Penyakit infeksi pernafasan akut yang menyerang anak
Disebabkan oleh bakteri Bordettela pertussis Disebut juga batuk rejan, wooping cough, tussin quinta, violent cough, batuk 100 hr Ditemukan sejak 1578, kumannya diketahui baru th 1908 oleh Bordet & Gengou Era prevaksin : penyebab kematian utama pada bayi dan anak Era vaksin : angka kejadian menurun >99% Epidemiologi Sampai th 1900-an, penyebab kematian anak di AS Th 1940-an ditemukan vaksin mk kesakitan dan kematian turun Angka morbiditas th 1922-1940 : 150/100.000, th 1980-1991 tinggal 1,2/100.000 Cakupan imunisasi yg tinggi d amerika latin menurunkan kasus dr 120.000 th 1980 mjd 40.000 th 1990. Angka kematian di amerika 80% pd bayi & 70%-nya pd bayi < 6 bl. CFR saat ini kurang dari 1 % pd bayi < 6bl Morbiditas sedikit lebih banyak pada wanita drpd pria Penyebab utama kematian pd bayi & anak yang tdk diimunisasi, malnutrisi & infeksi sal napas & cerna Peneumoni mrp penyebab utama kematian krn pertusis Di Indonesia, sejak 1991 pertusis muncul mjd kasus yng sering dilaporkan pd balita Th 1996 ada 7796 kasus 40% menyerang balita, remaja & dewasa meningkat Estimasi WHO, 600.000 kematian tjd krn pertusis. Jabar, 4970 th 1990 dengan kematian 0,2% Faktor Resiko
Tidak imunisasi DPT
Kontak dengan penderita pertusis Wabah Etiologi 7
Termasuk klp kokobasilus Gram negatif, tidak bergerak, tidak berspora Media tumbuh: darah-gliserin-kentang yang ditambah penisilin untuk menghambat pertumbuhan organisme lain Ukuran panjang: 0,5-1 mk dan diameter 0,2-0,3 mk Penularan Penularan mll droplet saat batuk, bersin, dan berbicara Sebagian besar bayi tertular dari saudaranya dan kadang- kadang oleh orangtuanya Masa inkubasi 6-20 hr, rata-rata 7 hari Manusia merupakan satu-setunya pejamu bakteri ini Rata-rata serangan mencapai 80-100% pada kelompok rentan Patogenesis Periode inkubasi : 3-12 hari Lama sakit 6 minggu yang dibagi menjadi : • Stadium kataralis : mirip URI, terdiri : kongesti nasal, rhinorrhea, bersin, demam ringan, mata berair dan conjunctival suffusion. Sangat menular • Stadium paroksismal : batuk paroksismal selama beberapa menit, disertai suara Whoop akibat inspirasi melalui jalan nafas yang obstruksi. Bayi tampak kelelahan, muntah dengan darah dalam lendir • Stadium konvalesen : batuk kronis yang berakhir beberapa minggu Patofisiologi
• Bakteri dalam sekret respirasi membentuk
eksudat mukopurulosanguinus dalam traktus respirasi • Eksudat tersebut menyumbat saluran nafas kecil (terutama pada bayi) dan menyebabkan atelektasis, batuk, sianosis dan pneumonia • Parenkim paru dan pembuluh darah paru tidak terdampak : kultur darah (-) Gejala & tanda
Batuk terus-menerus yang diakhiri dengan whoop yang
berlangsung s/d 1-10 minggu
Perjalanan penyakit terbagi dlam 3 fase: kataralis, spasmodik, dan
fase penyembuhan/konvancelled Fase kataralis (1-2 mgg), batuk mulanya pada malam hari, pilek, anoreksia Fase spasmodik (2-4 mgg), batuk makin kuat & terus-menerus, gelisah, muka merah,diakhiri bunyi whoop. Anak dpt terkencing- kencing bahkan sampai mata merah/mimisan. Tertawa/menangis dpt memicu batuk Fase penyembuhan/konvalesens (1-2 mgg), ditandai dg berhentinya bunyi whoop&muntah. Batuk biasanya masih & hilang dalam 2-3 mgg Gejala Klinis Pemeriksaan fisik jarang ditemukan kelainan yang spesifik • Demam ringan/tanpa demam • Tidak menunjukkan gejala kelainan respirasi bawah • Perdarahan konjungtiva • Petekie fasialis • Dehidrasi akibat sulit minum dan muntah • Hipoksia • Whoop jelas pada usia 6 bulan – 5 tahun, jarang pada usia <6 bulan, anak besar • posttussive emesis. Px Penunjang
Isolasi dan kultur kuman : sulit dan lama
Darah lengkap : Leukocytosis (15,000-50,000/µL) dengan limfositosis absolut selama stadium kataralis akhir dan stadium paroksismal : tidak spesifik tetapi berkaitan dengan derajat penyakit PCR Thorak foto : infiltrat perihiler atau edema dengan atelektasis, pneumothorak, pneumomediastinum Terapi • Tujuan terapi : Menekan batuk (derajat dan frekuensi) • Antibiotika fase paroksismal : eradikasi kuman dalam traktus respirasi dan mencegah perluasan infeksi & mencegah infeksi bakteri sekunder • >1 bulan : erythromycin mg/kg/hari 2-4x/hari, clarithromycin, dan azithromycin 10mg/kg/hari 1x/hari atau trimethoprim- sulfamethoxazole 7,5mg/kg/hari 2x/hari • Suportif terapi : nutrisi, rehidrasi, oksigenasi • Monitoring : apnea, sianosis hipoksia • Prophylaxis 1. Erythromycin 50 mg/kg/day 4x/hari times selama 14 hari atau 2. Clarithromycin 7.5 mg/kg 2x/hari selama 14 hari Pengobatan
Pengobatan untuk menghentikan gejala:
Antibiotik : eritromisin atau penisilin Suportif : pengencer batuk, oksigen bila perlu Simtomatik lainnya Pencegahan
1. Pemberian imunisasi DPT pd bayi, dan DT
pada anak SD 2. Bayi 0-1 th vaksin DPT 3 kali, mulai umur 2 mgg dan selang min 1 bl 3. Diulang umur 6-7 th mll BIAS
Penundaan imunisasi sebaiknya tidak menunggu
sampai anak berusia lebih dari satu tahun Prognosis
• Baik • Komplikasi minimal dengan antibiotika dan terapi suportif • Komplikasi : 1. Epistaxis 2. nausea dan muntah 3. Subconjunctival hemorrhages 4. Ulcus frenulum.