You are on page 1of 25

AKUNTANSI PERPAJAKAN

NOVALITA DWI YULIANI


1710536003

INTAN PUSPITA SARI


1710536017
Persediaan dalam neraca Persediaan dinilai
dinyatakan sebesar harga
pokok atau perolehan. berdasarkan harga
 Persediaan dapat
perolehannya.
dinyatakan berdasarkan: Alokasi harga pokok
harga terendah antara harga persediaan
pokok dan harga pasar, harga menggunakan:
jual.
Metode FIFO atau
 Alokasi harga pokok
persediaan menggunakan 3 Metode Rata-rata
metode
a. LIFO(last in first out)
b. FIFO(first in first out)
c. RATA-RATA
Contoh :
Pada tanggal 3 maret 2015 PD Bintang membeli
100 unit barang dagang dengan harga Rp
5.000.000 (belum trmasuk PPN) secara tunai. Pd
Bintang dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
(PKP) sejak tgl 31 jan 2013. pembukuan dilakukan
dengan sistem perpetual…
 Jurnal:

tanggal ketrangan debit Kredit


3 Maret Persediaan barang dagang 5.000.000
2015 PPN Masukan 500.000
kas 5.500.000

 PPN masukan = 10% × Rp 5.000.000 = Rp 500.000


Harga 1 unit barang barang dgg Rp 5.000.000 : 100
= Rp 50.000
Contoh :
Pada tanggal 31 Maret 2015, PD bintang menjual 30 unit
barang serta tunai dengan harga jual per masing –
masing unit sebesar Rp 70.000 (belum PPN).
 Jurnal:

tanggal keterangan debit Kredit

31 Maret 2015 Kas 2.310.000


PPN keluaran 210.000
penjualan 2.100.000
HPP 1.500.000
Persediaan 1.500.000
brg dagang
(50.000 ×30 unit)

 Persedian barang dagang yang tersisa dan tercatat


pada pembukuan PD bintang per tanggal 31 mar 2015
adalah Rp 50.000 × 70 unit = Rp 3.500.000
Pos-pos (items) yang pada
awalnya dicatat sebagai
harta tetapi diharapkan
menjadi beban dikemudian
hari setelah melampaui
kegiatan normal perusahaan.
Asuransi dibayar dimuka tidak
dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) maupun Pajak
Penghasilan (PPh)

Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 2007 dibayar premi asuransi untuk
kendaraan sebesar Rp. 12.000.000 untuk 1 tahun. Jurnal
akuntansi perpajakannya adalah :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


1 Jan 2007 Asuransi dibayar dimuka 12.000.000
Kas 12.000.000
Dasar hukum pengenaan PPh atas penyewaan
tanah dan bangunan adalah PP No. 29 Tahun
1996 sebagaimana yang telah diubah dengan PP
No. 5 Tahun 2002 jo KMK-394/KMK.04/1996
sebagaimana yang telah diubah dengan KMK-
120/KMK.03/2002 jo Keputusan Dirjen Pajak
Nomor KEP-227/PJ/2002

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh


orang pribadi atau badan dari persewaan tanah dan
bangunan

PPh Pasal 4 ayat (2) = 10% x jumlah bruto sewa


Contoh :
Pada tanggal 2 Maret 2007 PT Allen menyewakan ruang
perkantoran untuk PT. Bobi dengan harga sewa sebesar Rp.
10.000.000 (belum termasuk PPN) untuk masa 1 tahun. Jurnal
akuntansi untuk transaksi tersebut adalah :

1. Pembukuan PT. Allen

PT. Bobi telah PKP PT. Bobi belum PKP


PT. Kas 10 juta - Kas 10 juta -
Allen PPh 4(2) 1 juta - PPh 4(2) 1 juta -
telah PPN keluaran - 1 juta PPN keluaran - 1 juta
PKP Pendapatan sewa - 10 juta Pendapatan sewa - 10 juta

PT. Kas 9 juta - Kas 9 juta -


Allen PPh 4 (2) 1 juta - PPh 4 (2) 1 juta -
belum Pendapatan sewa - 10 juta Pendapatan sewa - 10 juta
PKP
2. Pembukuan PT. Bobi

PT. Bobi telah PKP PT. Bobi belum PKP


PT. Sewa DDM 10 juta - Sewa DDM 10 juta -
Allen PPN masukan 1 juta - PPN masukan 1 juta -
telah PPh 4 (2) - 1 juta PPh 4 (2) - 1 juta
PKP Kas - 10 juta Kas - 10 juta

(PPN Masukan dapat dikreditkan (PPN Masukan dapat dikreditkan


oleh PT. Bobi) oleh PT. Bobi)

PT. Sewa DDM 10 juta - Sewa DDM 10 juta -


Allen PPh 4 (2) - 1 juta PPh 4 (2) - 1 juta
belum Kas - 9 juta Kas - 9juta
PKP
Perdirjen Pajak No. PER-70/PJ/2007
tentang jenis jasa lain dan perkiraan ph neto
-> Pasal 23 ayat 1 huruf (c) UU PPh atas ph
sewa dan ph lain sehubungan dengan
penggunaan harta, selain kendaraan angkutan
darat, untuk jangka waktu berdasarkan
kontrak atau perjanjian tertulis ataupun tidak
tertulis, kecuali sewa dan ph lainnya
sehubungan dengan persewaan tanah dan atau
bangunan yang telah dikenakan PPh yang
bersifat Final dipotong PPh 23 sebesar 2%
tidak termasuk PPN.
Pembayaran pajak yang dilakukan pemotongan dan/atau
pemungutan oleh pihak lain serta pembayaran pajak yang
dilakukan sendiri oleh WP, yang dapat diperhitungkan dengan
pajak terutang PPh Badan atau PPN Keluaran WP.
Pembayaran pajak dimuka di akui sebagai aset bagi WP.

PPh 22 PPh 23 PPh 24 PPh 25 PPN


Pada tanggal 10 April 2007 Pemda DKI Jakarta membeli
komputer secara tunai di PT. ABC dengan harga Rp.
220.000.000 (sudah termasuk PPN).
Atas pembelian tersebut, Bendaharawan Pemda DKI Jakarta
memungut :
PPN = Rp. 220.000.000 x (10/110) = Rp. 20.000.000
PPh 22 = Rp. 200.000.000 x 1,5% = Rp. 3.000.000
Akuntansi perpajakan untuk PT. ABC adalah :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


10/04/2007 Kas 197.000.000
PPh 22 dibayar dimuka 3.000.000
PPN Pemungut 20.000.000
Penjualan 200.000.000
PPN keluaran 20.000.000
Pemotong pajak merupakan pemberi penghasilan yang
meliputi pihak – pihak sebagai berikut :
1. Badan Pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT) atau perwakilan
perusahaan Luar negeri di Indonesia
5. Orang pribadi sebagai WPDN yang ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, PPAT (kecuali
camat), pengacara, konsultan, yang melakukan
pekerjaan bebas
b. OP yang menjalankan usaha yang
menyelenggarakan pembukuan
1. Untuk dividen, bunga, royalti, serta hadiah, penghargaan,
bonus dan sejenisnya :
PPh Pasal 23 = 15% x Jumlah Penghasilan
Bruto
Khusus untuk pemanfaatan karya sinematografi melalui suatu
perjanjian
PPh Pasal 23 = 15% x 10% x Jumlah Bagi
Hasil
2. Untuk sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, serta imbalan sehubungan dengan jasa
teknik, jas manjemen, jasa kontruksi, jasa konsultasn dan
jasa lainnya :

PPh Pasal 23 = 2% x Jumlah Penghasilan


Bruto
PT. Akiaki menerima penghasilan berupa Royalti dari PT. Bomber
sebesar Rp. 100.000.000 dan atas royalti tersebut, PT. Akiaki
memungut PPN 10% sebesar Rp.10.000.000 dari PT.Bomber.
Atas transaksi tersebut dicatat oleh PT. Akiaki :
Tanggal Keterangan Debit Kredit
18 Okt 2007 Kas 95.000.000
PPh 23 Bayar dimuka 15.000.000
PPN Masukan 10.000.000
Pendapatan Royalti 100.000.000

Sedangkan untuk PT. Bomber :


Tanggal Keterangan Debit Kredit
18 Okt 2007 Beban Royalti 100.000.000
PPN Keluaran 10.000.000
Utang PPh 23 15.000.000
Kas 95.000.000
PPh 24 merupakan pajak yang telah
dipotong oleh negara lain tempat WP
memperoleh penghasilan yang boleh
dikreditkan terhadap pajak yang
terutang di Indonesia (Kredit Pajak
Luar Negeri)
PPh 25 adalah Besarnya angsuran pajak
angsuran pajak dalam tahun berjalan yang
dalam tahun pajak dibayar oleh WP setiap
berjalan yang bulan sebesar PPh yang
harus dibayar terutang dikurangi
sendiri oleh WP dengan:
yang bersangkutan a. PPh yang dipotong Pasal
untuk setiap bulan. 21, 22 dan Pasal 23 serta
PPh Pasal 22; dan
b. PPh yang dibayar atau
terutang di luar negeri
Pasal 24;
Pajak
Keluaran Penyerahan
(Output Tax)  Barang Kena Pajak
(BKP)
PPN
 Jasa Kena Pajak (JKP)
 Ekspor Barang Kena
Pajak Membeli/ Pajak
Masukan Menerima
(Input Tax)
1. MEKANISME PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
 Dikreditkan apabila penyerahan pajak masukan tsb berkenaan
dengan penyerahan pajak yang terutang.
 Besarnya pajak masukan yang dikreditkan pada PKP dapat
dihitung dengan pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak
Masukan yang ditetapkan oleh MK.
2. PAJAK MASUKAN YANG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
 Belum dikukuhkan sebagai PKP
 BKP/JKP tidak mempunyai hubungan langsung dengan usaha
 Perolehan/ pemeliharaan kendaraan bermotor
 Pemanfaatan BKP/JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
PKP
 Perolehan BKP/JKP dengan Bukti Faktur Pajak Sederhana
 Faktur pajak Standar yg tidak memenuhi Pasal 13 ayat 5
 Pemanfaatan BKP/JKP yg tidak sesuai dengan Pasal 13 ayat 6
 Perolehan BKP/JKP yang ditagih dengan penerbitan ketetapan
pajak
 Pajak masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN dan
ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
 Pajak masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang
ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
Dalam SPT Masa dilaporkan:
Pajak keluaran = Rp 10.000.000
Pajak Masukan = Rp 8.000.000
 Dari hasil pemerikasaan diketahui bahwa:
Pajak Keluaran = Rp 15.000.000
Pajak Masukan = Rp 11.000.000
 Dalam hal ini, Pajak Masukan yang didapat dikreditkan bukan sebesar Rp
11.000.000 tetapi sebesar Rp 8.000.000, sesuai yang dilaporkan dalam
SPT Masa.
 Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaan:
Pajak Keluaran = Rp 15.000.000
Pajak Masukan = Rp 8.000.000
____________₍₋₎
Kurang Bayar menurut hasil pemeriksaan = Rp 7.000.000
Kurang Bayar menurut SPT = Rp 2.000.000
_____________₍ ₎
Masih kurang dibayar = Rp 5.000.000
Penyimpanan uang di bank dengan
sistem penyetoran yang penarikannya
hanya bisa dilakukan setelah melewati
waktu tertentu menurut perjanjian
antara bank yang bersangkutan
PPh pasal
4(2)

Untuk WPLN: 20%


dari jumlah Bruto
Untuk WPDN dan dengan tarif
PP131
BUT : 20% dari berdasarkan P3B
tahun 2000
jumlah bruto (Perjanjian
Penghindaran Pajak
Berganda) yang
berlaku
Bunga deposito bukan
merupakan
penghasilan kena
pajak pada SPT dan
pajaknya tidak dapat
dikreditkan.
Wesel tagih dapat diperjual
belikan sebelum tanggal jatuh
tempo, selisih antara hasil
jumlah penjualan dan jumlah
yang akan dibayar pada saat
jatuh tempo merupakan
diskonto (bunga yang
diperhitungkan dimuka) dan
penghasilan bagi pelepas wesel pemegang kedua (pembeli)
wesel itu dapat dijual lagi
kepada orang lain ( dan
seterusnya) sampai saaat
sebelum jatuh tempo. Selisih
antara harga perolehan dan
harga penjualan merupakan
penghasilan bunga dari pelepas
wesel.
Dalam UU PPh penghasilan
bunga yang berupa bunga
diskonto

Potongan PPh Pasal 23 PPh Pasal 26 (WP luar


(WP dalam negreri) negeri)
THANK YOU

You might also like