Penelitian ini membandingkan efek injeksi peritonsilar lignocaine-adrenalin dan saline normal sebelum tonsilektomi. Hasilnya menunjukkan penurunan kehilangan darah rata-rata operatif pada kelompok lignocaine-adrenalin dibandingkan saline normal, meskipun tidak signifikan secara statistik. Penelitian ini mendukung penggunaan lignocaine-adrenalin untuk meminimalkan kehilangan darah selama tonsilektomi.
Penelitian ini membandingkan efek injeksi peritonsilar lignocaine-adrenalin dan saline normal sebelum tonsilektomi. Hasilnya menunjukkan penurunan kehilangan darah rata-rata operatif pada kelompok lignocaine-adrenalin dibandingkan saline normal, meskipun tidak signifikan secara statistik. Penelitian ini mendukung penggunaan lignocaine-adrenalin untuk meminimalkan kehilangan darah selama tonsilektomi.
Penelitian ini membandingkan efek injeksi peritonsilar lignocaine-adrenalin dan saline normal sebelum tonsilektomi. Hasilnya menunjukkan penurunan kehilangan darah rata-rata operatif pada kelompok lignocaine-adrenalin dibandingkan saline normal, meskipun tidak signifikan secara statistik. Penelitian ini mendukung penggunaan lignocaine-adrenalin untuk meminimalkan kehilangan darah selama tonsilektomi.
Perbandingan Injeksi Peritonsilar dengan Lignocaine- Adrenalin dan
Normal Saline (Plasebo) Sebelum Prosedur Tonsilektomi Dalam Rerata Kehilangan Darah Peroperatif
Dhiya Lathifa Rasyid
(406181085) Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD RAA SOEWONDO PATI Abstrak • Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efek injeksi peritonsillar menggunakan lignocaine- adrenalin dan normal saline (plasebo) sebelum dilakukan prosedur tonsilektomi dalam kehilangan darah perioperatif rata-rata • Metode dan Pasien : Uji acak terkontrol, 60 pasien. Subjek dibagi secara acak dalam dua kelompok (30 dalam setiap kelompok) • Hasil : Penurunan nyata dari kehilangan darah pada kelompok A • Kesimpulan: kelompok yang disuntik dengan lignocaine-adrenalin di daerah peritonsillar memiliki hasil penurunan kehilangan darah peroperatif dibandingkan dengan kelompok yang disuntikkan dengan saline normal (plasebo). Pendahuluan • Tonsil adalah suatu komponen penting dari sistem kekebalan tubuh, dan infeksi pada tonsil merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi • Dalam kasus infeksi, bakteri yang ada di kripta menyebar ke tonsil dan meninggalkan toksin serta produk lain di dalamnya • Tonsilektomi adalah prosedur pembedahan dimana tonsil dilepas dari lekukan di samping pharynx yang disebut dengan tonsillar fossa.4 Prosedur ini dilakukan sebagai respons terhadap berulangnya kejadian radang akut pada tonsil • Risiko paling serius terkait dengan prosedur ini perdarahan pasca operasi, dan telah banyak laporan membahas hubungannya dengan teknik operasi ini • Beberapa opsi perawatan telah digunakan untuk meminimalkan komplikasi • Salah satu teknik ini adalah injeksi adrenalin dan anestesi lokal ke daerah peritonsillar untuk mengurangi kehilangan darah selama dan setelah tonsilektomi Pasien dan Metode • Sampel sebanyak 60 pasien • Pasien dengan infeksi akut pada hidung, saluran pernapasan bagian atas dan sinus paranasal dan pasien diabetes di eksklusi pada penelitian ini karena meningkatkan kemungkinan infeksi dan komplikasi pasca operasi • Kelompok A disuntikkan dengan lignocaine- adrenalin dan kelompok B dengan diberikan salin normal. • Kehilangan darah intra operatif dihitung dalam ml dan dibandingkan pada kedua kelompok. Total kehilangan darah diukur dari botol isap dan kain kasa yang digunakan selama operasi. • Kehilangan darah secara keseluruhan diukur dengan menambahkan jumlah darah dari botol hisap dan jumlah darah yang diserap pada kain kasa. Semua data yang dikumpulkan dimasukkan dalam Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Hasil • Dari total 60 pasien, 31 (51,1%) berjenis kelamin laki-laki dan 29 (48,3%) berjenis kelamin perempuan. • Pada Grup A, presntase jenis kelamin perempuan adalah 56,7% (n = 17) sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki adalah 43,3% (n = 13). • Pada grup B,Presentase jenis kelamin perempuan adalah 40% (n = 12) sedangkan laki-laki adalah 60% (n = 18). • Usia rata-rata total 60 pasien adalah 24,32 ± 8,18 tahun dengan rentang usia 15 hingga 40 tahun tahun. • Dalam kelompok A, usia rata-rata adalah 24,87 ± 8,71 tahun • Pada kelompok B usia rata-rata adalah 23,77 ± 7,727 tahun. • Di grup A, kehilangan darah minimum dan maksimum masing-masing 34 ml dan 45,4 ml. • Kehilangan darah rata-rata keseluruhan operatif adalah 39,44 ± 2,62 ml (Tabel 2). • Pada kelompok B, 66,5 ml dan 106,2 ml adalah kehilangan darah minimum dan maksimum. • Sedangkan rata-rata kehilangan darah peroperatif dicatat sebagai 86,9 ± 9,28 ml (Tabel 3). • Perbandingan dari rata-rata dari kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, p = 0,21 (Tabel 4). Table 2: Mean Preoperative blood loss from right and left tonsillar fossa in Group A (n=30) Preoperative blood loss (ml) Right Left tonsillar Both tonsillar fossa fossa
Minimum 15.7 16 34
Maximum 25.2 25 45.4
mean±SD 19.87±2. 19.57±2.293 39.44±2.62
Table 3: Mean Peroperative blood loss from right and
left tonsillar fossa in Group B (n=30) Peroperative blood loss (mL) Right tonsillar Left tonsillar Both fossa fossa
Minimum 33.5 28.9 66.5
Maximum 56.2 56.2 106.2
mean±SD 42.86±5.967 44.03±6.27 86.9±9.28
Table 4: Comparison of mean peroperative blood loss between groups (n=60) Peroperative blood loss Group A Group B (mL) mean±SD 39.44±2.62 86.9±9.28 t-test for Degree of 28 equality of freedom means Mean 0.73303 difference S.E 3.478 Difference 95 % CI 5.657 – 7.586 p-Value 0.213 • Kehilangan darah rata-rata peroperatif juga dianalisis sehubungan dengan jenis kelamin. Setelah diamati jenis kelamin perempuan mendapatkan kehilangan darah sedikit lebih besar daripada jenis kelamin pria. Table 6: Mean peroperative blood loss with respect to gender (n=60) Gender Peroperative blood loss (mL) mean±SD Male Female Group A 38.73±2.66 39.95±2.66 Group B 82.76±8.33 93.12±7.06 p-Valuea 0.42 0.106 p-valueb 0.046 0.310 Diskusi • Dalam penelitian ini, sebanyak 60 pasien dilibatkan. • Usia rata-rata pasien ini adalah 24,32 tahun (SD ± 8.183) dengan rentang usia 15 hingga 40 tahun. Puncaknya kejadian diamati pada kelompok usia 15 hingga 20 tahun • Dalam penelitian kami, pria merupakan jenis kelamin yang lebih dominan 51,1% (n = 31) sedangkan, perempuan merupakan 48,3% (n = 29). • Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa kehilangan darah rata-rata perioperatif pada kelompok A (disuntik dengan epinefrin: lignocaine) jenis kelamin laki-laki adalah 38,7308 ml dan pada wanita 39.9882 ml. • Sedangkan pada kelompok kedua (disuntik dengan plasebo) kehilangan darah ditemukan menjadi 82.98824 ml pada pria dan 92.01538 ml pada wanita. • Kehilangan darah pada pria dari keduanya kelompok secara statistik signifikan (p = 0,046), namun, kehilangan darah pada wanita dari kedua kelompok secara statistik tidak signifikan (p => 0,05). • Kehilangan darah rata-rata pada dua parameter adalah 92,46 ml. • Penelitian ini menemukan bahwa kelompok yang menerima pretreatment dengan injeksi lignocaine : adrenalin sebelum operasi telah mengurangi jumlah kehilangan darah selama operasi, dibandingkan dengan kelompok lain yang tidak mendapatkan injeksi. Kesimpulan • Kelompok yang disuntik dengan lignocaine-adrenaline di area peritonsillar mengalami penurunan yang signifikan pada kehilangan darah peroperatif dibandingkan dengan kelompok yang disuntikkan dengan saline normal (plasebo). • Secara statistik hasilnya tidak signifikan, namun kehilangan darah intraoperatif pada kelompok A menurun 50%, dibandingkan dengan kelompok B. • Selanjutnya, kehilangan darah peroperatif pada kelompok umur 15 hingga 20 tahun adalah signifikan secara statistik (p = 0,018). • Mengingat berkurangnya potensi kehilangan darah intraoperatif, dianjurkan pasien, terutama remaja yang menjalani operasi tonsilektomi untuk disuntikkan dengan lignocaine adrenaline, sebelum operasi, untuk meminimalkan angka kehilangan darah intraoperatif.