You are on page 1of 64

Presentasi Kasus Stase THT

Adenotonsilitis
Riefki Indira Hudi/20174011171
Dokter Pembimbing:
dr. Yunie Wulandari Sp. THT-KL, M. Kes
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. D
Pekerjaan : Pelajar
Umur : 13 tahun
Status pernikahan : Belum menikah
Jenis Kelamin : Perempuan
Masuk RS : 13 Februari 2018
Agama : Islam
Alamat : Beringin, Semarang

KELUHAN UTAMA
Nyeri telan

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien anak perempuan 13 tahun datang ke RSUD dengan keluhan nyeri telan.
Nyeri dirasakan hilang timbul seperti tertusuk tusuk sampai membuat nafsu
makan pasien berkurang. Nyeri sudah dirasakan sejak 3 bulan. Nyeri
muncul saat pasien makan makanan padat namun saat minum tidak nyeri.
Gejala bertambah berat saat pasien batuk dan sedikit berkurang saat pasien
minum obat dari warung.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak 3 bulan ini pasien juga mengeluh susah


untuk menelan (+), nafas terasa mengganjal (+),
susah tidur (+), nafas dari mulut (+), tenggorokan
terasa kering (+), mengorok saat tidur (+).
Pasien juga mengeluh kadang telinga kiri
penuh (+). Keluhan seperti telinga berdenging (-),
penurunan pendengaran (-), nyeri wajah (-),
demam (-).
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengaku sering pilek hampir setiap hari sudah sejak 1 tahun terakhir. Pasien
juga pernah merasakan sakit pada tenggorokan dan sembuh dengan sendirinya. Saat
usia 2 tahun pasien pernah mengeluhkan sakit telinga dan dibawa ke dokter THT lalu
sembuh. Pasien juga pernah didiagnosis ISPA saat kecil. Riwayat asma dan alergi
disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat penyakit serupa, DM, asma, alergi disangkal oleh keluarga.

RIWAYAT PERSONAL SOSIAL


Pasien sejak kecil sering makan makanan cepat saji dan sering jajan di pinggir jalan
usai sekolah.
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis Sistem
Kepala leher : tidak ada keluhan Keadaan umum : Tampak sakit ringan
THT : Nyeri telan GCS : E4V5M6 (Compos Mentis)
Respirasi : tidak ada keluhan
Kardiovaskular : tidak ada keluhan Vital Sign
Gastrointestinal : tidak ada keluhan Nadi : 96x/menit
Perkemihan : tidak ada keluhan Pernafasan : 17 x/menit
Sistem Reproduksi : tidak ada keluhan Suhu : 36,4 0C
Ekstremitas : tidak ada keluhan Tekanan darah : 120/80 mmhg
Kulit : tidak ada keluhan Akral : Hangat

Antropometri
BB : 41 kg
TB : 148 cm
IMT : 18.71
Pemeriksaan THT
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
• Diagnosis kerja
Adenotonsilitis Kronis
• Penatalaksanaan -> Pro Adenotonsilektomi
TINJAUAN PUSTAKA
Adenoid

Adenoid bersama
tonsila palatina dan
lingual membentuk
Tonsila Palatina cincin jaringan limfe
Tonsila lingual
pada pintu masuk
saluran nafas dan
saluran pencernaan
yang dikenal sebagai
cincin Waldeyer

Adenoid adalah kelompok jaringan limfoid yang terletak pada atap


dan dinding posterior nasofaring
Anatomi

Adenoid terletak di dinding


belakang nasofaring.

Jaringan adenoid di
nasofaring ditemukan pada
dinding atas dan posterior,
walaupun dapat meluas ke
fossa Rosenmuller dan
orifisium tuba eustachius.
Ukuran Adenoid

Pada usia 0-3 tahun adenoid berukuran masih kecil,


Ukuran Adenoid

Dan mulai membesar drastis pada usia menginjak 5


tahun.
Ukuran Adenoid

Kemudian mulai mengecil dan menghilang setelah


berumur 14 tahun.
Histologi

Adenoid tersusun oleh


sel epitel kolumnar
peudostratifikatum
bersilia yang memiliki
fungsi imunologi dan
membantu aliran
hidung.

Adenoid tersusun dari jaringan limfoid, mirip dengan


kelenjar getah bening, tanpa suplai darah aferen.
Fisiologi

Fungsi adenoid adalah bagian imunitas tubuh.

Adenoid memproduksi IgA sebagai bagian sistem


pertahanan tubuh lini pertama dalam memproteksi
tubuh dari invasi kuman mikroorganisme dan
patogen
Epidemiologi

 Penelitian oleh Institutional Review Board, Amerika, pada


Januari 2008 - Januari 2010 di Rumah Sakit Long Island Collage
pada 198 anak dengan usia rata-rata 3,7 tahun, dijumpai
bahwa anak laki-laki (60,1%) lebih banyak dari anak
perempuan (39,9%) (Marzouk, 2012).

 Tonsilitis kronik pada anak hampir selalu terjadi bersama


adenoiditis kronik, karena adenoid dan tonsil merupakan
jaringan limfoid yang saling berhubungan membentuk cincin
Waldeyer

 Data Rumah sakit Fatmawati dalam 2002-2004 menunjukkan


kecenderungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi dan
penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi
Etiologi Adenoid Hipertrofi

1. Hipertrofi fisiologi

2. Hipertrofi Patologis
Disebabkan infeksi
a. Streptococcus Beta Hemolitikus Grup A
b. Streptococcus Pyogenes
c. Streptokokus grup B, C,
d. Adenovirus
e. Epstein Barr
f. Virus Herpes

Hypertrofi adenoid juga disebabkan


oleh adenoiditis yang terjadi berulang
Patogenesis

Adenoid membesar merupakan respons terhadap kolonisasi dari flora normal itu
sendiri atau mikroorganisme patogen karena poses mekanisme sistem imun adenoid
Patogenesis

Akibat adenoid yang membesar menyebabkan obstruksi jalan pernapasan


sehingga butuh usaha yang keras untuk mengeluarkan suara dan terjadi
perubahan suara
Patogenesis

Akibat adenoid yang membesar menyebabkan obstruksi tuba eustachius, dan


cairan di telinga tengah tidak bisa keluar, sehingga bisa terjadi tuli konduktif
Hipertrofi adenoid dapat menyebabkan:

1. OME akibat sumbatan tuba


2. Gangguan ventilasi dan drainase
sinus paranasal sehingga
menimbulkan sinusitis kronik
3. Faringitis dan Bronkitis
4. Facies adenoid yaitu tampak hidung
kecil, gigi insisivus ke depan
(prominen), arkus faring tinggi yang
menyebabkan kesan wajah pasien
tampak seperti orang bodoh.
5. Gangguan tidur, tidur ngorok
Diagnosis

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Polos
b. CT Scan
c. Endoskopi
Diagnosis

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Polos
b. CT Scan
c. Endoskopi

Dilihat tanda dan gejala klinik yang dialami pasien, seperti rhinore,
PND, batuk berulang, tampang wajah, cara berbicara, tidur
mendengkur, dll
Diagnosis

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Polos
b. CT Scan
c. Endoskopi

Direk: Melihat langsung nasopharing saat palatum mole retraksi,


melihat tahanan palatum mole pada rhinoskopi anterior

Indirek: melihat nasofaring dari arah orofaring dg rhinoskop


posterir, dg nasofaringoskop utk melihat nasofaring seluruhnya
Diagnosis

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Polos
b. CT Scan
c. Endoskopi

Pemeriksaan radiologi dengan membuat foto polos lateral dapat


melihat pembesaran adenoid
Diagnosis

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Polos
b. CT Scan
c. Endoskopi

CT Scan lebih sensitif dibandingkan dengan foto polos utk melihat


jaringan lunak
Diagnosis

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Polos
b. CT Scan
c. Endoskopi

Pemeriksaan nasoendoskopi dapat membantu untuk melihat


ukuran adenoid secara langsung.
Tonsilitis

Tonsilitis merupakan peradangan


dari tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. (Rusmarjono, 2010)
Anatomi Tonsil

Tonsil merupakan massa yang


terdiri dari jaringan limfoid dan
ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus didalamnya.
(Alatas, 2008).
Vascularisasi
Inervasi

Nervus trigeminus
mempersarafi bagian atas
tonsil melalui cabangnya
yang melewati ganglion
sphenopaltina yaitu n.
palatina. Bagian bawah
tonsil dipersarafi n.
glossopharingeus
(Brodsky, 2006).
Histologi

Secara mikroskopis tonsil


memiliki tiga komponen
yaitu jaringan ikat,
jaringan interfolikuler,
jaringan germinativum.
Jaringan ikat berupa
trabekula yang berfungsi
sebagai penyokong tonsil
(Brodsky, 2006).
Fisiologi dan Imunologi

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan


untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah
disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu:
1. Menangkap dan mengumpulkan benda asing dengan
efektif
2. Tempat produksi antibodi yang dihasilkan oleh sel
plasma yang berasal dari diferensiasi limfosit B.
Klasifikasi

Tonsilitis AKUT

Tonsilitis Kronis
Tonsilitis Akut

Etiologi: grup A streptokokus β


hemolitikus, pneumokokus,
streptokokus viridans, streptokokus
piogens, EBV, H. Influenzae
Patofisiologi:
Infiltrasi bakteri => jaringan radang => terbentuk detritus
(kumpulan leukosit, bakteri mati, PMN, epitel yang terlepas)=>
tampak bercak putih kekuning seperti keju.

Tonsilitis Bakterial Terdiri dari:


a. Tonsilitis folikularis: tampak detritus yang jelas (bercak kuning)
b. Tonsilitis lakunaris: bercak detritus menyatu membentuk alur
c. Tonsilitis pseudomembran: bercak detritus melebar,
membentuk semacam membran yang menutup tonsil
Tanda dan gejala:
Nyeri tenggorokan
Nyeri telan
Rasa lesu/lemas
Demam
Nyeri di telinga (referred pain)
Nyeri di persendian

Pemeriksaan:
Tonsil membengkak, hiperemis, tampak detritus, pembengkakan
lnn. Submandibula dan nyeri tekan.
Tonsilitis Membranosa

a. Tonsilitis difteri

b. Tonsilitis septik

c. Angina Plaut Vincent ( stomatitis ulsero


membranosa )

d. Penyakit kelainan darah


Tonsilitis Kronik

Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang


menahun dari rokok, beberapa jenis makanan,
higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut
yang tidak adekuat.
Epidemiologi
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi
dari seluruh penyakit THT. Data epidemiologi penyakit THT di
tujuh provinsi di Indonesia, prevalensi tonsilitis kronis sebesar
3,8% tertinggi setelah nasofaringitis akut 4,6%. Hasil
pemeriksaan pada anak-anak dan dewasa menunjukkan total
penyakit pada telinga hidung dan tenggorokan berjumlah
190-230 per 1.000 penduduk dan didapati 38,4% diantaranya
merupakan penderita penyakit tonsilitis kronis (Vivit, 2013).
Etiologi Tonsilitis Kronis
• Tonsilitis kronik,kuman penyebabnya sama
dengan tonsillitis akut tetapi kadang-kadang
berubahmenjadi kuman golongan Gram negative
(Rusmarjono, 2007).
• Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronis
ialah rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang
buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan
pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat
(Soepardi dkk, 2012).
Tonsilitis kronis
• Tonsilitis yang berulang
(rekuren)

• Patofisiologi:
Proses radang berulang ( epitel
mukosa & jaringan limfoid) =>
penyembuhan: diganti jaringan
parut => kripti melebar => diisi
oleh detritus, Menembus
kapsul tonsil => timbul
perlekatan di sekitar fosa
tonsilaris
• Tanda dan gejala:
 Rasa mengganjal di tenggorokan
 Rasa sakit atau nyeri terus menerus di trnggorokan
 Merasakan kering di tenggorokan
 Nafas berbau,
 nafsu makan berkurang,
 mudah lelah,
 mulut bau

• Pemeriksaan:
 Tonsil membesar,
 Ada dentritus terutama pada penekanan
 permukaan tidak rata
 Kadang pembesaran kelenjar limfe submandibuler
Diagnosis
Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi
pada tonsila palatina yang menetap lebih dari 3 bulan. Etiologi penyakit ini
dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang
mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat
terjadi bila fase resolusi tidak sempurna (Kargoshaie,2009).

Kriteria diagnosis satu atau lebih keluhan dari anamnesis yang berulang
disertai dengan pembesaran ukuran tonsil dan atau pemeriksaan fisik lainnya.
Dari anamnesis, akan didapatkan keluhan penderita sering datang dengan
keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan,
nafas bau busuk, malaise, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher
(Brodsky,2006).
Differential Diagnosis
a. Penyakit-penyakit dengan pembentukan
pseudomembran atau adanya membran
semu yang menutupi tonsil/ tonsilitis
membranosa

b. Tonsilitis kronik oleh sebab lain :


tuberkulosis,sifilis, ktinomikosis

c. Pembesaran tonsil karena kelainan darah


atau keganasan, misalnya: leukemia,
limfoma.
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien meliputi


• Istirahat cukup
• Makan makanan yang lunak dan mengindari
makan makanan yang mengiritasi
• Menajaga kebersihan mulut
• Pemberian obat topical dapat berupa obat
kumur antiseptic
• Pemberian obat oral sistemik sesuai indikasi
• Terapi Medikamentosa

• Terapi operatif
Tonsilektomi didefinisikan sebagai prosedur
bedah (dengan atau tanpa adenoidektomi) yang
menyingkirkan tonsil secara keseluruhan,
termasuk kapsulnya dengan cara diseksi ruang
peritonsilar antara kapsul tonsil dan dinding
maskuler (Baugh, 2011).
Indikasi adenoidektomi menurut Rusmarjono:

1. Obstruksi 2. Infeksi 3. Neoplasia


atau suspek
• Sumbatan hidung yang • Adenoiditis berulang/kronik neoplasia benigna
menyebabkan bernafas melalui • Otitis media efusi / maligna.

mulut berulang/kronik
• Otitis media akut berulang
• Sleep apnea
• Gangguan menelan
• Gangguan berbicara
• Kelainan bentuk wajah muka
dan gigi (adenoid face)
Indikasi untuk dilakukan tonsilektomi menurut
Brodsky yaitu:

1. Obstruksi 2. Infeksi 3. Neoplasia


• Tonsilitis kronika / sering atau suspek
• Hiperplasia tonsil dengan
berulang. neoplasia benigna
obstruksi.
/ maligna.
• Sleep apnea atau gangguan • Tonsilitis dengan :Absces
peritonsilar, absces kelenjar limfe
tidur.
leher, obstruksi Akut jalan
• Kegagalan untuk bernafas. nafas,penyakit gangguan klep
• Corpulmonale. jantung.
• Gangguan menelan. • Tonsilitis yang persisten dengan :
sakit tenggorok yang persisten.
• Gangguan bicara.
• Tonsilolithiasis Carrier
• Kelainan orofacial / dental yang Streptococcus yang tidak respon
menyebabkan jalan nafas sempit. terhadap terapi.
• Otitis Media Kronika yang
berulang.
Indikasi tonsilektomi menurut The American Academy of
Otolaryngology, Head and Neck Surgery :

1) Indikasi absolut: 2) Indikasi relatif :


• Pembesaran tonsil yang • Penderita dengan infeksi tonsil yang
menyebabkan sumbatan jalan kambuh 3 kali atau lebih dalam
nafas atas, disfagia menetap, setahun meskipun dengan terapi
gangguan tidur atau komplikasi yang adekuat
kardiopulmunar • Bau mulut atau bau nafas yang
• Abses peritonsil yang tidak menetap yang menandakan
respon terhadap pengobatan tonsilitis kronik tidak responsif
medis terhadap terapi medikamentosa
• Tonsilitis yang menimbulkan • Tonsilitis kronik atau rekuren yang
febris dan konvulsi disebabkan kuman streptococus
yang resisten terhadap antibiotik
• Biopsi untuk menentukan
betalaktamase
jaringan yang patologis (dicurigai
keganasan) • Pembesaran tonsil unilateral yang
diperkirakan neoplasma
Kontraindikasi tonsilektomi (lee, 2008):

1) Kontraindikasi relatif
• Palatoschizis
• Radang akut, termasuk tonsilitis
• Poliomyelitis epidemica
• Umur kurang dari 3 tahun

2) Kontraindikasi absolut
• Diskariasis darah, leukemia, purpura, anemia
aplastik, hemofilia
• Penyakit sistemis yang tidak terkontrol: DM,
penyakit jantung, dan sebagainya.
Komplikasi
• Komplikasi sekitar tonsil

• Komplikasi ke organ jauh


Komplikasi Post Adenoidektomi

Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila


pengerokan adenoid kurang bersih. Bila terlalu dalam
menguretnya akan terjadi suatu kerusakan dinding belakang
faring. Bila kuretasa terlalu ke lateral maka torus tubariuss
akan rusak dan dapat mengakibatkan oklusi tuba Eustachius
dan akan timbul tuli konduktif
Komplikasi Post Tonsilektomi

Komplikasi anestesi ini terkait dengan keadaan status kesehatan pasien.


Komplikasi yang dapat ditemukan berupa laringospasme, gelisah pasca
operasi, mual muntah, kematian saat induksi pada pasien dengan
hipovolemi, induksi intravena dengan pentotal bisa menyebabkan
hipotensi dan henti jantung, hipersensitif terhadap obat anestesi.

Komplikasi Bedah efek samping dari tonsilektomi adalah post tonsillectomy


hemorrhage (PTH). PTH primer dapat terjadi 24 jam setelah operasi
disebabkan oleh tidak adekuatnya penjahitan/ligasi arteri yang
bersangkutan. Sedangkan PTH sekunder dapat terjadi pada hari ke 5 sampai
ke 10 post pembedahan
Prognosis

Prognosis tonsilitis Kronis menurut PPK


PERHATI-KL:
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia Ad bonam
• Ad fungsionam : dubia ad bonam
Pembahasan
Susah untuk menelan Riwayat ISPA
Nafas dari mulut
Mendengkur
Sakit tenggorokan hilang timbul
Nyeri tenggorokan Sering pilek 1 th
Batuk Sering jajan

Adenotonsilitis

Tonsil: T3-T3, Ratio Adenoid Nasofaring


Hiperemis = 0.78
Kronik

Onset 3 bulan Kripta melebar

Adenotonsilitis Kronik
Kesimpulan
• Adenotonsilitis merupakan peradangan tonsil faringeal dan tonsil
palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer

• Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor-faktor


predisposisi seperti faktor daya tahan tubuh yang menurun akibat
rangsangan menahun dari rokok atau makanan tertentu, hygiene
ronga mulut yang kurang baik, dan alergi.

• Pada pasien ditemukan gangguan menelan sejak 3 bulan, sering


kambuh, dan pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran tonsil
derajat T3-T3 dan pembesaran adenoid disertai dengan gejala sulit
untuk bernafas. Dari keluhan dan pemeriksaan diatas sudah cukup
untuk mengindikasikan pasien untuk dilakukan Adenotonsilektomi.
Adenotonsilektomi dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien.

You might also like