You are on page 1of 19

Entropion

Irdza Ghiffary Lutfi


 Lapisan kulit
 Otot orbicularis oculi
 Palpebral (involunter)
 Orbital (volunteer)
 Otot Retraktor
 M. levator palpebral

Anatomi  Superior tarsal muscle (muller)


 Levator aponeurosis (CN III)
 Tarsus dan Konjungtiva
 Vaskularisasi
 A.carotis interna  oftalmika dan
cabang-cabangnya , A. supraorbitalis dan
arteri lakrimalis
 Arteri carotis externa arteri
angularis dan arteri temporalis
 Kelainan palpebral  pelipatan dari margo palpebral ke arah
dalam bola mata  kontak antara bulu mata, margo palpebral
Definisi dan kulit pada palpebra terhadap bola mata (trikiasis)
 Dapat menyebabkan kerusakan konjungtiva dan kornea seperti
abrasi, scarring, penipisan kornea
 Secara general, kelopak mata bawah bersifat stabil akibat otot
retractor, tarsus, otot orbicularis, dan tendon canthal.
 Canthal tendon dan tarsal plate secara horizontal menstabilkan
kelopak sedangkan otot retractor menstabilkan secara vertical.
 Otot retractor kelopak mata bawah terhubung dengan otot
Patofisiologi orbicularis dan kulit. Kelemahan pada struktur ini, otot preseptal
orbicularis dapat berjalan lebih superior mendorong otot pretarsal
orbicularis yang menyebabkan terjadinya inversi kelopak.
 Pada kelopak mata atas, levator aponeurosis dan otot Mueller
adalah otot struktur yang berperan. Kelemahan pada struktur-
struktur ini dapat menyebabkan inversi kelopak.
 Entropion Kongenital
Klasifikasi  Entropion Involutional

Entropion 
Entropion Spastik Akut
Entropion Sikatrik
 Entropion kongenital merupakan kondisi malposisi palpebral yang
terjadi sangat jarang
 didapatkan sejak lahir dan umumnya terjadi di kelopak mata
bawah akibat gangguan insersi otot retractor palpebral inferior
Entropion (ligamentum capsulopalpebra) sehingga margo palpebral dan bulu
kongenital mata berputar ke arah bola mata
 kondisi ini dipercaya disebabkan oleh adanya overacting dari otot
orbicularis dengan disinsersi kongenital oleh kelopak bawah mata
 Sering dikaitkan dengan epiblefaron
 Entropion yang terjadi akibat usia
 Kelainan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
lemahnya bagian medial dan lateral dari canthal tendon
 Penipisan tarsus akibat penuaan yang menyebabkan
Entropion berkurangnya kekuatan dari kelopak bawah dan disinsersi
retractor palpebral inferior dan otot preseptal orbicularis yang
involutional bermigrasi kearah atas
 Entropion spastik akut adalah kondisi yang sering dialami setelah
Entropion dilakukan tindakan operasi, cedera, atau inflamasi dan dipercaya
disebabkan oleh akibat langsung dari edema dan blepharospasm
spastik akut (kontraksi abnormal kelopak mata)
 Entropion sikatrik adalah kondisi yang disebabkan oleh jaringan
parut pada konjungtiva dan pemendekan pada lamella posterior
 entropion atau trikiasis.
Entropion  Hal ini diakibatkan oleh penyakit autoimun kronis, inflamasi,
infeksi, serta trauma.
sikatrik
 Penggunaan obat jangka panjang seperti pilocarpine dapat
menimbulkan kontraktur pada konjungtiva yang akan
menyebabkan entropion
Menurut Kemp dan Collins, entropion dapat dibagi dalam derajat
ringan, sedang, dan berat.
 Ringan  tarsal plate pada posisi normal, konjungtivalisasi pada
tepi kelopak, kontak antar bulu mata dan bola mata terjadi saat
melirik kearah kelopak mata yang bersangkutan.
Derajat
 Sedang  tarsal plate pada posisi normal, konjungtivalisasi pada
entropion tepi kelopak yang lebih signifikan, kontak antar bulu mata dan
bola mata terjadi pada posisi primer
 Berat  bulu mata menyentuh kornea pada posisi primer serta
telah terjadi deformitas pada tarsus dan scarring pada
konjungtiva.
 Usia tua memiliki kemungkinan lebih besar
 Bilateral 3 kali lebih banyak dari unilateral
Epidemiologi  Wanita lebih banyak mengalami entropion dibanding pria
 Ras asia merupakan faktor risiko entropion kongenital.
 Terasa mengganjal
 Nyeri
 Mata berair
 Mata merah  biasanya karena injeksi konjungtiva akibat iritasi
Tanda dan  Fotofobia
gejala  Biasanya terjadi mata merah akibat injeksi konjungtiva karena
bulu mata yang menggesek permukaan kornea  iritasi
 Kerusakan lebih lanjut pada kornea dapat berupa epiteliopati
(kekeruhan lapisan epitel kornea) yang bisa menjadi erosi kornea.
Pada kondisi yang kronis bisa ditemukan kekeruhan kornea dan
neovaskularisasi
 Epiblefaron
 adanya trikiasis namun tidak ditemukan adanya gangguan insersi
ligamentum kapsulopalpebra dan margo palpebra tidak berputar ke
arah bola mata
 Adanya hipertrofi m. orbicularis dan kulit yang mendorong bulu
Diagnosis mata
banding  Distichiasis
 adanya bulu mata tambahan, yang sering tumbuh dari muara
kelenjar meibom
 Kelainan ini kongenital atau disebabkan oleh perubahan-perubahan
metaplastik kelenjar-kelenjar di tepi kelopak mata
 Tanda dan gejala  nyeri, epifora, fotofobia, mata merah,
palpebral terasa keras, dan pandangan buram.
 inspeksi palpebra  tanda-tanda iritasi atau inflamasi kulit dan
spasme otot-otot wajah.

Diagnosis  Dapat ditemukan  kerusakan epitel konjungtiva atau kornea


akibat trauma, hiperemia konjungtiva, injeksi konjungtiva
atau/dan siliar, blepharospasme,
 kelemahan kelopak mata (entropion involusional), jaringan parut
pada konjungtiva (entropion sikatriks), atau pertumbuhan kelopak
mata bawah abnormal (entropion kongenital).
 Snap back  menarik palpebral inferior menjauhi bola mata dan
dilepaskan kembali. Hasil normal dapat ditegakkan jika palpebral
inferior segera kembali ke posisi normal.
 Medial canthal laxity test  menarik palpebra inferior ke sebelah
lateral dari kantus medial;
 Lateral canthal laxity  menarik palpebra inferior ke sebelah
medial dari kantus lateral.
 Pergeseran normal berkisar antara 0-1 mm untuk kantus medial
dan 0-2 mm untuk kantus lateral
 Selain itu Pinch test/Distraction  menarik palpebral inferior
menjauhi bola mata kemudian diukur jarak antara bola mata dan
margo palpebral.
 Konservatif 
 Air mata buatan, salep lubrikan, dan lensa kontak
 Plester.  hati-hati untukmenghindari terjadinya lagopthalmus,
eversi kelopak yang berlebihan serta iritasi kulit
 Injeksi toxin Botulinum juga disarankan oleh pasien dengan
entropion spastik
 Entropion sikatriks  tatalaksana utama di etiologinya
 Operasi
 Teknik jahitan seperti Quickert dapat dilakukan dengan mengikat
Manajemen otot retractor kelopak bawah dan mebuat adhesi fibrotic antara otot
retractor dengan otot orbicularis.  sering terjadi rekurensi
 Pada entropion involusional  operasi perbaikan fascia
kapsulopalpebra.
 Entropion kongenital  fish-tail resection
 Entropion akut spastik  penggabungan beberapa teknik operasi
seperti memperpendek kelopak mata horizontal, atau mengangkat
pretarsal serat-serat otot orbicularis okuli dan memperpendek kulit
vertikal.
 Entropion Sikatriks prosedur wies
 Prognosis pada entropion umumnya baik jika ditangani secara
dini.
 P Monga dkk pada 36 pasien dengan entropion kelopak mata atas
dengan kekeruhan pada kornea dan kondisi lainnya yang
Prognosis menyebabkan penurunan pengelihatan yang menjalani operasi
 operasi koreksi entropion menyembuhkan keratopathy
superfisial, stabilitas tear film, dan kelopak mata menyebarkan air
mata secara merata yang mengakibatkan perbaikan pengelihatan.
 Gladstone GJ, Oak R. Entropion. In: Shoib A. Myint
BGB, editor. Oculoplastic Surgery Atlas. Springer;
2018. p. 13–7.
 Taylor Asbury, James J Augsburger RB. Vaughan &
Asbury’s General Opthalmology. 18th ed. Paul
Riordan Eva ET, editor. Vol. 18. Mc Graw Hill LANGE;  Woo KI, Kim YD. Management of epiblepharon: State
2011. of the art. Curr Opin Ophthalmol. 2016;27(5):433–8.

 Palermo EC. Anatomy of the periorbital region. Surg  Vellaichamy T, Joseph G. Prospective study of
Cosmet Dermatology. 2013;5(3):245–56. ectropion and entropion at department of
ophthalmology , Thanjavur Medical College.
2016;2(3):190–5.
 Pe’er J. Pathology of eyelid tumors. Indian J
Ophthalmol [Internet]. 2016;64(3):177. Available
from: http://www.ijo.in/text.asp?2016/64/3/177/181752  Osaki T, Osaki MH, Osaki TH. Temporary
management of involutional entropion with octyl-2-
cyanoacrylate liquid bandage application. Arq Bras
 Suharko H. Buku Ajar Oftalmologi. 1st ed. Rita S Oftalmol. 2010;73(2):120–4.
Referensi Sitorus, Ratna Sitompul, Syska Widyawati APB,
editor. Perpustakaan Universitas Indonesia. Jakarta:
BP FKUI; 2017.  Press D. Fish Tail Resection for Treating Asian
Congenital Entropion. 2012;831–6.
 Rachmanial A, Iskandar E, Hasyim YE, Histologi B,
Unsri FK. Prevalensi Entropion di RSUP Dr .  Reiza Y. Diagnosis dan Tatalaksana Entropion. J
Mohammad Hoesin Palembang. 2014;(4):289–94. Medula Unila. 2016;4(3):40–5.

 Reece Bergstorm CNC. Entropion. Starpearls Publ.  Hajar S, Amirsyah M. Surgical correction of
2018; involutional lower eyelid entropion and excess eyelid
skin : a variation of blepharoplasty technique. 2017;
 Pearls O. Diagnosis and Management of Involutional
Entropion. :35–7.  Monga P, Gupta VP, Dhaliwal U. Clinical evaluation of
changes in cornea and tear film after surgery for
trachomatous upper lid entropion. Eye.
2008;22(7):912–7.
 Terima kasih

You might also like