You are on page 1of 11

Syarat diterima Syahadat

1.1.1.03.012
Ilmu yang menolak kebodohan.

• Ilmu tentang syahadatnya.


• Ia wajib memahami arti dua kalimat ini (Laa
Ilaha Illa Allah, Muhammadur rasulullah)
• Bersedia menerima hasil ucapannya.
• Dari kalimat syahadatain tersebut, maka
seorang muslim juga harus memiliki ilmu
tentang Allah, ma’rifatullah (mengenal Allah),
dan ilmu tentang Rasulullah.
Muhammad:19,
ُ‫َّللا‬ ِ ‫َّللاُ َوا ْست َ ْغ ِف ْر ِلذَ ْن ِب َك َو ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬
َّ ‫ت َو‬ َّ ‫• فَا ْعلَ ْم أَنَّهُ ال ِإلَهَ ِإال‬
)١٩( ‫يَ ْعلَ ُم ُمتَقَلَّبَ ُك ْم َو َمثْ َوا ُك ْم‬
• 19. Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak
ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.
dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha
dan tempat kamu tinggal.
Keyakinan yang menolak keraguan
• Keyakinan terhadap Allah dan Rasul-Nya.
– Yakin bahwa Allah sebagai Pencipta, Pemberi Rezki,
Ma’bud (Yang layak disembah), dan lain sebagainya,
serta
– Yakin bahwa Rasulullah adalah nabi terakhir yang
diutus Allah.
– Keyakinan sepenuh hati tanpa keraguan  Istiqomah
menjalankan konsekuensinya
– Iman yang benar adalah yang tidak bercampur dengan
keraguan sedikit pun tentang ketauhidan Allah,
sebagaimana dalam firman-Nya:
• Qs. 49:15
‫سو ِل ِه ث ُ َّم لَ ْم يَ ْرت َابُوا َو َجا َهدُوا‬ ِ َّ ‫• ِإنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ الَّذِينَ آ َمنُوا ِب‬
ُ ‫اّلل َو َر‬
)١٥( َ‫ِا ِد ُون‬ َّ ‫َّللا أُولَهِ َك ُه ُم ال‬ َ ‫ِبأ َ ْم َوا ِل ِه ْم َوأ َ ْنفُ ِس ِه ْم فِي‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
• 15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
hanyalah orang-orang yang percaya (beriman)
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
mereka Itulah orang-orang yang benar.
Keikhlasan yang menolak kesyirikan.

• Ucapan syahadat mesti diiringi dengan niat yang


ikhlas lillahi ta’ala.
• Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya’ atau ada
niat lain yang bukan untuk Allah SWT,  tertolak.

18:110.
• “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya
Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya".
Kejujuran yang menolak kebohongan

• Mengucapkan syahadat dengan jujur.


• Benar adalah landasan iman, sedangkan dusta
landasan kufur.
• Sikap shiddiq akan menimbulkan ketaatan dan
amanah. Sedangkan dusta menimbulkan
kemaksiatan dan pengkhianatan.
• Qs. 2:8. “di antara manusia ada yang
mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan
hari kemudian[22]," pada hal mereka itu
Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”
Cinta yang menolak kebencian.

• Dalam menyatakan syahadat ia mendasarkan pernyataannya


dengan cinta.
• Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada. Ia merupakan ruh
dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling
utama.
• Dengan rasa cinta ini segala beban akan terasa ringan, tuntutan
syahadatain akan dapat dilaksanakan dengan mudah.
• 2.165. “dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada
Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
Penerimaan yang menolak penolakan

• Muslim secara mutlak menerima nilai-nilai serta kandungan isi


syahadatain. Tidak ada keberatan dan tanpa rasa terpaksa sedikit
pun. Baginya tidak ada pilihan lain kecuali Kitabullah dan sunnah
Rasul. Ia senantiasa siap untuk mendengar, tunduk, patuh dan taat
terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.
• Mukmin adalah mereka yang bertahkim (berhukum) kepada Rasul
Allah dalam seluruh persoalannya kemudian ia menerima secara
total keputusan Rasul, tanpa ragu-ragu dan kebenaran sedikit pun.
• “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang
mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’:
65).
• Siap melaksanakan yang menolak
pengabaian dan keengganan untuk beramal.

You might also like