari..
• Namun pada situasi tertentu, gejala dapat memburuk
sehingga memicu sindrom syok dengue. Kondisi ini dapat
mengancam nyawa, karena terjadi kebocoran pembuluh
darah dan penurunan jumlah trombosit. Jika tidak segera
diatasi, dapat menimbulkan perdarahan dari gusi dan
hidung, perdarahan di bawah kulit, sulit bernapas, lemah,
muntah terus menerus, keringat dingin serta sakit parah
pada bagian perut.
PENANGANAN DBD
Tidak ada penanganan khusus untuk DBD, namun dokter dapat membantu mengurangi tingkat keparahan gejala
dan meningkatkan sistem imunitas untuk melawan virus tersebut, yaitu:
• Jika dokter memberi resep obat paracetamol untuk menurunkan demam, pastikan anak mengonsumsinya.
Selain itu, dapat menggunakan kompres pada dahi untuk menurunkan demam.
• Pastikan anak mendapat istirahat yang cukup.
• Berikan banyak cairan pada anak untuk mencegah dehidrasi.
• Berikan makanan yang kaya nutrisi.
• Hindari memberikan obat pereda rasa sakit seperti aspirin dan ibuprofen karena dapat memengaruhi kadar
trombosit dalam darah dan meningkatkan risiko perdarahan.
• Tidak jarang anak yang terkena DBD harus dirawat di rumah sakit. Sebagai langkah menggantikan cairan
yang hilang karena diare, muntah atau kehilangan nafsu makan, dokter akan memberikan cairan melalui infus.
Pada kasus anak yang kehilangan banyak darah, perlu dilakukan transfusi darah.
Infeksi pada telinga
• Jika bayi Anda menjadi rewel, menangis terus, dan terlihat menarik-narik
telinga mereka, mungkin saja bayi Anda mengalami infeksi telinga.
• Salah satu infeksi telinga pada bayi dan anak yang sering terjadi adalah otitis
media akut.
• Infeksi ini terjadi pada telinga bagian tengah yang mengalami proses
peradangan, infeksi serta sumbatan cairan. Karena proses peradangan
tersebut, gendang telinga menjadi bengkak (menonjol) dan berwarna merah.
Selain itu, bayi juga merasakan rasa nyeri dan demam.
Mengapa infeksi telinga sering terjadi pada
bayi?
• Pada telinga terdapat suatu saluran yang menghubungkan
telinga tengah dengan bagian tenggorokan. Saluran ini disebut
dengan tuba eustachius. Fungsi dari tuba ini adalah untuk
ventilasi, drainase cairan, dan menghalangi masuknya cairan
dari tenggorokan ke telinga tengah. Ventilasi berguna untuk
menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama
dengan tekanan udara luar.
• Pada bayi dan anak, bentuk tuba lebih pendek, lebih lebar, dan
lebih horizontal daripada tuba orang dewasa. Karena itulah,
cairan dari tenggorokan dan telinga yang mengandung bakteri
dapat lewat dengan mudah dan mencapai telinga tengah,
hingga timbul otitis media akut.
Apa tanda-tanda bayi yang menderita
infeksi telinga?
• Pada bayi, infeksi telinga dapat menjadi sulit dikenali karena mereka tidak dapat mengatakan apa yang mereka rasakan. Sebagai
orangtua, Anda perlu mengenali tanda-tanda apa saja pada bayi jika terjadi infeksi telinga.
• Demam yang suhunya dapat mencapai lebih dari 39 derajat.
• Sangat rewel dan sering menangis ketika ia berbaring. Hal ini merupakan tanda bahwa bayi Anda kesakitan akibat tekanan di
telinga yang meningkat.
• Menarik-narik telinga.
• Sulit tidur.
• Tidak berespon terhadap suara.
• Adanya cairan atau nanah yang mengalir keluar dari telinga. Hal ini merupakan tanda bahwa gendang telinga bayi sudah pecah
akibat tekanan yang terlalu tinggi.
• Adanya bekas cairan yang mengering (krusta) di sekitar telinga.
• Hilang keseimbangan akibat pusing.
Apa yang harus dilakukan apabila bayi menderita infeksi telinga?
Segera bawa bayi Anda untuk diperiksa ke dokter. Dokter akan memberikan obat berupa antibiotik jika
diperlukan. Jika infeksi terus berlanjut, perlu dilakukan tindakan operasi berupa pemasangan pipa ventilasi
(ventilation tube) di gendang telinga untuk mengeluarkan cairan telinga yang terperangkap dan melancarkan aliran
udara.
Selain itu, hal-hal berikut dapat Anda lakukan di rumah untuk membantu mengurangi gejala dari infeksi telinga
pada bayi Anda.
• Kompres hangat
• Pemberian acetaminophen
• Berikan bayi Anda minum
• Angkat kepala bayi

Apa akibatnya jika infeksi telinga pada bayi tidak segera diobati?
• Fungsi pendengaran seseorang dipengaruhi oleh getaran di gendang telinga serta struktur-struktur yang
terlibat pada telinga tengah. Adanya infeksi berulang yang merusak gendang telinga karena akumulasi cairan
terus menerus dapat mempengaruhi getaran di gendang telinga.
• Pengobatan infeksi telinga merupakan hal yang penting untuk segera dilakukan, terutama ketika bayi Anda
sedang belajar bicara. Gangguan pendengaran dapat menyebabkan keterlambatan dalam berbicara atau
berbahasa yang nantinya dapat mempengaruhi prestasi mereka di sekolah.
Masalah gizi
• Permasalahan Gizi Pada Balita Gizi merupakan hal penting dalam pembangunan, karena gizi adalah investasi
dalam pembangunan. Gizi yang baik dapat memicu terjadi pembangunan yang pesat karena tingginya
produktifitas kerja. Sebaliknya jika masalah gizi banyak terdapat dalam suatu masyarakat hal ini dapat
menghambat pembangunan dan menimbulkan kerugian yang tidak terhingga (Soekirman, 2005).
Permasalahan gizi sangat berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Peningkatan ekonomi masyarakat akan
berdampak terhadap peningkatan status gizi. Peningkatan ekonomi masyarakat dapat menurunkan masalah
gizi dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, mengurangi biaya kematian dan kesakitan, kedua melalui peningkatan
produktifitas. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman (2005) yaitu kemiskinan memiliki
hubungan timbal balik dengan permasalahan gizi. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan
melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas. Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapat
makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi. Tahun 2004 sekitar 50 persen penduduk Indonesia pada
semua kelompok usia mengalami masalah kekurangan gizi baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Kejadian
kekurangan gizi cenderung dikesampingkan, padahal secara perlahan dapat berdampak pada tingginya angka
kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita dan rendahnya umur harapan hidup
• indeks antropometri yang sering digunakan ada tiga yaitu : 1) Berat badan menurut umur (BB/U) untuk menilai underweight Berat badan
adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan
meningkat mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan peningkatan berat badan yaitu dapat
meningkat cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks BB/U digunakan sebagai salah
satu cara pengukuran status gizi. 11 2) Tinggi badan menurut umur (TB/U) untuk menilai stunting Tinggi badan merupakan parameter yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan
tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat
gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang lama. 3) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) untuk menilai wasting Berat
badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Ketiga indeks ini dapat digunakan untuk melihat status gizi balita. Indeks BB/U
merupakan indeks untuk menilai status gizi anak akibat dari kekurangan asupan gizi. Oleh karena itu secara umum indeks BB/U
mengindikasikan adanya gangguan gizi. Indeks TB/U merupakan indeks yang menggambarkan status gizi anak balita akibat keadaan yang
berlangsung lama, misalnya kekurangan asupan gizi atau sakit dalam waktu lama. Oleh karena itu indeks TB/U mengindikasikan permasalahan
gizi kronis. Indeks BB/TB merupakan indeks untuk menilai status gizi anak balita akibat kekurangan asupan gizi atau terkena penyakit infeksi
dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu indeks BB/TB mengindikasikan permasalahan gizi akut (Depkes, 2009).
• Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita Menurut UNICEF (1997) ada
dua faktor yang menjadi penyebab langsung permasalahan gizi, ketidakmampuan
dan kematian anak di negara-negara berkembang yaitu asupan makanan yang tidak
cukup dan penyakit yang diderita oleh anak. Faktor-faktor yang menjadi penyebab
yang mendasari permasalahan gizi pada level keluarga adalah tidak cukup akses
terhadap pangan, pola asuh anak yang tidak memadai dan akses pelayanan kesehatan
dan sanitasi air bersih yang tidak memadai. Penyebab dasar permasalahan gizi di
level masyarakat adalah kuantitas dan kualitas sumber daya potensial yang ada di
masyarakat misalnya : manusia, ekonomi, lingkungan, organisasi, dan teknologi
ANEMIA
• Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di
seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini
disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita.
• Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-
kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan percepatan tumbuh masa
kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan susu
formula dengan kadar besi kurang. Selain itu ADB juga banyak ditemukan pada masa remaja
akibat percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh kehilangan darah
akibat menstruasi pada remaja puteri. Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB.
Angka kejadian anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-
45%.[i] Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada
bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%.
• Peran zat besi dalam tubuh

• Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan system saraf yaitu diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolisme saraf. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi. Besi juga merupakan
sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan bekerja terutama pada remaja. Bila kekurangan zat besi terjadi pada masa kehamilan maka akan meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi.

• Gejala dan penyebab anemia defisiensi besi

• Gejala yang paling sering ditemukan adalah pucat yang berlangsung lama (kronis) dan dapat ditemukan gejala komplikasi, a.l. lemas, mudah lelah, mudah infeksi, gangguan prestasi belajar, menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi dan gangguan perilaku.

• Penyebab defisiensi besi menurut umur

• Bayi kurang dari 1 tahun

• Cadangan besi kurang, a.l. karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI ekslusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan.

• Alergi protein susu sapi

• Anak umur 1-2 tahun

• Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni berlebih.

• Obesitas

• Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis.

• Malabsorbsi.

• Anak umur 2-5 tahun

• Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau minum susu berlebihan.

• Obesitas

• Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis baik bakteri, virus ataupun parasit).

• Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel / poliposis dsb).

• Anak umur 5 tahun-remaja

• Kehilangan berlebihan akibat perdarahan(a.l infestasi cacing tambang) dan

• Menstruasi berlebihan pada remaja puteri.


• Menangani anemia defisiensi besi

• Penanganan anak dengan anemia defisiensi besi yaitu :

• Mengatasi faktor penyebab.

• Pemberian preparat besi

• Oral

• Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dosis 3 mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/kgBB setelah makan dibagi dalam 2 dosis.

• Diberikan sampai 2-3 bulan sejak Hb kembali normal

• Pemberian vitamin C 2X50 mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi.

• Pemberian asam folat 2X 5-10 mg/hari untuk meningkatkan aktifitas eritropoiesis

• Hindari makanan yang menghambat absorpsi besi (teh, susu murni, kuning telur, serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol.

• Banyak minum untuk mencegah terjadinya konstipasi (efek samping pemberian preparat besi)

• Parenteral

• Indikasi:

• Adanya malabsorbsi

• Membutuhkan kenaikan kadar besi yang cepat (pada pasien yang menjalani dialisis yang memerlukan eritropoetin)

• Intoleransi terhadap pemberian preparat besi oral

• Cara mencegah anemia defisiensi besi

• Pendidikan

• Meningkatkan pengetahuan masyarakat :

• Tentang gizi dan jenis makanan yang mengandung kadar besi yang tinggi dan absorpsi yang lebih baik misalnya ikan, hati dan daging.

• Kandungan besi dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi tetapi penyerapan/bioavailabilitasnya lebih tinggi (50%). Oleh karena itu pemberian ASI ekslusif perlu digalakkan dengan pemberian suplementasi besi dan makanan tambahan sesuai usia.

• Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi bakteri / infestasi parasit sebagai salah satu penyebab defisiensi besi.

• Suplementasi besi

• Diberikan pada semua golongan umur dimulai sejak bayi hingga remaja
Terpajan hiv
• HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan AIDS
(sindrom defisiensi imun akuisita). Virus merusak atau menghancurkan sel
kekebalan tubuh, sehingga sel kekebalan tubuh tidak mampu berperang
melawan infeksi atau kanker. Sekitar 3,2 juta anak-anak di bawah 15 tahun
hidup dengan AIDS pada akhir tahun 2013, menurut data Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO)

• Penyebab HIV pada anak
Kebanyakan infeksi HIV pada anak adalah diturunkan melalui ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, dan menyusui. Namun, terimakasih
kepada rejimen pengobatan pencegahan, sehingga insidensi penularan ibu-ke-anak untuk HIV menurun. Sejak pertengahan tahun 1990, tes
HIV dan rejimen obat pencegahan memberikan hasil 90% penurunan jumlah anak yang terinfeksi HIV di Amerika Serikat. Kebanyakan kasus
anak HIV/AIDS terkonsentrasi di kawasan Afriksa Sub-Sahara.
• Penyebab lain HIV meliputi:
• Transfusi darah. Transfusi darah menggunakan darah yang terinfeksi atau suntikan dengan jarum suntik yang tidak steril mampu
menyebabkan infeksi HIV dan AIDS pada anak. Di Amerika Serikat dan negara maju lainnya, masalah ini telah sepenuhnya terelminasi, namun
pada negara miskin hal ini masih terjadi.
• Penggunaan obat terlarang dengan cara suntikan. Pada area Eropa Timur dan Tengah, penggunaan obat suntik akan melanjutkan
penyebaran HIV di antara orang-orang muda yang hidup di jalanan. Penelitian di Ukraina, prilaku berisiko tinggi seperti penggunaan jarum
suntik bergantian, juga terjadi pada anak di bawah usia 10 tahun.
• Transmisi seksual. Meksipun pada anak penularan dengan hubungan seks bukan merupakan penyebab utama HIV/AIDS di antara anak-
anak, hal ini terjadi ketika anak-anak menjadi aktif secara seksual di usia awal-awalnya. Anak juga mampu terinfeksi melalui tindakan kekerasan
seksual atau pemerkosaan.
• Gejala
Banyak bayi dan anak hidup dengan HIV karena ibunya terinfeksi. Namun, infeksi tidak mampu ditegakkan sampai bayi lahir. Gejala infeksi HIV bervariasi berdasarkan
umur dan inidividu masing-masing, namun berikut ini adalah gejala yang sering terjadi:
• Gagal bertumbuh sesuai chart standar untuk pertumbuhan
• Kegagalan mencapai perkembangan sesuai milestone
• Masalah otak dan sistem saraf, seperti kejang, susah jalan, nilai sekolah yang buruk
• Sering mengalami sakit, seperti infeksi telinga, flu, perut sakit, dan diare.
• Karena HIV akan semakin parah, anak akan mengalami infeksi oportunistik. Hal ini adalah infeksi yang jarang terkait kesehatan namun dapat mematikan pada pasien
HIV karena sistem kekebalan tubuhnya tidak bekerja secara layak. Infeksi oportunistik yang seirng terjadi terkait HIV meliputi:
• Pneumosistis pneumonia – infeksi jamur di paru-paru
• Infeksi serius terkait sitomegalovirus (CMV)
• Kondisi jaringan parut pada paru-paru yang disebut dengan limfositik interstitial pneumonitis (LIP)
• Oral trush (jamur pada mulut) atau iritasi popok (diaper rash) yang berat karena infeksi jamur Candida
• Tatalakasana HIV dan AIDS pada anak
Karena terjadi kemajuan dalam bidang pengobatan dan pencegahan, maka kematian terkait AIDS di kalangan anak-anak semakin berkurang di dunia.
• Terapi HIV dan AIDS biasanya sama pada anak dan dewasaa: kombinasi pengobatan antivirus untuk menjaga virus resisten (tidak mempan terhadap pengobatan). Namun, terdapat pertimbangan spesial ketika mengobati anak.
Beberapa obat HIV tidak tersedia dalam bentuk cair seperti sirup atau tetes, dan beberapa obat juga memberikan efek samping serius pada anak.
• Meskipun anak-anak tidak menunjukkan tanda atau gejala infeksi HIV, dokter perlu memilih obat untuk meningkatkan kondisi kesehatan dan meningkatkan daya tahan hidup jangka panjang. Dokter seringkali memutuskan apakah
pengobatan bergantung pada tes lab viral load (jumlah virus di cairan tubuh) dan kadar sel darah putih (sel kekebalan tubuh) yang disebut sel-T CD4 yang diserang oleh infeksi HIV.
• Bantuan untuk AIDS
Mengetahui anak Anda terkena HIV adalah hal yang berat dan menakutkan. Salah satu cara untuk mengatasi rasa takut yang tidak diketahui adalah untuk belajar sebanyak mungkin tentang HIV dan AIDS. Semakin banyak Anda
tahu, semakin baik Anda akan dapat mengurus anak Anda.
• Untuk menghilangkan ketakutan anak Anda, diskusikan penyakit dengan cara yang sesuai dengan usia anak. Biarkan anak Anda tahu itu pentingnya minum obat, dapat seumur hidup, untuk menjaga dari sakit. Kebanyakan kematian
HIV dan AIDS pada anak adalah sulitnya membangun kepatuhan minum obat.
• Ketika komplikasi berkembang, cari tahu bagaimana memperlakukan dan menjaga anak. Sebagai contoh:
• Kehilangan selera makan. Tawarkan berbagai makanan sepanjang hari, menghindari makanan seperti minuman berkarbonasi yang dapat membuat gas di lambung dan membuat anak Anda merasa kembung.
• Diare. Berikan anak Anda banyak cairan, termasuk sup, jus buah yang diencerkan dengan air, dan larutan rehidrasi oral. Menawarkan makanan yang lembut, basah seperti kentang tumbuk, labu, dan wortel. Hindari lemak, makanan
manis.
• Batuk pilek. Biarkan anak Anda beristirahat. Berikan banyak air dan cairan lainnya. Atasi sumbatan hidung dengan mengisi mangkuk besar atau panci dengan air yang sangat panas dan biarkan anak Anda menghirup uap dari air
panas tersebut.

You might also like